Pendakian gunung sebenarnya adalah kegiatan luar ruangan yang ekstrim, terlepas dari ramainya jalur pendakian beberapa tahun terakhir ini. Terkadang pendaki, baik pendaki baru maupun pendaki lama hanya mengandalkan jelasnya jalur atau modal papasan dengan pendaki lain, atau paling parah adalah mengandalkan perasaan. Padahal perasaannya sudah dikorbakan saat lebaran haji #eh

Hayo, ini di puncak gunung mana?

Kenapa tidak baik mengandalkan perasaan ketika kegiatan pendakian gunung? Karena perasaan itu sangat mudah terpengaruh oleh emosi, terlebih hanya dikala lapar dan lelah. Maka dari itu, kesehatan mental dan fisik perlu ditempa sebelum melakukan kegiatan pendakian.

Emosi adalah musuh logika – Sherlock Gnomes

Sebenarnya, salah satu ilmu dasar yang wajib dimiliki oleh setiap pendaki gunung adalah navigasi, baik navigasi manual maupun digital. Untuk navigasi manual bisa menggunakan petunjuk dari semesta ataupun menggunakan alat seperti kompas atau peta yang dilengkapi informasi topografi. Untuk navigasi digital, penggunaan GPS handheld sudah sangat lebih dari cukup untuk kegiatan pendakian gunung.

Namun biasanya karena alih-alih sudah hafal jalur, atau yakin bahwa akan ramai pendaki di jalan, hal-hal tersebut diabaikan. Ya terserahlah, namun ada baiknya adalah kita mempersiapkan semua hal untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

Dulu, minimal saya selalu membawa kompas analog dan meminta fotokopian rute jalur pendakian dari basecamp tempat saya naik. Walaupun kertas fotokopi tersebut biasanya berisi skala yang asal-asalan, namun setidaknya dengan dibantu kompas analog, akan dengan mudah mengetahui di mana arah masing-masing pos pendakian.

Ringan, kecil, dan tangguh, Sehingga digantung seperti ini saja tidak masalah.

Saya pernah beberapa kali menggunakan GPS handheld untuk memandu saya dalam kegiatan pendakian gunung, menurut saya itu lebih nyaman dan aman. Berikut saya jelaskan beberapa manfaat GPS dalam kegiatan pendakian gunung, dengan manfaat ini maka sekaligus anda akan memahami hal sebaliknya.

A. Menjadi Pemandu Agar Tidak Keluar Jalur

Sebelum membawa GPS untuk pendakian, biasanya saya mengisinya dengan file GPX yang berisi jalur atau rute pendakian suatu gunung. Sudah banyak yang mengunggahnya di internet, namun yang paling saya rekomendasikan adalah gunungbagging.com, selain sudah lengkap untuk gunung-gunung di Indonesia, mereka juga menyediakan file KML juga yang bisa dibuka menggunakan Google Earth, sehingga bisa mempelajarinya sebelum memutuskan untuk berangkat.

Untuk cara memasukkan file GPX ke dalam perangkat GPS, silahkan menuju artikel : cara input GPX ke dalam GPS Garmin.

Bila sudah memasukkan rute ke dalam perangkat GPS, maka sudah sangat mudah untuk menyadari kita berada di jalur yang benar atau tidak.

Dengan jalur pendakian yang telah dimasukan ke dalam perangkat GPS, maka kita akan dipandu oleh rute pendakian, akan ada garis yang sebenarnya tinggal kita ikuti saja. Sehingga di setiap percabangan jalur, kita akan dengan mudah mengetahui mana jalur yang benar.

Baca Juga :  Cara Memasukkan File GPX ke Dalam GPS Garmin

Fitur yang paling sangat membantu adalah Track Logadalah kemampuan perangkat GPS untuk merekam dari satu posisi ke posisi selanjutnya, bisa berdasarkan interval jarak atau waktu. Dengan mengaktifkan fitur ini, kita akan bisa pulang ke titik awal dengan mengikuti track log yang sudah terekam dalam perangkat GPS.

Jadi, walaupun jalan pulangmu berkabut, Insya Allah dengan fitur ini kita tidak akan keluar jalur. Pokoknya tetap berdo’a dengan khidmat ketika akan memulai perjalanan.

B. Mudah Untuk Mengetahui Jarak

Jarak yang dimaksud bukan jarak hubungan kalian dengan KUA, namun jarak antar pos pendakian, karena sesungguhnya pembuatan pos pendakian dibuat atas dasar ketersediaan lahan datar dan jarak dengan pos yang lain.

