Menginap di The Wujil Resort & Conventions ini sudah kami rencanakan sebulan sebelumnya, sehingga acara pindah tidur ini membawa cukup banyak barang. Lokasi The Wujil Resort & Conventions tepat di pinggir jalan raya Ungaran – Bawen, sehingga akses untuk menuju ke resort ini jauh lebih mudah dari beberapa resort lain yang terletak di Kabupaten Semarang.
Seperti biasa, Rengganis ikut sebagai anggota termuda yang memerlukan persiapan paling kompleks. Jika tahun kemarin saya cukup menggunakan tas carrier Deuter Futura Pro 42, kini saya harus menggunakan tas carrier Deuter Actlite 60 + 10 untuk bisa mengakomodasi semua keperluan kami selama menginap di The Wujil Resort & Conventions.
Tujuan kami menginap di The Wujil Resort & Conventions ini selain pindah tidur adalah ingin membawa Rengganis untuk bisa bermain di lokasi yang lebih luas dan lebih aman. Bila melihat dari citra satelit via Google Maps, bisa dilihat seberapa luas area terbuka di resort ini.
Sesampainya di kamar, kami segera meletakkan barang bawaan kami lalu keluar lagi. Hal ini terjadi karena saat kami menuju lantai 3 dengan menggunakan lift, rupanya Rengganis takut berada di ruang tertutup yang kecil. Jadilah kami berjalan menuju kamar dengan tangisan Rengganis yang menggema di lorong lantai 3.
Kamar yang kami gunakan adalah kamar standar dengan satu tempat tidur dan fasilitas standar lainnya. Beruntung kami membawa shampoo dan sabun mandi sendiri, karena kami tidak menemukan kedua benda tersebut di kamar mandi. Hanya ada sikat dan pasta gigi, dua lembar handuk, serta satu buah shower cap.
Kami kembali menuju lantai terbawah menggunakan tangga, lumayan untuk bisa sedikit mengurangi angka timbangan ibunya Rengganis. Di dekat lobi, ada tempat untuk bermain anak, berupa tenda dan mainan yang terletak di atas meja dan kursi yang tertata layaknya kelas TK. Di atas hamparan rumput sintesis tersebut, Rengganis kami temani bermain sejenak sembari menunggu mood-nya kembali ceria.
Lokasi pertama untuk berkeliling adalah kids playground yang terletak di sebelah utara bangunan utama. Saya tidak sempat mengambil foto di lokasi ini saat Rengganis bermain, kami berdua harus menjaga Rengganis agar tetap aman karena saat itu ada banyak pengunjung lain yang bermain di lokasi ini. Untuk melihat lokasinya, silahkan lihat melalui foto panorama 360 yang saya sematkan berikut ini.
Setelah dirasa cukup bermain di kids playground, lokasi selanjutnya adalah ke kolam ikan yang terletak di bagian belakang resort. Rupanya di lokasi ini suasana terasa tenang, jauh dari hingar bingar klakson jalan raya yang terletak persis di depan area parkir. Jaraknya lumayan jauh juga sih menurut saya.
Di kolam ikan ini rupanya ada kawanan bebek putih yang mondar-mandir di kolam ikan. Sesekali nyungsep ke dalam air untuk mencari cemilan. Rengganis sebagai penggemar satwa hidup tentu saja sangat gemas melihat tingkat kawanan bebek ini. Hingga menarik saya untuk mengejarnya walaupun bebek-bebek tersebut sedang berada di atas air.
Di area kolam ikan ini rupanya ada beberapa pohon kersen, pohon yang buahnya sangat digemari oleh Rengganis. Saya melihat ada banyak buah kersen merah yang mudah dijangkau tanpa harus melompat, lalu saya mengambilkan beberapa buah. Dengan lahapnya Rengganis menikmati buah manis nan segar tersebut.
Beralih ke bagian barat menyusuri jalan paving di sisi kolam ikan, ada air terjun buatan yang airnya ithir-ithir, maklumlah karena baru permulaan musim hujan dan namanya juga air terjun buatan. Kami hanya melintasinya sejenak saja sebelum berpindah ke area venue untuk area pernikahan. Untuk venue tersebut di desain oleh Ibu Tamara, seorang arsitek dari Kota Semarang.
Di depan venue ada tanah lapang dengan rerumputan yang lembut, guling-able dan empuk. Walaupun di beberapa titik ada genangan air dangkal yang cukup kasat mata. Rengganis berlarian di tanah lapang itu sebelum akhirnya menemukan genangan air yang menjadi tempat mainan favoritnya untuk menghentak-hentakan kaki kecilnya.
