beberapa waktu lalu saya dimintai tolong oleh seorang rekan untuk mengisi sebuah kegiatan workshop jurnalistik kecil-kecilan di asrama yang pernah saya tempati selama setahun. kegiatan tersebut diadakan oleh sekumpulan rekan dari asrama yang bernaung di bawah buletin PIONER, sebuah buletin sederhana yang terbit tiap bulan di asrama. buletin tersebut sebagai wadah aspirasi dan berbagai informasi seputar kegiatan di asrama. walau hanya sebuah buletin lingkup asrama, namun menjadi sebuah pijakan cerdas untuk membangun kebiasaan menulis dan berbagi opini dalam berbagai kegiatan yang dikemas dalam bentuk cetak.
di asrama saya sering terlihat membawa kamera, sehingga dianggap paling mengenal kamera. materi yang saya sampaikanpun saya ambil dari beberapa referensi di internet dengan beberapa contoh dari gambar yang pernah saya ambil. sebenarnya saya lebih ke bidang landscape, terkadang juga saya menulis sebuah cerita perjalanan dari foto-foto landscape yang pernah saya ambil, jadi saya kira tidaklah terlalu sulit untuk menghubungkan sebuah cerita perjalanan dengan ranah jurnalistik dalam tujuan buletin PIONER tersebut.
walau hanya sekedar lingkup asrama, saya merasa sangat senang apabila bisa berbagi hal yang saya ketahui dalam dunia fotografi. pengetahuan fotografi saya yang masih dangkal ini semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan yang saat itu datang dalam workshop sederhana tersebut. ketika rekan-rekan belajar tentang fotografi, saya juga belajar sebenarnya ketika mencoba mempersiapkan, menyampaikan hingga mencoba di lapangan seusai workshop sederhana tersebut.
dalam ruangan kecil dan sederhana tersebut saya menyampaikan metode yang biasa dipakai dalam fotografi jurnalistik dan tips ringan dalam fotografi tersebut. jendela yang tidak memiliki gorden terpaksa kami tutupi dengan beberapa kasur busa agar sorot proyektor mampu terlihat jelas dalam kegiatan tersebut.
yang pertama saya sampaikan adalah mengenai arti dari fotografi jurnalistik menurut pemahaman saya selama ini, yaitu
Saat Tulisan Tak Mampu MengGAMBARkan dan Saat FOTOΒ Tak Mampu Mengisahkan
maka diperlukanlah sebuah foto yang didampingi oleh tulisan yang memberitakan apa yang ada dalam sebuah kejadian, foto yang diposisikan sebagai ilustrasi dari berita tersebut dapat memperkuat pesan yang akan disampaikan dalam berita.
metode yang biasa dipakai adalah EDFAT
1. Entire (keseluruhan)
tentu ini biasa kita temui dalam berbagai pemberitaan. semuah gambar yang mengambil semua komponen yang akan diberitakan. pada foto terlihat sebuah pementasan sendratari Ramayana di Prambanan. terlihat jelas posisi candi, luas panggung, lokasi penonton, jumlah penonton, waktu pementasan, jumlah penari, tata lampu, kegiatan dalam pementasan tersebut, juga hal-hal lain yang dapat diamati secara visual dengan cepat.
2. Details (kerincian)
jika berbicara tentang detail (kerincian) tentu akan banyak yang akan dibahas. jika dalam foto yang saya ambil adalah ingin mengangkat detail dari sang penari. mulai dari kostum sang penari, gerakan khas dari sang penari, lokasi pementasan, tata rias, dan beberapa aspek yang ingin kita tonjolkan secara detail dalam foto tersebut.
3. Frame (bingkai)
sebuah foto akan terasa hambar atau biasa saja apabila hanya kita ambil sesuai dengan apa yang kita lihat biasanya. cobalah mengambil sebuah gambar menggunakan bingkai yang ada disekitar, cukup memposisikan kamera agar objek utama yang akan kita angkat masuk ke dalam bingkai yang telah kita dapatkan. hal ini biasanya untuk mengisi kekosongan aera pada foto agar tidak datar.