Saya masih ingat ketika berkunjung ke Gunung Cikurai via mana saya lupa namanya, pokoknya ada banyak stasiun pemancar televisi di situ, dimana jarak pos yang ada tidak seimbang, ada yang berjarak 1 jam, 30 menit, bahkan ada yang 10 menit sudah sampai pos selanjutnya. Bagi yang baru pertama kali berkunjung, pastilah akan mengalami kebingungan untuk mengambil keputusan hendak mendirikan tenda di mana.

Bisa memperhitungkan kondisi tim dengan jarak yang akan ditempuh sebelum mendirikan tenda.

Dengan menggunakan GPS yang sudah kita isikan rute pendakian, biasanya dalam rute tersebut sudah lengkap dengan waypoint yang berupa pos atau titik-titk penting lainnya. Dengan mengetahui lokasi pos yang sesungguhnya, maka kita bisa dengan bijak hendak mendirikan tenda dimana dengan menyesuaikan kondisi tim pendakian.

C. Bisa Mengetahui Ketinggian Suatu Lokasi

Apakah pentingnya mengetahui ketinggian suatu lokasi dalam pendakian gunung? Selain untuk bisa mengetahui perkiraan suhu udara dan tekanan udara, ketinggian juga bisa kita gunakan untuk hal-hal lainnya. Biasanya saya menggunakannya untuk :

  • Menghindari hewan berbahaya yang hanya mampu hidup di ketinggian tertentu, seperti nyamuk, ular, babi, harimau, dsb. Walaupun tidak bisa akurat, namun setidaknya bisa dijadikan pertimbangan pemilihan lokasi bermalam dengan berbagai persiapan.

Pengalaman saya pernah di Pendakian Gunung Kemiri, saat mencapai ketinggian 2.800 mdpl diserang makhluk semacam lalat yang besarnya sebesar kuku jempol orang dewasa, dan yang ngeri adalah gigitannya bisa menembus kain tipis seperti kaos. Padahal pertama bertemu dengan hewan ini di ketinggian 900 mdpl.

Ketinggian Pos 4 pendakian Gunung Sumbing jalur Butuh dan Mangli. 2992 mdpl secara ellipsoid
  • Membedakan mana hujan biasa mana hujan kabut. Dalam ilmu geografi, ketinggian awan hujan berada di bawah 2.500 mdpl. Banyak pendaki yang tidak bisa membedakan mana hujan biasa dan hujan karena kabut. Hujan biasa memaksa kita untuk harus berhenti atau dengan terpaksa ya melanjutkan pendakian dengan mantel, karena intensitas hujan yang tinggi dan durasi yang cukup lama. Namun jika hujan karena kabut, biasanya hanya sekedar rintik dan itupun tidaklah lama.
Baca Juga :  5 Tips Memilih Tenda Gunung Ultralight

Namun, pernah juga pengalaman di Gunung Sindoro jalur Kledung, dimana sudah melewati post 3 yang memiliki ketinggian 2.550 mdpl, namun kami tetap diguyur hujan deras dari jam 16.00 hingga 22.00. Beruntung tidak ada petir saat itu. Paling aman jika ingin menghindari hujan ya teruslah mendaki hingga ketinggian lebih dari 3.000 mdpl, ahaha

D. Bisa Membaca Profil Kemiringan Lereng

Ada yang pernah merasakan betapa curamnya naik dari Pos 3 menuju Pos 4 di Gunung Merbabu via Selo? Yap, seperti itulah, jarak horizontal memang pendek, namun ketika berada di lokasi, terutama di siang hari, bisanya saya memerlukan waktu sekitar 60 menit untuk melintasinya. Coba kalau jalan malam hari, dimana belum tahun medan, maka biasanya akan ditabrak saja dengan ketiadaan tempat datar untuk mendirikan tenda.

Titik tertinggi itu adalah Pos 4, sedangkan yang banyak tendanya itu adalah Pos 3. Pendakian Gunung Merbabu jalur Selo.

Dan masih banyak ruas-ruas jalur pendakian gunung-gunung lainnya yang menyajikan tanjakan dengan kemiringan lereng yang curam. Biasanya tanjakan seperti ini disebut tanjakan penyesalan, mau lanjut tenaga limit, mau balik kok jauh. T e r s e s a l i

E. Mengetahui Arah Mata Angin

Arah angin untuk apa? Ya kalau bagi umat muslim untuk mengetahui dimana perkiraan posisi kiblat. Untuk yang gemar motret matahari, bisa dengan mudah mengetahui arah timur dan barat. Bagi yang hobi mager, maka bisa mengahadapkan arah pintu tenda ke arah timur.

