Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir ini, kereta api adalah moda transportasi terfavorit bagi saya dan keluarga. Namun, hal tersebut hanya berlaku untuk perjalanan yang memiliki pilihan moda transportasi berupa kereta api, terutama untuk perjalanan jarak jauh. PT. Kereta Api Indonesia sudah jauh berbenah sekarang, sehingga tidak heran banyak masyarakat yang semakin mempercayakan perjalanannya bersama PT. Kereta Api Indonesia.
Untuk bisa bertahan dan berkembang, tentu saja PT. Kereta Api Indonesia harus melakukan berbagai perubahan positif dan kebijakan di semua sektornya. Setidaknya dengan tetap menggunakan komunikasi dua arah antara konsumen dengan PT. KAI selaku penyedia jasa transportasi. Bagaimanapun kebijakan yang diterapkan oleh PT. KAI, konsumenlah yang paling akan merasakannya.
Dari satu perjalanan ke perjalanan lainnya bersama PT. KAI beberapa kurun waktu terakhir ini, saya semakin menemukan beberapa hal yang berbeda, ada yang menurut saya lebih baik, ada juga yang menurut saya kurang sesuai. Sebagai konsumen PT. KAI yang memiliki blog, maka saya akan berbagi cerita akan beberapa hal yang saya impikan ketika melakukan perjalanan bersama PT. KAI.
1. Zona Merokok di Stasiun Perlu Dikaji Ulang.
Sebenarnya dengan adanya zona merokok, setidaknya bisa sedikit melakukan pemisahan kepada meraka yang ingin merokok dan mereka yang sama sekali tidak ingin terpapar asap rokok. Bila kita lihat di stasiun-stasiun, zona merokok biasanya berada di ujung atau di pojok. Lokasinya memang menurut saya sudah bagus, menjauh dari zona ramai, namun ada satu hal yang mengganjal. Udara masih bisa bergerak bebas, terlebih saat ada angin, sehingga asap rokok dari zona merokok tetap bisa sampai ke zona non merokok.
Alangkah baiknya jika zona merokok dibuat saja menjadi sebuah ruangan atau bilik dengan alat hisap udara yang menjaga agar asap tidak keluar dari ruangan tersebut, serta tentu saja dengan dilengkapi dengan jam dinding dan pengeras suara sebagai media pemberitahuan akan jadwal keberangkatan selanjutnya.
2. Sinkronisasi Data Arah Hadap Duduk Dengan Arah Laju Gerbong Ketika Melakukan Reservasi Tiket.
Peningkatan pengguna internet di Indonesia membuat PT. KAI juga beradaptasi dengan meluncurkan layanan pemesanan tiket secara online, baik melalui website resminya di tiket.kereta-api.co.id atau juga melalui mitra penjualan pihak ketiga. Walaupun sudah memiliki fitur pemilihan urutan gerbong dan nomor tempat duduk, namun bagi saya tetap memiliki kekurangan.
Salah satu hal yang saya sukai ketika melakukan perjalanan dengan PT. KAI adalah pemandangan yang sayang untuk dilewatkan dengan tertidur. Saya termasuk orang yang cukup kompleks ketika akan melakukan perjalanan dengan kereta api, selalu melihat arah mata angin, waktu perjalanan, musim, serta lokasi strategis di dalam gerbong. Satu hal yang hampir tidak bisa saya lakukan adalah menebak arah hadap saya ketika kereta melaju, apakah saya menghadap maju atau membelakangi laju kereta, rasanya masih kurang nyaman saja kalau perjalanan siang hari namun saya menatap benda yang dekat menjai jauh.
