Jumat, 22 oktober 2010
kondisi kontrakan yang mulai sepi saat itu, hanya ada saya, Heru, Cengek, Prapto; membuat kami merencanakan sebuah kegiatan jalan-jalan dadakan. Tegal kami pilih sebaagai destinasi perjalanan saat itu, selain akses menuju ke Tegal bisa dikatakan mudah dan murah, beberapa rekan kami ada yang tinggal juga di Tegal. Kereta api adallah salah satu alat transportasi yang dapat kami gunakan untuk menuju Tegal dari Kota Semarang.
Salah satu hal yang mengasyikkan ketika menaiki kereta api adalah pemandangan yang kita dapatkan akan berbeda apabila kita berangkat melalui jalur aspal yang sudah terlalu mainstream. Niatnya kami berempat dari semarang akan menggunakan kereta api, untuk urusan mobilitas di Tegal kami sudah meminta tolong kepada Ganden dan Irfan untuk membantu urusan mobilitas kami di sana.
Alhasil packing dadakan membuat kami terburu untuk mengejar jam keberangkatan kereta kaligung dari stasiun poncol ke stasiun tegal kota. akhirnya terpaksa saya mengantarkan prapto dan cengek untuk naik kereta kaligung, sedangkan saya dan heru akan naik motor menuju ke Tegal untuk mempermudah mobilitas ketika di Tegal. Jam keberangkatan kereta kaligung tidak seirama dengan kedatangan kami di stasiun poncol, maka ceritanya cengek dan prapto harus menunggu jam keberangkatan selanjutnya.
Saya dan heru kembali lagi ke kontrakan untuk packing ulang sebelum berangkat ke Tegal pada sore harinya, sehingga kami akan tiba di Tegal dengan selisih waktu yang sedikit dengan kedatangan kereta yang dinaiki oleh prapto dan cengek. sekitar pukul 7 malam kami sampai di alun-alun kota Tegal, di sana sudah ada Ganden yang telah menunggu saya dan heru di salah satu sudut alun-alun.
Sembari menunggu cengek dan prapto dari stasiun yang berlokasi tidak jauh dari alun- alun kota Tegal, kami menikmati semangkuk sekoteng khas tegal untuk menghangatkan badan kami yang terkena angin dingin perjalanan.
Selang tak berapa lama cengek dan prapto datang ke arah kami, seingat saya saat itu cengek mengambil motor dari adiknya yang bekerja tidak jauh dari alun-alun. 3 motor telah siap untuk mengantarkan kami ke rumah ganden untuk bermalam saat itu yang memakan waktu tempuh sekitar 45 menit dengan alunan raung mesin yangn lembut. setalah bersih-bersih dan beres-beras, segera malam kami percepat dengan cara memejamkan mata dengan harapan pagi kan cerah untuk menyambut kedatangan kami di Tegal :D.
Sabtu, 23 oktober 2010
bangun pagi dengan segelas minuman manis dan cemilan hangat ada di meja tempat kami mengumpulkan kembali nyawa kami selepas bangun dari kasur yang melelapkan jiwa dan raga kami semalaman. duduk di depan rumah ganden sembari menyaksikan lalu lalang aktivitas warga sekitar. Pukul 9 pagi sepertinya, cengek datang ke rumah ganden bersama irfan lengkap dengan helm SNI.
Tujuan hari ini adalah menuju pemandian air hangat Guci yang berada di kaki lereng gunung Slamet, perlu waktu sekitar 60-90 menit untuk mencapainya dari rumah ganden. 6 lelaki berkolor, 3 motor, meluncur menuju ketinggian yang telah beraspal hitam keras meliuk menanjak dan mendingin seiring ketinggian yang kami capai. Sesampainya di depan pintu masuk, foto bersama dulu di depan gerbang tiket masuk :D, lalu masuklah kami berenam dengan membayar kewajiban kami sebagai pengunjung legal.
Tukang parkir segera mengarahkan kami untuk menempati celah kosong diantara puluhan motor yang terparkir saat itu, tarif parkir yang biasanya Rp. 1.000,- di tempat ini sampai Rp. 3.000,- weleh weleeehh lha sekarang berapa ya kalau parkir motor di situ? kemudian tukang parkir menawarkan untuk penitipan helm saat itu, karena kami melihat kondisi langit yang mendung, maka kami putuskan saja untuk menitipkan helm kami dengan tarif Rp. 1000,-/helm. Berajalan menyusuri jalan menurun yang mulai dipenuhi berbagai macam lapak-lapak kecil yang menjajakan berbagai macam barang hingga kuliner.
Berhenti sejenak di jembatan untuk melihat lokasi yang tepat untuk bermandikan air hangat, akhirnya kami memutuskan untuk main air pada sebuah kolam renang kecil yang berada di dekat jembatan.