Saya baru pernah sekali saja yang namanya tidur pulas ketika di gunung, sekalinya bangun udah kesiangan, beruntung tenda pintunya saya atur menghadap timur, jadi kan asik, bercumbu dengan sleeping bag bermandikan cahaya pagi.

Bagi yang suka memotret milky way, tentu saja harus mengharap ke arah selatan. Saya juga kadang menggunakan bantuan rasi bintang layang untuk membaca arah.

Pengalaman saja, pernah teman saja berada di lokasi yang baru, dia duduk dengan tripodnya menanti matahari terbit, saat langit sudah mulai terang, dia menengok ke belakang. Dan tersadar bahwa dari tadi dia mengarahkan kameranya ke arah barat. Pantas saja tidak keluar-keluar mataharinya.

F. Mengetahui Jam Terbit dan Tenggelam Matahari

Fitur paling standar di GPS merek Garmin adalah jadwal matahari terbit dan tenggelam. Bisa kita jadikan panduan untuk menunaikan summit attack, ingatllah karena matahari terbit di gunung itu lebih awal dari pada di daratan rendah, karena ketinggiannya itu maka sudut pandang kita lebih cepat untuk melihat matahari.

Saya kaget saja, karena matahari terbit di Gunung Sinabung itu berbeda waktunya dengan kebiasaan matahari terbit pada gunung-gunung di Pulau Jawa, walau masih sama-sama WIB, namun perbedaanya hampir mencapai 1 jam.

Untuk penggemar fotografi landscape, ini sangat wajib diketahui untuk menemukan blue hour dan golden hour.

G. Mengetahui Kalender Bulan

Kalender bulan dulu sering saya gunakan untuk memotret milky way, jika dalam pendakian saya gunakan untuk memilih waktu pendakian. Saya sebisa mungkin menghindari purnama sepanjang malam, kenapa?

  • Purnama menghilangkan cahaya bintang, enggak seru kan apabila duduk di luar tenda menghadap langit eh malah cuman ada satu objek langit. Lama kelamaan melihat bulan malah bisa terkena jutsu Mugen Tsukoyomi milik Kaguya.
  • Purnama membuat suhu udara menurun dan kelembapan udara meningkat. Purnama biasanya hadir tanpa awan, karena ketiadaan awan tersebut maka panas bumi tertarik ke atas, makanya bisa dingin sekali saat purnama.
  • Purnama membuat hutan terlihat remang-remang, dan ini tidak bagus. Saya lebih suka seperti angka biner, 0 dan 1, artinya hanya ada gelap dan terang, tidak ada remang-remang. Pernahkah melihat sekelebat bayangan di antara pepohonan dalam remang cahaya purnama?
Pokoknya kalau melihat ada sekelebat bayangan dalam remang cahaya rembulan, ikhlas dan yakin saja, ahahaha

H. Selama Ada Langit, Ada Sinyal

GPS menggunakan sinyal dari satelit GPS yang mengelilingi bumi, untuk GPS milik amerika serikat yang online ada 24 buah. 12 buah untuk bumi bagian utara dan selebihnya untuk bumi bagian selatan. Pokoknya di tengah laut pun atau di sabana selama kita bisa melihat langit, maka kita bisa mendapatkan sinyal untuk membantu mengetahui di mana posisi kita. Jika berada di dalam hutan lebat, barulah kita perlu waktu beberapa menit untuk mendapatkan informasi lokasi kita, itupun dengan angka akurasi yang besar.

Hari ke 4, kami baru sampai ke Puncak Gunung Kemiri 3315 mdpl, saat itu saya menggunakan ponsel untuk mengambil koordinat puncak, dan screenshoot-nya hilang…ahahaha

I. Anti Air dan Anti Goncang

GPS Garmin Colorado 300i milik saya memiliki sertifikat IPX7, artinya bisa terendam dalam air selama 30 menit untuk kedalaman sekitar 1 meter. Juga memiliki casing yang bisa meredam goncangan saat terjatuh. Bahkan untuk Garmin seri 7, kebanyakan memiliki fitur floating, jadi saat tercebur ke air, akan mengambang dengan sendirinya.

Sudah siap untuk jalan-jalan ke puncak Gunung Lawu via Candi Cetho ๐Ÿ˜€

Maklum, alat GPS seperti ini memang biasanya di bawa ke medan-medan ekstrim dimana kita biasanya sudah memasukan smartphone kita ke dalam tempat yang aman.

Baca Juga :  6 Tips Mendaki Gunung Saat Musim Hujan

Jadi, masih tega gitu pakai smartphone buat memandu jalur di pendakian gunung?

