Sejenak mengabadikan dataran tinggi Dieng dari Gunung Sindoro jalur Sigedang. Angin yang semribit bisa dihalau baik oleh jaket Berghaus Gore-Tex ini. Terima kasih Agung yang telah menjepret saya dengan panorama yang kece ini.

Jaket Berghaus yang saya miliki ini tidak saya ketahui nama tipenya apa, yang saya ingat adalah di bagian lenganya ada tulisan Gore-Tex yang telah pudar. Bahan polyester Gore-Tex merupakan sebuah teknologi pada material kain yang terdiri dari beberapa lapis, namun dijadikan menjadi satu lapis bahan saja. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada ilustrasi berikut ini :

Dingin terpantulkan, air tertahan, dan panas dari dalam bisa keluar. Inilah teknologi dari Gore-Tex yang saya maksudkan. Ilustrasi dari website resmi Gore-Tex

Jaket Berghaus ini saya pilih karena fitur utamanya sebagai penahan angin, atau lebih dikenal dengan istilah windproof ataupun windbreaker di beberapa kalangan. Fitur ini ada berkat penggunaan bahan polyester Gore-Tex yang telah saya sebutkan di atas. Jadi bukan asal windproof ya kayak merek lokal yang itu.

Saya membeli jaket Bergahus ini secara daring, pada bulan Mei tahun 2012. Namun baru kali ini sempat saya review setelah memilikinya sudah 6 tahun. Jadi mungkin bisa dikatakan sebagai owning experience saja lebih tepatnya sembari menguji durabilitas selama digunakan di luar ruangan.

Saat mendaki sendirian ke Puncak G Sinabung, menggunakan jaket ini terasa santai walau angin dingin yang berhembus di puncak cukup kencang.

Saya juga sengaja membelinya dalam ukuran L, ukuran L pada jaket ini adalah L -nya bule yak, jadi berasa XL untuk orang indonesia. Jadi saya masih bisa memasukkan ransel kecil saya maupun tas pinggang saya ke dalam jaket ini ketika hujan.

Sederhananya kenapa saya memilih jaket ini adalah karena saya ingin memiliki jaket gunung yang juga bisa dipakai untuk harian, sanggup menghadapi cuaca terik maupun hujan. Angin aja gak bisa masuk, apalagi cuman air. Sehingga ketika saya bepergian, terlebih ketika menggunakan motor, menggunakan jaket ini akan terasa lebih praktis, karena tidak diperlukan lagi membawa mantel bagian atas. Ketika sudah menggunakan celana waterproof, maka hujan pun akan bisa saya terjang tanpa harus menepi guna mengenaka mantel.

Akan saya jabarkan secara detail fitur – fitur yang ada pada jaket Berghaus ini.

1. Bahan dan jahitan

Bahan yang digunakan telah sedikit saya sebutkan di atas, namun yang paling perlu diperhatikan untuk jaket seperti ini adalah jahitan yang ada. Karena biasanya jahitan adalah celah masuknya air dan air. Untuk jaket Berghaus ini, saya akui sangat baik, bila melihat ke bagian dalamnya, pada jahitanya terdapat lapisan tipis yang menutup rapat tempat jahitan itu.

Baca Juga :  Review Tas Hiking Baby Carrier Merk Four Seasons
Warna biru gelap ditambah dengan sedikit warna merah di bagian dalam, tidak lupa reflektor di bagian resleting juga tersemat.

Jaket ini terdiri dari dua lapisan, lapisan luar yang berupa polyester Gore-Tex dan bagian dalam yang berupa jaring tipis untuk furing. Namun, pada bagian bawah yaitu area lengan dan pinggang, tidak menggunakan jaring sebagai furing, namun bahan yang kurang lebih sama dengan lapisan luarnya, alasanya mungkin karena bagian ini paling sering bersentuhan dengan air.

2. Logo di bagian dada

Ketika sebagian besar jaket gunung menggunakan logo bordir di bagian dada. Jaket Berghaus menempelkan logo dengan cara sablon, sehingga tidak melubangi material di bagian dada. Karena pernah saya memiliki jaket waterproof, namun bagian dada ada merek jaket tersebut yang dibordir, alhasil bagian tersebut bocor membasahi bagian dalam.

Merk-nya cukup asing bagi sebagian besar pendaki di Indonesia, hanya beberapa saja yang tahu ketangguhannya.