Semisal saja saat saya melakukan perjalanan dari Bandung ke Yogyakarta, saya memilih kereta Pasundan karena pemberangkatan pagi hari. Alasannya sederhana, saya ingin melihat matahari terbit ketika sedang melintas di Garut, karena menurut estimasi waktunya maka saya akan bermandikan cahaya mentari pagi dengan pemandangan dataran tinggi sekitar 30 menit. Namun saya sempat khawatir kaerna saya tidak mengetahui posisi tempat duduk saya nanti ada di sebelah timur atau barat. Berbekal perjalanan di luar musim libur, maka saya yakin saja nanti bisa berpindah tempat duduk ketika saya mendapati kursi saya di sebelah barat. Beruntung, gerbong sepi saat itu, sehingga saya cukup leluasa berpindah kursi untuk bisa memotret semburat pagi.
3. Menempelkan Tulisan Geser dan Dorong Pada Masing-masing Pintu di Rangkaian Kereta Api
Hal yang mungkin bagi sebagian orang sepele, namun bagi orang seperti saya mungkin hal ini akan sangat membantu. Saya sering kali bingung mana pintu yang digeser dan mana pintu yang didorong ketika sudah berada di dalam gerbong. Pernah saya hendak ke kamar kecil, saya menggeser pintu kamar kecil, namun terasa berat, maka saya berasumsi ada orang di dalam kamar kecil. Lalu saya kembali duduk, namun saya tunggu sekian lama tidak ada yang keluar dari kamar kecil tersebut, hingga ada salah seorang penumpang yang sudah keluar masuk kamar kecil tersebut. Barulah saya tahu bahwa pintu kamar kecil harus didorong, bukan digeser. Hal serupa juga sering membuat saya kebingungan ketika berada di gerbong makan.
4. Makanan Tradisional di Gerbong Kereta
Menurut saya, ada satu peluang yang tidak dioptimalkan oleh PT. KAI dalam setiap perjalanannya, yaitu peluang kuliner. Sekarang kita hanya akan menemui menu-menu yang menurut saya biasa saja, seperti nasi sate, nasi goreng, nasi ayam, mi instan, minuman kemasan serta snack kemasan. Bukankah makanan-makanan seperti itu bisa kita dapatkan dimana saja tanpa harus naik kereta? Terlebih harga yang dibandrol juga membuat saya lebih memilih membelinya di minimarket sebelum menujut stasiun.
Negara kita itu kaya akan kuliner, rempah-rempahnya membuat lidah akan selalu bergoyang pada setiap kecap lidah. Alangkah baiknya jika PT. KAI menyediakan pilihan makanan yang khas dari rute yang dilewatinya, seperti Soto Tauto, Nasi Megono, Bakso Malang, Siomay Bandung, Nasi Pecel, Wedang Ronde, Wedang Uwuh, Kopi Klothok, dan sebagainya.
Saya yakin, bukan hanya penumpang domestik yang tertarik berwisata kuliner di dalam gerbong, namun juga penumpang mancanegara yang sedang melancong di negara kita. Bagaimana? Apakah Anda juga satu paham dengan saya?
6. Kursi-kursi di Dalam Gerbong
Kursi-kursi yang saya maksudkan adalah kursi pada kelas ekonomi. Sebagaimana kita tahu bahwa kelas ekonomi adalah kelas sudra dalam kelas gerbong penumpang, sehingga untuk kenyamanan dalam hal duduk saja terasa ekonomis. Sebagian besar kereta kelas ekonomi masih menggunakan kursi yang berhadapan, walaupun pada kereta Kaligung sudah tidak berhadapan. Bagi saya yang memiliki tinggi 175 cm, maka saya sering harus beradu lutut dengan penumpang di depan saya ketika duduk berhadapan. Pada kereta Kaligung, lutut saya beradu dengan punggung kursi di depan saya.
Saya selalu membawa bantal angin ketika akan melakukan perjalanan jarak jauh, baik untuk kereta kelas ekonomi maupun kelas di atasnya. Hal tersebut saya lakukan agar saya bisa tidur sedikit lebih nyaman, terutama pada kursi kelas ekonomi yang tegak lurus. Iya, bagaimanapun saya juga paham, hal tersebut dilakukan untuk memuat jumlah penumpang yang optimal dalam satu gerbong penumpang. Sempat terpikir sekilas, adakah gerbong penumpang tingkat?, selayaknya bus tingkat yang kekinian akhir-akhir ini. Hahaha.