J. Baterai Awet

Awet, jauh lebih awet darpada saat Anda menyalakan smartphone anda dengan GPS. Untuk sepasang baterai alkaline AA, biasanya bisa mencapai waktu hingga 20 jam dengan sinyal GPS yang terus menerus aktif.

Baterai yang mudah ditemukan di warung daerah manapun, sehingga tidak perlu khawatir.

Jadi, mau bawa powerbank berapa mAh untuk satu kali trip pendakian gunung denga mengandalkan smartphone?

*****

Jadi rasanya 10 alasan tersebut sudah cukup bagi saya untuk membuat anda segera memasukkan GPS sebagai peralatan wajib ketika akan melakukan pendakian gunung. Walaupun GPS sangat memudahkan kita untuk bernavigasi ketika di alam bebas, namun tetaplah bekali diri anda dengan kemampuan dasar navigasi, seperti membaca bintang, arah mata angin, dan sebagainya. Bagaimanapun GPS hanyalah alat bantu agar lebih menguatkan atas intuisi kita ketika berada di alam bebas.

Salam navigasi.

0 Shares:
13 comments
  1. Wah iki mantaapp. Sayangnya kurang fitur detektor dari perangkat lain nek menurutku mas. Jadi dia bisa mancarin sinyal gitu biar pas tersesat dan tak tahu arah pulang, GPS milik SAR bisa mendeteksi lokasi. Atau sudah ada ya?

    1. kalau bawa GPS terus tak tahu arah pulang itu sama seperti bawa air minum dalam botol tapi kehausan.

      beberapa GPS di kelas yang berbeda ada yang bisa Mas untuk memancarkan lokasi ke server,
      wes lah, paling dekat dan nyata ya GPS tracker yang di mobil-mobil rentalan itu lho juga pakai fitur sharing lokasi ke server, wkwkwkw

    1. Iya, 64s sudah sangat lengkap menurut saya fiturnya. Sudah bisa menampilkan multi route dalam satu layar juga.
      Dulu ya sempat beberapa kali bawa 64s, cuman kekurangannya saat itu minjem, gak mampu beli, wkwkwk

  2. kalau senang kegiatan outdoor dan naik2 gunung memang lebih pede jika bawa gps .. banyak manfaatnya ๐Ÿ™‚
    btw … saya pakai etrex 20 yg sudah IPX7 … waktu sepeda kecemplung ke danau dan gps-nya ikut, paling ga nyampe 2 menit … gps-nya kemasukan air … walahh … untung saya cepat matikan dan keringkan 1 mingguan lebih pakai butir2 penghisap air .. bisa jalan lagi, saya baca2 juga banyak kasus garmin type lain ternyata juga tidak tahan kalau kecemplung padahal sudah IPX7 .. jadi ga usah dicoba2 deh dicemplungin .. hahaha

    1. Sempet mau nyari seri etrex sih sebenarnya, kalau gak 20 ya 30, namun dana mentok ya dapatnya Colorado 300i ini.

      Merembes ke dalam gitu ya Bang? wah kok ngeri juga yak, kalau hujan mending dimasukin plasitk buat jaga-jaga sekalian, haha
      Wkwkwk kalau saya pernah malah DSLR + lensa, seminggu saya rendam di dalam beras. ๐Ÿ˜€

  3. Kemarin sebelum ke Lawu sempet pertimbangkan saran Mas Ghozaliq buat bawa GPS. Akhirnya, nunda beli dulu karena alasannya ya itu, ngerasa jalurnya udah cukup jelas. Ga pernah riset soal fungsi lainnya juga sih.

    Setelah baca ini, bahahaha baru tau bisa banyak banget fungsinya. Garmin seri itu udah mencakup semua fungsi di atas ya?

    1. Untuk Garmin Colorado 300i mencakup semua, lha wong saya bikin artikel ini berdasarkan GPS yang saya punya itu, kalau yang seri-seri lebih dari punya saya malah sudah support GPS + GLONASS, jadi lebih akurat.

      Untuk fitur-fitur lainnya, lebih baik riset dulu. Semisal seri Garmin Etrex 10 itu tidak memiliki sensor kompas elektronik, namun tetap bisa menunjukan arah mata angin saat sudah mulai berjalan, nha kalau seri Garmin Etrex 30 sudah memiliki sensor kompas elektronik, jadi walaupun duduk diam, kompas tetap bisa berfungsi.

      Tenang saja, GPS handled macam ini memang dibuat untuk daya tahan yang tinggi, jadi kalau beli bekas untuk menghemat anggaran rasanya juga tetap tidak masalah ๐Ÿ˜€

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like