Dedaunan hasil infra merah dari kamera tepat di depan kamar kos

Sinar mentari pagi tadi dengan lembut menyapa punggung komputer pangku saya. Saya berhadapan dengan layar laptop sekaligus dengan pintu yang menghadap ke halaman di depan pintu kamar saya persis. Sayup sayup terdengar dari kejauhan suara lantang dan yakin ketika menyanyikan lagu “Rama – Bertahan”. Walau terdengar lirih, namun saya sudah paham kalau itu adalah pengamen di ujung gang sana, yang sebentar lagi paling akan mampir di depan pintu kamar kos saya. Setelah suara yang menyanyikan lagu “Rama – Bertahan” tersebut hilang, dalam hitungan aba-aba air maka saya sudah bisa melihat pengamen yang berdandan cukup rapi untuk ukuran seorang pengamen dengan tas ransel yang sewarna dengan kaos gelapnya. Terlihat pula tas pinggang yang memeluknya dari sebelah kiri. Dengan topi bermodel seperti topinya “chappy chaplin” (saya tidak tahu apa namanya) disertai kacamata gelap yang menyembunyikan kemana arah lirik matanya, yang jelas bukan untuk menyembunyikan mata “sharingan” miliknya.

Otomatis saya langsung bisa menangkap ini adalah tipe pengamen yang akan membawakan satu lagu sampai habis walau sudah diberikan uang di tengah waktu berkaryanya. Sesimpul senyum dia lemparkan kepadaku yang tengah sibuk berhadapan dengan sebuah layar yang memuat kumpulan foto prewedding yang belum diolah.

“selamat pagi mas, boleh saya nyanyi?” ucapnya sopan,

“silahkan mas, monggo… (silahkan)” balasku dengan nada menerima,

“mas mau request lagu apa?” tanyanya menawarkan padaku,

“lha mas bisanya lagu apa? terserah mas saja..” kubalik menawar kepadanya,

“kalau lagu galau boleh gak mas?” pintanya dengan senyum tengil,

“ya terserah mas saja” anggukku sembari mengiyakan request palsu yang baru saja berlalu.

“lagunya Naff saja ya mas kalo gitu.. ” dia menawarkan tanpa meminta tanggapan,

Baca Juga :  Lelaki dan Bola

“ok mas bisa bisa… ” anggukku rela.

Petikan nyaring mulai terdengar, dari lentik jarinya yang bercinta dengan ke enam senar dalam hangatnya suasana pagi beranjak siang tersebut. Suaranya bagus menurut saya, tidak asal bervocal, walau saya tidak bisa membaca not, namun pas dengan petikan gitarnya.

Dia membawakan lagu dari “Naff – Kenanglah Aku”, berikut penggalan liriknya :

“kau tinggalkanku meskipun tak rela

salahkan diriku hingga saat ini

masih berharap, kau tuk kembali

mungkin suatu saat nanti,

kau temukan bahagia meski tak bersamaku,

bila nanti engkau tak kembali,

kenanglah aku sepanjang hidupmu…”

Untuk mendownload alunan mas Pengamen tersebut (2,9 mb), silahkan klik di tautan ini yang saya unggah di dropbox dengan extensi file *.3gpp (bisa diputar di semua media player)

Beberapa kali ketika selesai satu bait lirik yang dilanjutkan alunan nyaring gitarnya, dia selalu berkata ” waahh gitarnya fales… ” entah alibi atau bukan, yang jelas bukan canggung.

Saya tidaklah hafal lagu yang dibawakan olehnya, namun setelah terdengar tiga kali reff, maka segera saya menarik tas kecil saya yang berisi devisa untuk bulan ini. Segera saya melihat barisan kertas bergambar pejuang nasional yang tak sekelumitpun terlihat warna mewah maupun biru.

Uang koin sebenarnya banyak, namun entah mengapa saya ingin memberikannya 2000 rupiah, namun saya cari di dalam dompet saya tersebut hanya ada 5000 rupiah untuk pecahan terkecilnya.

Maka saya ambil saja, karena memang itu pecahan terkecil, juga tidak mungkin ketika saya harus meminta kembalian kepadanya. Sudah bulat juga dalam hati untuk memberikan nominal tersebut kepadanya yang sudah berekspresi galau sungguhan di sabtu pagi ini.

