Salah satu kedai kopi di sekitar Takengon yang saya rekomendasikan adalah kedai kopi Galeri Kopi Indonesia. Bangunan utama terletak di area kebun kopi pemiliknya, kebun kopinya tidaklah terlalu luas, namun sangat memungkinkan untuk berkeliling kebun kopi tersebut.
Lokasinya menjauh dari pusat Kota Takengon, Aceh Tengah. Memerlukan waktu sekitar 10 menit berkendara dari pusat Kota Takengon. Untuk lokasi lebih jelasnya bisa dilihat pada peta di akhir artikle ini. Kedai kopi Galeri Kopi Indonesia ini saya masukkan sebagai 1 dari 7 atraksi wisata di Kota Takengon yang bisa dikunjungi dalam waktu satu hari.
Sebuah jalan beton selebar mobil mempermudah akses kami dari jalan raya Takengon – Blangkejeren. Baru masuk sekitar 200 meter kami sudah bisa melihat sebuah bangunan sederhana yang terlihat ramah lingkungan. Segera setelah kami memarkirkan kendaraan kami, maka segera kami mengucap salam kepada pemilik kedai kopi Galeri Kopi Indonesia.
Uten Cike, begitu nama sebutan beliau pemilik kedai kopi Galeri Kopi Indonesia. Beliau terlihat rapi dengan celana panjang, kemeja rapi, serta kacamata dengan bingkai gelap. Galeri Kopi Indonesia milik Uten Cike ini terletak di Desa Kayukul, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah.
Uten Cike berencana mengusung konsep Agro Forestry di Kecamatan Pegasing, ingin pada tahun 2019 ada tempat wisata buah dari pohon produksi. Pohon produksi yang diandalkan bukan hanya kopi, namun juga nanas dan alpukat.
Terbesit pula keinginan beliau untuk menjadikan Kecamatan Pegasing menjadi tempat edukasi kopi, dari hulu hingga hilir. Mulai dari proses pembukaan lahan, pembibitan, perawatan, panen, pasca panen, hingga penyajian di kafe.
Ketika saya perhatikan, tidak ada mesin pengolah kopi mewah di sini. Kenapa tidak ada alat-alat mewah di Galeri Kopi Indonesia? karena bagi Uten Cike, rasa karismatik kopi muncul karena rasa dan perasaan sang Barista, menggiling dengan tangan yang terampil, meracik dengan perasaan, lalu menyajikan dengan senyuman. Karena banyak sekali tamu yang datang hanya sekedar menikmati kopi, tanpa tahu seperti apa bentuk kopi sebelum bisa dinikmati.
Ada beberapa wisatawan manca negara yang pernah mampir ke Galeri Kopi Indonesia. Terakhir yang datang adalah seseorang berkewarganegaraan Belanda. Entah mereka hanya ingin berwisata atau menjadi bidang investasi baru.
Uten Cike berharap agar para warga desa sadar wisata, karena banyak wisatawan dari luar Aceh Tengah yang ingin berbaur dengan masyarakat lokal. Dengan seperti itu mengharapkan agar homestay di desa bisa tumbuh dan bergeliat untuk mendukung pariwisata di Aceh Tengah. Sehingga semua masyarakat bisa menikmati dari nikmatnya bidang pariwisata untuk menopang perekonomian masyarakat.
Syahrul Iman (semoga nama yang tertulis benar, karena saya hanya mendengarnya sekali) selama 6 tahun belajar kopi berdasarkan pengalaman dan didikan dari Uten Cike. 2016 diadakan festival kopi di Aceh Tengah dengan lomba mengenai kopi, lalu setelah diadakan seleksi, maka terpilihlah putra Uten Cike tersebut menjadi Duta Kopi Gayo 2016.
Karena terpilihnya Syahrul Iman sebagai Duta Kopi Gayo, maka mulai berdatanganlah orang-orang ke Galeri Kopi Indonesia untuk belajar kopi lebih lanjut. Karena hal inilah, Uten Cike memiliki mimpi untuk memasukkan edukasi kopi ke dalam kurikulum sekolah formal dalam bentuk muatan lokal. Mulai SD, SMP hingga SMA. Bahkan Uten Cike telah berencana menjadikan Galeri Kopi Indonesia menjadi semacam grand house untuk belajar tentang kopi.
