Pada awal tahun 2008 sepertinya cerita ini terjadi. Entah kenapa saat itu ingin sekali saya ke pantai, padahal saat itu adalah musim hujan. Namanya juga orang udah ngebet ya udah, pasti apapun akan dilakukan. Salah satu yang saya lakukan adalah mengajak teman-teman kos agar mau ikutan saya ke pantai. Saat itu tujuannya adalah pantai tirang yang berada di sebelah barat bandara Ahmad Yani Semarang. Pantai ini direkomendasikan oleh salah satu teman kos yang beberapa waktu lalu mengadakan tanam bakau di sekitaran pantai tirang. Saat itu kalau tidak salah adalah hari jumat sore saat mulai menanak rencana ke pantai tersebut. Malam harinya hujan deras di kawasan semarang. Teman yang sudah paham medannya langsung memberikan pilihan, antara jadi ke pantai atau tidak. Kompensasi yang diberikan adalah jika jadi dengan bekas hujan seperti ini maka jangan kaget apabila jalanya berliat licin coklat.
Pagi harinya dengan setelah ragu antara jadi atau tidak, kami duduk-duduk dulu di depan kos sembari memantapkan niat. Tak berapa lama akhirnya berangkatlah kami dengan membawa sebuah bola tendang dengan tujuan akan bermain bola pantai seusai sesampainya di sana. Perjalanan dari kawasan Gunung Pati hingga Simpang Kali Banteng terasa lancar dan mulus karena aspal hitam mengawal perjalanan kami. Lalu masuklah ke daerah perumahan yang berpaving lembut sampai beberapa ratus meter kemudian barulah kami masuk ke area jalan offroad.
Serasa lebih cepat berjalan kaki daripada menaiki kendaran bermotor ketika melintasi medan seperti ini. Namun dalam keadaan jalan seperti ini, sepeda motor juga harus membawa penumpang. Maka jadilah berbagai adegan terpeleset, terputar, terjatuh jadi santapan pandangan kala itu.
Perlu perjuangan keras untuk mampu mencapai bibir pantai, sepertinya sekitar 60 menit kami habiskan melalui jalanan offroad tersebut.
Sesampainya di pantai matahari sudah cukup menyengat kulit kami yang terlampau eksotis ini, namun tetap saja kami bermain-main dalam deburan air asin dan bermain bola sepak dengan pasir hitam sebagai ganti rumputnya.
sesaat menengok rupa kendaraan kami, dan roda terbalut lumpur, serasa motornya luluran di pagi hari. 😀
Terasa terbakar luar dan dalam rasanya ketika bermain bola di tepian pantai dengan terik pagi seperti ini.
Tak bertahan lama ketika kami bermain bola, selebihnya hanya bermain air dan pasir sembari berfoto-foto.
hand stand, hand stand masal, lompat masal, dan banyak hal lainnya yang kami lakukan di sini.
Seingat saya, kami bertemu dengan tiga orang gadis yang sealmamater dengan kami di tepi pantai tirang.
Ketiga gadis tersebut ternyata sedang melepas penat ketika mengerjakan skripsi.
Obrolan ringan pun terjadi diantara kedua belah pihak hingga akhirnya kami pulang bersama melewati jalur offroad yang kami lewati saat berangkat tadi.
Ada satu hal yang hampir terlewatkan, salah seorang teman kami yang berangkat duluan ternyata tidak sampai disini. Sampai kami memutuskan untuk pulangpun salah seorang teman kami tersebut tidak terlihat sama sekali. Ketika kami sudah sampai kos, ternyata dia sudah ada di kos, ahahha sudahlah.
miss you all my bro 😀
2 comments
Hahaha … Ngakak dewek sung yakin maca kie ,,,,,
edan berarti kowe ngek