7. Majalah dan Bahan Bacaan
Saya selalu membawa buku ketika melakukan perjalanan dengan kereta api, tujuannya adalah sebagai rencana cadangan bilamana saya mendapatkan rekan sebangku yang tidak bisa diajak ngobrol. Namun, alangkah lebih baik juga PT. KAI menyediakan majalah bulanan yang diselipkan di punggung kursi, bisa mengangkat konsep seperti maskapai penerbangan, selain sebagai bahan bacaan, juga bisa menjadi media promosi.
8. Keselamatan Perjalanan
Walaupun sekarang sudah jarang sekali terdengar berita tentang kecelakaan Kereta Api, namun tetap keselamatan perjalanan dengan Kereta Api menjadi hal yang paling utama. Rasa aman, nyaman dan percaya terhadap segala penyelenggaraan rute perjalanan oleh PT. KAI memang menjadi alasan utama saya untuk tetap menggunakan moda transportasi kereta api. Semoga para petugas baik yang di lapangan maupun yang berada di ruang kontrol tetap selalu bekerja dengan sepenuh hati untuk menjaga kemanan dan keselamatan para penumpang.
9. Penambahan Photobooth di Stasiun
Penambahan photobooth mungkin layak dipertimbangkan untuk di beberapa stasiun besar, sehingga para penumpang yang biasanya hobi berfoto akan dengan suka cita berpose I was here pada Photobooth tersebut. Sebenarnya sudah masing-masing stasiun sudah memiliki wajah khas pada ruang tunggu maupun peron, namun akan lebih baik memberikan satu titik yang ikonik lagi untuk para penumpang yang mungkin sedikit jenuh menanti kereta yang sedang mendekat.
10. Area Parkir yang Lebih Baik
Saya sering kali datang ke stasiun untuk menjemput seseorang menggunakan sepeda motor, terkadang harus rela meletakkan sepeda motor di bawah terik matahari langsung tanpa ada peneduh, terlebih dengan biasa jasa parkir yang berlaku per kelipatan waktu. Di kesempatan lain, saat musim hujan juga helm yang diam di atas kaca spion sering harus merasakan guyuran hujan, sehingga membuat kepala sang pemilik terasa basah ketika mengenakanya. Mungkin sudah saatnya dibangun peneduh untuk area parkir, khususnya sepeda motor yang paling rentan terkena hujan.
*****
Saya dan seorang sahabat yang telah lama tak bersua, saling bertanya jawab akan berita di sebuah waktu ketika menanti keberangkatan kereta di stasiun kereta api tertua di Indonesia.
Kereta Api bukan hanya sebuah moda transportas saja, namun pada tingkat yang lebih lanjut akan memberikan sebuah keterikatan emosional antara penumpang dengan PT. KAI. Sama seperti bandara, stasiun juga kerap meyimpan romansa, baik perjumpaan maupun perpisahan.
Ada banyak langkah yang mendekat kepada keluarganya melalui pintu stasiun, ada juga yang memikul harapan dari orang tuanya di rantau, tak sedikit pula yang ingin duduk menatap keluar jendela dengan tatapan rindu, semua ada karena masing-masing dari kita percaya bahwa PT. KAI akan semakin lebih baik dan semakin profesional.
Salam.
2 comments
Kalau menurut saya, sekalian aja dilarang merokok di stasiun hehe, kyk yg di stasiun KRL ๐ ๐
Btw PT KAI skrng makin oke dibanding dulu, banyak berbenahnya ๐
iya, semoga segera saja PT KAI segera memproses masukan dari kita para pengguna jasa PT KAI