Kami akhirnya memutuskan kembali ke kamar dengan melintasi jalan di samping hall yang berfungsi sebagai gedung sebaguna. Kami akhirnya menuju ke kamar dengan menaiki tangga hingga lantai 3, kami tidak ingin mengulangi lagi kejadian naik lift tadi siang. Sesampainya di kamar, Istri saya segera memandikan Rengganis untuk kemudian menunaikan aktivitas makan sore hari itu.
Malam harinya, kami tidak keluar kamar, selain memang sudah memasuki jam tidur Rengganis, kami juga sudah merasa perlu untuk istirahat di kasur empuk yang tidak kami temukan di rumah kontrakan kami. Untuk makan malam kami sendiri, kami memesannya untuk diantarkan ke kamar.
Sebenarnya ada banyak pilihan menu, namun ya tetap saja, sebagai orang yang makan untuk kenyang, maka pilihan jatuh ke nasi goreng. Sebuah menu makanan yang rasanya sudah cukup terstandarisasi dari Pulau Breuh Sampai Merauke.
Setelah perut kenyang, badan lelah, kasur empuk, maka kami bertiga melipat waktu hingga pagi dengan memejamkan mata tanpa sengaja.
Seperti biasa, Rengganis selalu bangun saat pagi masih terlalu muda, biasanya ia bangun pagi jam 04.30 WIB. Sejenak kami menanti pagi lebih dewasa dari dalam kamar, memandang Gunung Ungaran dari balkon kamar, dan juga menonton kartun di channel TV premium.
Sekiranya pagi telah menawarkan rona jingga, kami mulai keluar kamar untuk menuruni tangga guna berkeliling kembali ke area yang kemarin sore sempat kami datangi. Suasana pagi itu terasa lebih tenang dari kemarin sore, selain karena pengunjung lain belum keluar kamar, juga udara masih terasa sejuk.
Memotret siluet Rengganis saat pagi, rupanya baru pernah saya lakukan saat itu. Biasanya kami berjalan-jalan bersama Rengganis saat matahari sudah mendekati cakrawala di ujung hari. Rambut keritingnya menjadi ciri khas Rengganis ketika saya dokumentasikan dalam siluet pagi itu.
Kami kembali menyapa kawanan bebek yang sempat kami jumpai kemarin sore, rupanya ada satu kawanan lagi di kolam lainya. Dan tetap saja, Rengganis meminta buah kersen sebagai cemilan pagi saat itu.
Dengan kesibukan ngemil paginya, Rengganis dibopong Istri saya untuk melintasi jalan paving yang membelah area persawahan yang nampak segar dengan bulir padinya yang terhinggapi butiran embun. Kami hendak menuju ke wedding venue yang kemarin sore sempat kami datangi.
Istri saya menurunkan Rengganis, segera ia berlarian ke sana ke mari dan tertawa…. stop, jangan nyanyi. Pagi yang cerah untuk jiwa-jiwa yang berbahagia, dan semoga kami berada diantaranya.
Segera raungan shutter dari kamera Sony Nex-5n dengan lensa 16-50mm mengisi ruang dengar pagi itu. Dalam hati terbesit, sudah sebesar ini rupanya kamu nak, tak terasa 17 bulan telah terlalui. Rasanya baru kemarin kamu belajar duduk, merangkak dan berjalan. Kini kamu sudah mulai berlarian bebas, berteriak sembari tertawa menikmati pagi bersama ibumu, yang juga merupakan Istriku.
Aaah….semoga kamu sehat dan bahagia selalu nak menghadapi dunia yang fana ini.
Sempat saya melirik Gunung Ungaran yang nampak bersih pagi itu. Suatu hari nanti kami akan mebawamu ke sana nak, agar kamu tahu bahwa ada banyak keindahan dari atas sana. Walaupun menurut kami, senyum pagimu itu lebih indah.
Setelah kami merasa cukup bermain-main di weeding venue tersebut, segera kami berpindah ruang ke resto. Letaknya di lantai 4, dan kami tetap harus naik tangga untuk sampai ke atas untuk menghindari tangisan Rengganis jika menggunakan lift.