4. Angle (sudut pandang)
foto jurnalistik tidak seperti pas foto yang selalu diambil dari depan dan sejajar dengan mata. cobalah diambil dari sambil atau agak sedikit lebih tinggi juga sedikit lebih rendah. penggunaan bukaan lebar juga bisa dijadikan sebagai bingkai untuk membatasi sudut pandang, sehingga pandangan sang pembaca akan terhenti pada objek yang kita masukkan dalam area fokus lensa.
5. Time (waktu)
jika berbicara tentang waktu tentu saja akan banyak hal yang terjadi. sebuah foto akan terkait antara waktu dan momen. misalkan saja sebuah foto tentang pesawat jatuh di hutan, walau hanya sebuah foto dari kamera ponsel saja namun foto tersebut memiliki nilai yang tinggi karena waktu dan momen tersebut tidak dapat ditemui sewaktu-waktu. pada foto yang saya sertakan, terlihat sang penari membelakkan kedua bola matanya sembari menurunkan pinggulya dan sang vokalis yang bernyanyi hingga memejamkan matanya. kedua foto ini hanya terjadi sekali dalam pementasan pada masing-masing aksi panggung tersebut. jadi perhatikan waktu dan siapkan kamera anda.
tips dalam fotografi jurnalistik yang lebih bisa membuat nilai lebih pada foto anda.
1. Buat strategi 5W
pasti anda sudah tahu apa itu seingkatan dari 5W. intinya dalam setiap anda akan memotret usahakanlah lakukan riset tentang apa yang akan anda liput. semakin banyak materi yang anda ketahui tentang objek yang akan anda tangkap akan membantu anda ketika anda berada waktu di lapangan. misalkan saja tentang penari ini, saya telah sedikit mengetahui jumlah personil, gerakan, posisi para penari, sehingga bisa mengambil dengan sudut pandang dan waktu yang tepat. kemudian pada foto milky way, saya telah melakukan riset tentang waktu yang tepat, lokasi, arah dan juga peralatan yang perlu saya bawa untuk mendapatkan foto milky way tersebut.
2. Why Should I Care
bila ini tentu lebih ke ada nurani anda. mengapa anda mengambil foto tersebut, alasan apa yang membuat anda menekan shutter? pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada pembaca ketika melihat foto anda tersebut? dan mungkin anda memiliki pendapat sendiri serta alasan tersendiri.
3. Kuasai Subyek Sebelumnya
lebih baik ketika anda akan memotret sesuatu pahamilah subyek terssebut. jika pada foto ini saya mengambil foto ketika pemimpin DANDIM Kab. Gayo Lues akan menanam pohon di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. obrolan ringan sebelum melakukan pemotretan turut membantu anda untuk bisa mendapatkan ruang dan waktu yang tepat untuk mengambil foto dari subyek tersebut.
4. Lihat LEBIH detail apa yang menempel pada subyek
detail terkadang hal yang kita lupakan ketika mengejar momen, karena terdesak oleh waktu. namun coba berfikir sejenak untuk dapat mencari detail yang menempel pada subyek. pada foto ini saya mengangkat sosok seorang anggota TNI yang sedang menyaksikan rekan-rekannya yang mencoba membawakan Tari Saman.
5. Hati-hati dengan elemen di sekelilingnya
Elemen dalam hal ini sangat bervariasi, antara elemen objek yang akan kita masukkan ke dalam foto juga elemen yang mungkin membahayakan diri kita ketika mengambil foto. dalam foto ini saya lebih berhati-hati ketika mengambil objek dalam mercusuar, angin yang kencang terkadang membawa serpihan kaca yang menggantung dalam ruangan tersebut. beberapa elemen dalam foto juga tidak saya masukkan seperti kaki bersandalkan jepit yang kurang tepat jika masuk dalam foto ini, karena saya lebih ingin menonjolkan jendela bernuansa biru ini.