3. Resleting

Resleting yang digunakan bermerk YKK, dimana itu adalah merek resleting dengan kualitas yang sangat bagus. Jadi ketika akan mencari apapun yang menggunakan resleting, terlebih perlatan outdoor, pastikan saja jika menggunakan merek YKK, pastilah kualitasnya tidak perlu diragukan. nResleting utama yaitu bagian tengah terdiri dari dua lapisan resleting, jadi benar-benar terasa tidak ada angin yang masuk melalui celah yang pada bagian luarnya sudah tertutupi oleh lapisan kain polyester Gore-Tex.

Pastikan untuk selalu menemukan merek YKK di kepala resleting ketika Anda akan membeli jaket atau tas gunung mahal, hahaha
Resletingnya ada dua lapis, repot bagi sebagian orang, namun saya selalu mengenakan jaket ini dengan cara seperti mengenakan kaos, sehingga cepat.

4. Jumlah kantong

Total ada 4 kantong, 3 di bagian luar dan 1 di bagian dalam. Untuk kantong bagian luar, resleting yang digunakan sudah sangat mendukung untuk menghalau air yang akan masuk, walaupun tetap harus berhati-hati, karena sekali air masuk, maka tidak akan merembes keluar karena bahan lapisannya yang anti air. Masing-masing bagian ujung atas resleting ada semacam rumah untuk kepala resleting, sehingga air dari bagian atas tidak bisa masuk melalui celah di kepala resleting.

Bagian atas resleting ada rumah untuk kepala resleting, jadi saat hujan mengguyur, amanlah…

5. Bagian leher

Bahan yang ada di bagian leher terasa lembut, bahkan ketika hoodie terlipat di dalam bagian ini akan terasa sangat empuk dan sedikit bisa menopang beban kepala. Hangat terasa ketika ada angin dingin yang berhembus. Ketika bagian leher ini saya tutup secara maksimal, ketinggiannya sampai ke dagu saya, sehingga leher saya aman dari hembusan angin dingin dan gigitan serangga.

Baca Juga :  8 Fungsi Trekking Pole Dalam Pendakian Gunung

6. Hoodie atau Penutup kepala

Penutup kepala yang disediakan bisa dilipat dan disimpan rapi di bagian kerah atau leher. Sistem penutupnya menggunakan kreketan (apasih sebutannya, saya tak tahu, lihat foto saja), sehingga akan lebih praktis dan cepat ketika harus segera dikeluarkan walaupun hanya menggunakan satu tangan, berbeda dengan sistem resleting tentunya.

Ini lho yang saya lingkari yang saya sebut sebagai kreketan, apasih namanya? ahaha saya enggak tahu….kasih tahulah….kasihan saya

Penutup kepalanya juga memiliki bentuk seperti paruh yang agak kaku, sehingga akan membantu ketika berhadapan dengan angin. Lalu di bagian samping ada tali untuk mengatur lingkar lebar penutup muka, lalu bagian depan ada penutup bibir yang jika dikenakan maka hanya bagian mata dan hidung saja yang terlihat. Jadi ketika angin dingin datang, hanya bagian mata dan hidung saja yang berhadapan dengan dingin.

(1) Paruh bebek, (2) adjuster, (3) penutup mulut. 3 elemen ini sangat mendukung untuk berbagai macam kondisi cuaca.

7. Bagian lengan

Ujung lengannya menggunakan model kreketan (lagi-lagi saya gak tahu istilahnya), bukan model kolor, sehingga akan sangat mudah untuk mengatur besar kecilnya mulut lengan. Di bagian dalam lengan juga ada sebuah tali kecil dengan pengunci yang biasa saya gunakan untuk mengaitkan senter kecil, sehingga ketika harus melepas senter dengan segera, maka senter akan tergantung di tali tersebut. Tali ini ada di bagian kiri dan juga kanan.

(1) tempat gantungan, bisa dijepitkan, (2) kreketan untuk mengatur besar kecilnya lengan.

8. Bagian Pinggang

Selain ada 2 buah saku yang tersemat pada bagian ini, ada juga 2 buah adjuster untuk menyesuaikan lebar pinggang jaket ini dengan lingkar pinggang anda.

Material adjusternya bagus, 6 tahun pakai namun tidak terlihat tanda-tanda akan hancur atau retak. Salut

 

————————–

Selama pemakaian dalam kurun waktu hampir 6 tahun ini, ada 2 masalah sebagai berikut :

1. Ada bagian yang robek

Ini bukan robek biasa, karena sepanjang menggunakan jaket ini sudah sering untuk bergesekan dengan rerumputan atau bahkan prosotan di tanah. Robekan ini karena gesekan antara jaket ini dengan tas carrier saya yang sering kelebihan beban. Gesekan yang terjadi secara berulang-ulang pada satu titik pundak sebelah kiri ini akhirnya menciptakan sebuah lubang yang harus saya tutupi ketika hujan.