Untuk menu sarapan di resto The Wujil Resort & Conventions, kami tidak begitu memperhatikan ada apa saja. Kami fokus untuk menangani sarapan Rengganis pagi itu. Sempat mengambil menu bubur ayam, namun tidak suka, nasi putih, tidak suka, nasi goreng, tidak suka, akhirnya ikut nithili bakmi goreng di piring kami. Baru kali ini kami tidak kenyang ketika berada di sebuah ruangan yang all you can eat, wkwkw.
Saat Rengganis sudah acak-acakan dengan helaian bakmi di bajunya, kami memutuskan untuk turun ke kamar. Berkemas untuk segera menuju ke kolam renang sebelum Rengganis mengantuk. Untuk turun ke kolam renang, khusus tamu menginap bisa menggunakan jalan pintas yang terletak di dekat tangga sebelah utara, sehingga tidak harus memutar lewat lobi.
Kolam renang saat itu sudah nampak beberapa pengunjung, kami masuk dengan menyebutkan nomor kamar. Untuk pengunjung dari luar yang hanya ingin berenang, Anda harus membeli tiket sebesar Rp.25.000 untuk tiap pengunjung kolam renang.
Namanya juga anak-anak ya, ketika saya sudah selesai meniup pelampung kuning yang ketika di rumah buat encot-encotan gak jelas oleh Rengganis. Saat saya letakan di atas kolam, lalu mengangkat Rengganis untuk masuk ke dalamnya malah menyinglangkan kaki, tanda tidak mau masuk ke dalam pelampung tersebut. Ya sudah, akhirnya hanya bermain air saja sambil menunggu area air muncrat memuncratkan airnya.
Saat yang ditunggu tiba, saat lubang-lubang kecil tersebut memuncratkan airnya, Rengganis saya bawa ke sana. Tak diduga, malah ketakutan, minta segera menjauh dari tempat itu, mungkin kaget karena baru pertama kali. Lalu saya menepi, lalu kembali membujuk agar ke area itu lagi, saya tuntun untuk mendekat, setelah dekat, air kembali naik, lalu dengan pelan kaki Rengganis mulai bergerak mundur secara teratur. Ahahaha, sudahlah tidak usah dipaksa lagi.
Saatnya naik kembali ke kamar, melalui tangga lagi. Sesampainya di kamar, segera memandikan Rengganis dengan air hangat, lalu setelah berdandan rapi, Rengganis merengek minta tidur. Saat tidur tersebut, kami baru bisa bergantian mandi dan mengemasi barang bawaan kami. Hingga akhirnya sekitar pukul 10.30 WIB Rengganis terbangun, tak berapa lama kemudian kami berjalan menuju lobi untuk check out.
Bagi yang penasaran dengan bagaimana suasana di The Wujil Resort & Conventions, Anda bisa menyimaknya melalui halaman Virtual Tour 360 The Wujil Resort & Conventions.
The Wujil Resort & Conventions
Telp : (024) 76510707
Website : http://www.thewujilresort.com
Facebook : https://www.facebook.com/thewujil/
Instagram : https://www.instagram.com/the_wujil/
Untuk alamatnya, pantau saja di peta yang saya sematkan berikut ya,
Saatnya kembali ke rumah kontrakan tercinta, kasur lesehan yang kami tinggalkan selama satu malam. Ucapan terima kasih kepada Mas Nuril dan Mbak Tiara atas voucher menginapnya. Artikel ini bukan endors ya, hanya sekedar berbagi pengalaman saja ketika menginap di The Wujil Resort & Conventions.
Tabik.
2 comments
Wah, jangan-jangan Rengganis klaustrofobia mas.
Btw ini endorse bukan? Aku ada beberapa masukan, haha. Karena namanya “resorts”, aku sepemikiran sama sampeyan, harusnya disediakan toiletries lengkap. Apalagi lokasinya jauh dari peradaban. Desain interior kamarnya perlu sedikit lagi didekorasi. Lalu, Rp120.000,00? Harganya kok mirip-mirip hotel bintang 4 atau 5 di Bandung 😀
Suka banget area terbukanya. Hijau, tenang, sejuk, lega… Ruang makannya juga oke. Kenapa nggak kenyang, mas?
entah, balita setahuku belum kenal phobia
interior indoornya sepertinya dibikin biasa biar penghuni kamarnya pada keluar, biar bebek-bebeknya ada yang jenguk, hihih
iya, ini resort kan bintang 4 😀
bukan endors ya Mas, sudah saja tegaskan di kalimat terakhir.
Kenapa gak kenyang? karena dirusuhin Rengganis, awkkwkw