6. Cari sudut pandang yang berbeda dengan fotografer pada umumnya
cobalah berbeda dengan fotografer lainnya, bisa anda ambil dari sudut pandang yang ekstrim dan juga unik. foto ini saya gabungkan antara sudut pandang dan juga frame serta time. rona senja dalam jari-jari roda dengan sudut rendah.
7. perhatikan komposisi
foto ditengah memang bisa kita ambil untuk menekankan subyek yang ada, namun meletakkan subyek tidak ditengah juga tidaklah buruk. memberikan ruang lebar sebagai ruang pasif mampu membantu ruang aktif yang akan kita tonjolkan.
8. Etika
inilah yang mungkin agak sering saya sayangkan akhir-akhir ini, ketika fotografi sudah menjadi trend dan nilai ekonomi menjadikannya lepas dari nilai moral dan norma yang seharusnya melekat dalam nurani seorang fotografer.
_______________________________________________________________________________
beberapa foto yang saya ambil berikut merupakan beberapa aplikasi kecil dari hal diatas yang saya tempatkan dalam beberapa kegiatan saya.
1. pasir merapi
2. sendratari ramayana -1
3. sendratari ramayana -2
4. senyum sederhana
5. Milik siapa
dan saya ucapkan terima kasih, saran dan kritik saya nantikan di kolom komentar apabila ada hal yang kurang berkenan, bahkan salah dalam penyampaian materi. tanpa maksud mengurangi bobot dari fotografi jurnalistik tersebut, semoga ulasan dari saya ini dapat memberikan hal yang bermanfaat untuk anda.
TERIMA KASIH dan SALAM JEPRET !!! π
untuk cerita kegiatan saat mencoba mengaplikasikan materi ini bersama anggota workshop dapat anda klik pada tautan ini :
http://ghozaliq.com/melewati-senja-bersama-peserta-workshop-pioner/
11 comments
mantap deeeh…bookmark ah buat contoh
wekwekwek….tulisan amburadul gini kok dibookmark bu, hihihi
semoga bermanfaat ya bu π
Waaa mantaappp… ilmunya π
hehehe masih dalam tahap belajar sebenarnya,
yang penting tetap berbagi :D, takkan habis kok sebuah pengetahuan jika dibagi-bagikan π
Setujuuhhh π
mantap sharingnya. Memang memotret itu sulit. Tidak hanya menekan tombol shutter. Apa yang ingin disampaikan dari foto itu? lalu bagaimana cara membuat foto itu? wah seru memang fotografi jurnalistik. Proses risetnya yang paling asik. Salam jepret!
Terima kasih mas π
Benar mas, lebih enak dikatakan sebagai sharing daripada workshop sebenernya, karena jadi ada dua arah pembelajaran. Pemateri ke peserta dan peserta ke pemateri.
Foto itu merupakan gambar realitas, jadi akan ada banyak pesan dan kisah dibalik masing-masing foto.
salam jepret juga mas…
Tetap dokumentasikan peradaban ya mas….hehehe
yaps, setuju saya. Memang lebih enak sharing. ” Memotret perlu pendekatan ke subyek” -> setuju saya.
Keuntungannya banyak banget. Bisa dapet angle yang bagus, bisa tau spot2 bagus, yg paling enak jadi dianggep temen trus dibayarin . *eh*
Siap. Setelah didokumentasikan, trus dikelola deh dengan baik . hehe
Iya mas…mending dianggap temen dibanding dianggap “kakak” aja…ahahaha
Iya mas…pengelolaan setelah foto itu yg sekarang saya sayangkan, beberapa temen yang suka foto kebanyakan cuman berakhir di medsos…
Sementara sekarang saya sedang mencoba rutin untuk mebuatnya menjadi ebook walau pas.pasan kualitasnya dan membagikannya via blog dan medsos
π
haha berbau curhat nih.
+1000. masih mending di medsos, daripada berakhir di hardisk aja. siip semangat mas! ditunggu karya selanjutnya.
Bukan curhat mas, curcolan…wkwkw
Iya mas…bener…di hardisk ntar jamuran trus digoreng sama tempe malah…
Iya mas…msh mencoba menyesuaikan waktu antara kegiatan dan hobi. Hehehe