Baca Juga :  Review dan Pengalaman Memakai Cozmeed Chumbu Step X60 Untuk Pendakian Gunung
Jaket berghaus ini telah melekat bersama Consina Alpinist 70+5 selama 3 tahun. Jadi lubang inilah hasil hubungan mereka berdua.

2. Hilangnya kemampuan menahan angin dan air di bagian bawah setelah 4 tahunan pemakaian.

Karena faktor usia dan pemakaian yang kadang saya pakai untuk berkendara ke luar kota, maka tentu saja jaket ini semakin sering terpapar beragam partikel dan panas yang berlebih. Terlebih itu, perawatan oleh saya hanyalah saya bilas memakai air bersih saja di beberapa bagian yang terlihat kotor. Jika baunya sudah mulai tercium, baru saya rendam memakai air bersih saja, lalu saya jemur dengan cara diangin-anginkan. Saya tuh gak percaya sama mereka yang bilang harus memakai sabun bayi, tetap saja itu sabun ya wahai para pencuci jaket.

Ada sih semprotan yang bisa mengembalikan daya waterproof kembali, namun untuk merek yang bagus harganya sekitar setengah harga jaket ini. Ya mending saya beli yang baru saja. hahaha.

Ada semprotan yang murah, tapi merek gak jelas, takutnya waterproofnya dapet, kakunya juga dapet. hahaha

Pendakian pertama bersama jaket Berghaus, Gunung Kemiri di Taman Nasional Gunung Leuser. Melintasi pohon rotan muda menggunakan jaket ini mah aman-aman saja.

Untuk harga, jaket ini pada tahun 2012 saya beli dengan harga Rp. 350.000. Pada seri yang setara, pada tahun 2018 berada pada harga sekitar Rp. 550.000 hingga Rp. 650.000. Harga yang pantas untuk sebuah kualitas dan durabilitas.

Untuk perawatan ataupun pemeliharaan jaket seperti ini akan saya ulas pada artikel yang lain. Karena akan cukup panjang apabila ditulis pada halaman ini. Karena saya juga masih tidak percaya dengan saran-saran cara perawatan yang diberikan oleh produsen, tentu saja kalau barang mereka awet, terus mereka ntar jualan apa, ahahaha

Pendakian Gunung Slamet yang sampai saat ini belum saya tulis, padahal jaketnya sudah dibawa kemana-mana hingga sekarang, haahaha.

Jika ada yang ingin ditanyakan, silahkan tulis di kolom komentar, semoga saya bisa menjawabnya.

oh iya, ada quote untuk anda

“Dingin itu untuk dinikmati, bukan dihilangkan”

KondekG. Merapi 2012

Artikel ini murni opini pribadi ya, bukan sponsored post dari berghaus, namun kalau mau ngasih produknya buat direview sama saya, akunya mah mau-mau aja, hahah

Salam semriwiiing….

0 Shares:
8 comments
  1. mau ngakak takut ketahuan udah tua…hahaha ngakak aja biar rame.. karena penasaran , di tahun 2023 iseng iseng gogling eh nemu juga..sama persis sama jaket punya saya bang..pertamakali pake jaket ini tahun 2012..nggak beli cuman dikasih sama senior heheh. emang tangguh bener jaket made in indonesia ini bang, berarti sampe sekarang udah 11 tahun…padahal udah dihajar dari gunung ke gunung, hujan badai, pake motor, keluar masuk hutan .. warna masih bagus, resliting belum ada yg dol, bahan gak ada yg robek, tag masih bersih. kerusakan hanya dikit banget yaitu pada sablon tulisan berghaus dan goretex nya ilang, prentul prentul pada resleting yg ada talinya itu pada lepas..sama robek dikit pada salah satu kreketan lengan karena nyangkut di mesin cuci…

    1. sepertinya kita seumuran ya mas Pran, wkwkwk
      sama yak, 2012 juga saya pertama pakai.

      Walaupun sudah keadaan seperti itu, tetap masih dipakai kan ya Mas? tentu saja ada kenangan petualangan serta kenekatan di masa-masa itu 🙂

  2. Dan apakah hanya jaket ini saja yang selalu dipakai?

    Setelah sekian tahun dipakai gitu, mengusang gak sih bang warnanya? Atau ya begitu-begitu saja sejak awal?

Leave a Reply to Ghozali QodratullahCancel reply

You May Also Like