Baca Juga :  Saat Hantu kalah seram dibandingkan Manusia

Sesaat kemudian saya membuka kantong kecil di depan tas pinggang saya, terlihatlah pecahan 2000 rupiah, sempat hati kecil ini berkata, “saya tukar saja ah uang 5000 nya dengan yang 2000 ini”. Entah mengapa lagi, saya segera berfikir bahwa memang dengan ketemunya pecahan terkecil 5000 tadi adalah rejeki pengamen tersebut yang dilewatkan kepada saya. Mungkin juga rejeki saya hari ini juga dilewatkan lewat orang lain juga.

Ketika terdengar hampir selesai, saya agak beranjak dari tempat duduk sembari bertanya “sudah selesai mas?”, namun hanya dijawab senyum olehnya sembari tetap menjaga gitarnya tetap bersuara.

Saya mengulurkan 5000 rupiah yang saya lipat hingga tidak terlalu nampak lah kalau itu uang 5000 rupiah. Saya juga tetap menjaga kontak mata saya dengan pengamen itu agak matanya tetap berada dalam satu garis tatapan dengan mata saya. Ternyata aggukan kepalanya menandakan arak pandangannya menuju tanganku yang mengarah ke tanggannya yang menggenggam beberapa uang koin.

“kok banyak banget mas?” ucapnya spontan diselingi sepertiga kaget,

“udah mas gak apa-apa, saya baru dapat rejeki, bisa jadi rejeki buat mas juga” jawabku cepat kepadanya

“Makasih ya mas ya” jawabnya tersenyum padaku

“iya mas, monggo-monggo” sahutku mempersilahkan dia untuk berpindah ke sisi lain di kos saya,

Di sisi lain kos saya terdengar suara lantangnya menyanyikan kembali lagu galau namun saya lupa apa judulnya. Waaaahh entah mas Pengamennya itu lagi galau beneran atau spesialis ngamen galau pada hari itu. Seusai hilang suaranya dengan mebawakan lagu galau ketiganya tersebut dalam ruang dengar saya, terlihat dia melintas gerbang kos saya dengan tetap memetik gitarnya dengan langkah semangat disertai simpul senyumnya yang khas tersebut. Dari susut kos saya tersebut juga terdengar beberapa kali suara anak-anak kos yang ikut menyanyikan reff dari lagu yang dibawakan mas Pengamen tadi, waaaahh terhipnotis juga ya sama suaranya si mas Pengamen, hehehe.

Baca Juga :  10 Harapan Saya Untuk Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang

Walau sedari kemarin saya masih ditemani hidung meler dan kepala cenud-cenud ringan, sehingga semalam hanya bisa tiduran dan menguras meler ini, hahahaha. Namun tetap saja mencoba tetap berkarya, terlebih setelah melihat mas Pengamen tadi yang entah pendapatan dari ngamennya hari itu dapat berapa. Sebenarnya sama juga dengan saya yang pendapatannya masih surut kadang kering tiap bulannya, namun ada sebuah optimisme baru yang terbangun dalam kejadian tadi. Layaknya pekerja seni pada umumnya, penghargaan terhadap karya yang dihasilkan di negeri ini memang sangatlah memprihatinkan, namun bagi kami yang sedikit berada dalam zona tersebut, tentu saja walau mendapatkan recehan sedikit dalam bidang tersebut, namun kepuasan atas hasil karya kami yang dipakai menjadikan recehan tersebut menjadi sangat barokah untuk menyambung hidup dari hari ke hari.

Rejeki sudah diatur, terkadang ada rejeki orang lain yang dilewatkanNya melalui kita, juga rejeki kita yang dilewatkan olehNya melalui orang lain.

Setahu saya, rejeki itu dikejar, bukan ditunggu. Jadi bergeraklah untuk mendekatkan anda kepada rejeki anda.

untuk mendownload alunan mas Pengamen tersebut (2,9 mb), silahkan klik di tautan ini yang saya unggah di dropbox dengan extensi file *.3gpp (bisa diputar di semua media player)

Saatnya berkemas, bersiap dan berdoa agar esok pagi, 13 September 2015 diberikan kesehatan utuh dan keberuntungan untuk mengikuti lomba foto di daerah Kaliurang yang diadakan oleh dinas pariwisata Kabupaten Sleman. Amiiin.

Selamat malam dan selamat berkarya.

0 Shares:
6 comments
      1. ga papa… td pagi kan aku galo… kalo skg sih udah enggak… na… na na na na… 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You May Also Like