Alasan pertama yang paling kuat ketika saya akan membeli kamera Canon Poweshoot SX150 IS ini adalah jenis dan ukurannya yang masuk ke dalam kategori kamera saku. Selain keterbatasan dana dalam mencari kamera agar tetap bisa menjalankan hobi fotografi saya, juga saya telah merasa kerepotan ketika harus membawa kamera seukuran DSLR dalam kegiatan jalan-jalan saya yang lebih sering ke tempat dengan medan yang membutuhkan tangan sebagai pembantu dalam pergerakan saya. Satu hal lagi yang saya suka adalah ketersediaan mode PASM dalam kamera ini walau masih masuk ke jajaran kamera saku. Baterai sebagai sumber utama tenaga kamera ini berjenis AA, sehingga mempermudah ketika anda kehabisan baterai di tengah perjalanan anda. Cukup mampir ke warung terdekat dan tinggal membeli 2 buah baterai AA, namun saya lebih merekomendasikan menggunakan baterai isi ulang saja karena menurut saya cukup boros ketika anda menggunakan baterai alkaline biasa. Saya memakai baterai Sanyo Eneloop berkapasitas 2250 mAh perbaterainya, sepengalaman saya ketika membawa 4 buah baterai untuk perjalanan naik gunung bisa mendapatkan lebih dari 600 jepretan.
Beberapa poin yang saya amati dari kamera ini adalah sebagai berikut :
1. Body
Menurut saya bahan utamanya dari plastik yang berkualitas, solid dan nyaman digenggam. Grip kecil berada di sebelah kanan kamera, sehingga genggaman dengan satu tangan sudah cukup untuk mendapatkan hasil yang aman dari blur.
2. Tombol dan navigasi
Peletakkan tombol yang berada di sebelah kanan semua membuat kemudahan tersendiri ketika tangan kiri anda sedang sibuk. Saya lebih menyarankan tangan kiri tetap digunakan untuk tetap menjaga kamera ini berada pada genggaman tangan anda. Terdapat roda dial yang disematkan pada tombol 4 arah navigasi, mempermudah ketika akan bergerak ke pilihan selanjutnya. Tombol yang menonjol pada bagian tengahnya juga nyaman untuk dioperasikan. Roda dial untuk memilih mode kamrea juga bisa berputar 360 derajat baik ke kanan maupun kiri, sehingga anda tidak perlu berputar jauh ketika akan masuk dari mode Manual ke mode Movie.
3. Lensa
Walau kamera saku, namun zoom optiknya mampu sebanuak 12 x dari 5 mm ke 60 mm, bila dilakukan crop factor pada sensor 35 mm maka bisa mencapai sekitar 330 mm menurut saya. Fitur IS pada kamera ini sangat membantuk ketika anda harus mengambil gambar dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
4. Autofokus dan Manual fokus
Kecepatan fokusnya cepat pada kondisi cahaya terang dan agak kesusahan pada kondisi kurang cahaya. Ketika kurang cahaya, tenang saja, anda tetap bisa masuk ke mode manual dan bisa diatur ke fokus infinity.
5. Layar
Untuk ukuran kamera saku menurut saya sudah cukuplah baik dari ukuran maupun kerapatan pikselnya untuk menampilkan live view dan hasil dari bidikan anda.
6. Mode PASM
Ini yang saya suka, anda bisa memainkan bukaan lensa dari f/3.4 hingga f/8.0, kecepatan rana dari 1/1000 hingga 15 detik, iso dari 80 hingga 1600.
7. Hasil
Walau kamera saku, namun saya menyukai saturasi warna yang bisa menonjolkan warna biru pada langit tanpa menggunakan filter CPL. Pada beberapa kondisi seperti kurang cahaya memang saturasi dan kualitas warnanya cukup turun karena noise mulai menggangu hasilnya. Fitur video HD dengan autofokus juga sangat membantu ketika akan mengabadikan gerakan, walau kualitas mic bisa dibilang biasa saja. Untuk seukuran kamera saku seperti ini ya okelah menurut saya.
8. Software tambahan berupa CHDK
Keterbatasan minat dari pihak pabrikan untuk menambah fitur pro pada kamera ini bisa anda akali dengan memasukkan software CHDK pada SD card anda. Kelebihan yang sering saya pakai dari CHDK ini adalah penmbahan kemapuan menambah fitur RAW dan intervalometer.
Sekian review singkat dan pengalaman saya menggunakan kamera ini, sekarang kameranya sudah di tangan orang lain 😀
Senang bisa berpetualang denganmu Canon Powershoot SX150 is 😀