Harapannya adalah ketika anak lulus sekolah hingga SMA yang tidak bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, maka tetap bisa berkarya di bidang kopi sehingga tidak menjadi pengangguran. Sehingga akan mampu memunculkan bibit-bibit duta kopi gayo lainnya.
Jika melihat interior di Galeri Kopi Indonesia, semua terlihat alami karena furniture yang digunakan sebagian besar dari kayu limbah, seperti akar pohon yang dijadikan meja, atau batang pohon sisa yang dijadikan kursi. Ada juga perpustakaan sederhana yang bisa ditemukan beberapa buku-buku yang sudah langka untuk ditemui, khsusunya yang membahas tentang Aceh.
Tinggi meja barista di Galeri Kopi Indonesia ini juga terlihat rendah, tujuannya adalah agar tamu yang berkunjung bisa melihat proses pembuatan kopi sembari belajar mengenai kopi kepada sang barista. Sehingga tamu yang datang akan bisa menikmati kopi dengan mengisi pengetahuan mengenai kopi. Rupanya lokasi milik Uten Cike ini beberapa kali dikunjungi oleh rombongan mahasiswa yang ingin mempelajari tentang kopi.
Semenjak kunjungan saya ke Galeri Kopi Indonesia, saya jadi tidak suka minum kopi pakai gula. Entah mengapa, ketika menyeruput kopi gayo tersebut tanpa gula yang disaring menggunakan kertas saring tersebut terasa sangat nikmat. Ada rasa asam yang berubah menjadi manis perlahan. Terlebih suhu udaranya sangat mendukung untuk menyeruput kopi dengan perlahan.
Jika ingin berkunjung ke Galeri Kopi Indonesia, silahkan ikuti saja peta berikut ini.
Untuk keperluan lebih lanjut, Anda bisa menghubungi Galeri Kopi Indonesia melalui kontak berikut ini :
No HP + WA Uten Cike : 0823-6282-8464
akun instagram : https://www.instagram.com/galerikopiindonesia/
Jadi, dengan menggunakan nama “Galeri Kopi Indonesia” apakah rasanya terlalu berlebihan jika dibandingkan dnegan tempat sekecil ini dan hanya menyediakan kopi dari kebun sendiri? Lalu bagaimana jika kita bandingkan dengan mimpi dan harapan Uten Cike akan kopi di tanah kelahirannya sendiri?
Salam kopi.
11 comments
kopi aceh salah satu kopi yang terkenal .. jadi kalau ke aceh .. mau ngopi sekalian belajar tentang kopi, mesti datang ke tempat ini ya.
Kalau suka kopi biasanya memang ga pernah pakai gula biar terasa rasa khas-nya. Meskipun ga pakai gula kopi giling rasanya “enak” beda banget dengan kopi yang sudah bubuk ga pakai gula 🙂
iya, tanpa gula rasanya lebih nikmat, jadi irit juga, karena sruput-sruputnya dikit, gak langsung tenggak macam air sirup, hahaha
Iya, saya rekomendasi ke tempat ini, walau ada banyak kedai kopi di Takengon, namun cuman satu ini yang pemiliknya ramah dan suka berbagi pengetahuan akan kopi.
Aku suka ngopi, tapi belum pernah belajar seluk beluk kopi mas. Semoga homestay-nya cepet jadi, pengen nginep di situ sambil belajar kopi 🙂
Kalau di Semarang berkabar aja Mas, siapa tahu waktunya cocok, bisa ngopi bareng kita ntar…
kemarin aku ke Semarang tapi famtrip, agenda padet :((
nanti kalo ke Semarang lagi aku kabari mas
Oke deh….berbakar aja, nek nyari nomerku gampang, kamu tahu minta ke siapa, ahaha
hahaha, iyo iyo, wokeee
Wah keren mas, tahun kemarin ada kerjaan di takengon. Sepanjang mata memandang lihatnya kebun kopi semua. Tapi belum ketemu sama kedai kopi ini
Tahun kemarin bulan apa Mas? Kok gak ketemu? Ahaha
Ini kedai kopinya jauh dari pusat kota Mas,, jadinya susah ketemu, ahaha
Kopi Gayo ini udah terkenal banget sampe mancanegara. Semoga sukses terus pak
Iya, cuman harus teliti aja mana yang bagus kualitasnya… 🙂