Seingat saya, tarif perorang saat itu Rp. 5.000,- untuk masuk ke lokasi tersebbut, air bersih dan kondisi kolam yang cukup sepi membuat kami meimilih tempat itu di antara beberapa tempat untuk bermain air di sekitar kami saat itu. segera adegan ganti baju kami lakukan dengan tangkas dan cermat, menceburkan diri perlahan untuk menyesuaikan antara suhu tubuh dengan kolom air saat itu. berenang lepas bebas walau tidak bisa berenang tapi setap saja saya anggap berenang :D, bergerak dari tepian antar tepian, keramas tanpa sampo di bawah pancuran, mencipratkan air ke arah teman-teman menjadi aktivitas kami saat itu.
Mulai datang asap putih pekat ke arah kami yang kami kira adalah kabut yang sudah mulai turun, tapi kok baunya sedap, ternyata ada tukang sate di dekat kolam renang kami saat itu (tepok jidat). Setelah badan merasa lelah, kami beranjak dari kolam air hangat tersebut untuk menyambut udara dingin yang telah menanti kami.
Berbilas, berganti pakaian kering dan bersih, mengemasi barang bawaan kami, memakai alas kaki untuk melangkah perlahan menuju warung terdekat yang bisa kami jangkau saat itu. Ada banyak warung kuliner yang menawarkan kepada kami saat kami berjalan melintas diantaranya, hingga pilihan kami jatuh pada sebuah warung tenda yang menawarkan menu pecel dan gorengan.
Teh hangat 6 gelas kami pesan, sepiring pecel, lontong, dan sepiring gorengan yang bertumpuk hangat. Canda tawa berbalut ejekan kami lahap bersama makanan yang berasa sangat nikmat sekali kala itu. Perut kenyang, tenaga kembali dan saatnya menuju tempat parkir.
Foto bersama terlebih dahulu di tugu yang berada di sekitaran parkiran, setelah beberapa jepretan ternyata gerimis yang kemudian berganti hujan deras menahan kami sejenak di bawah gerbang sebuah penginapan untuk menanti hingga cukup reda. Cukuplah lama kami menanti saat itu, beruntung helm kami sempat dititipkan sebelum kami meninggalkan parkiran tadi.
Motor kami mulai meraung menandakan siap untuk diajak meliuk di jalanan aspal menurun yang terbasahi air langit beberapa saat yang lalu. Pemandangan yang cukup menarik saat itu, kabut yang terkadang menutupi topografi sekitar membuat semakin syahdunya perjalanan saat itu walau kami sempat terhenti juga untuk mengenakan mantel kembali karena hujan rintik kembali menyapa kami. Singkat perjalanan, kami sampai di rumah ganden untuk kembali menikmati teh poci hangat khas tegal.
Malam harinya kami mencoba menikmati suasana malam alun-alun slawi yang banyak terdapat warung kopi lesehan kala malam.
Dalam pijar cahaya remang malam itu, kami berenam menikmati suasana kebersamaan saat itu dengan secangkir nostalgia, semangkuk candaan, dan sepiring hinaan satu sama lain 😀 wewkekwekwkew. Tengah malam kami memutuskan untuk membubarkan diri dari suasana nyaman saat itu, ganden dan irfan pulang ke rumah masing-masing, sedangkan saya, heru, dan prapto menginap di rumah cengek. Badan yang letih saat itu memaksa mata untuk terpejam, namun koloni nyamuk masih iseng menggoda tidur nyaman kami.
Minggu, 24 Oktober 2010
Cahaya mentari cukup keras masuk ke ruang tamu dimana kami memejamkan mata semalam, cuci muka, minum teh, dan sepedaan di depan rumah cengek sesaat sebelum ganden datang mengampiri untuk mengunjungi Pantai Alam Indah di bagian utara Kota Tegal.
Cuaca terik dan angin asin menyambut kami ketika mengadu jemari kaki dengan pasir hitam di Pantai Alam Indah siang itu. kami melangkah menuju ke lebih ke tengah laut dengan bantuan pondasi yang tertutup (sebagian) oleh kayu dan beberapa bangunan peneduh untuk jarak beberapa meter.
Ada satu bagian dimana kami harus meniti pada setapak beton tanpa pegangan sedikit pun, rasanya cukup WWAAOOOW mengingat angin yang berhembus saat itu. Sampailah kami di ujung dari dermaga itu, hanyalah beberapa pemancing yang ada di sana selain kami. Serasa cukup berfoto, kami bergerak kembali menuju bibir pantai sembari rehat sejenak pada pondok-pondok kecil yang meneduhkan kami.
Di sekitaran Pantai Alam Indah, ada tempat semacam museum, namun berada di luar ruangan, isinya beberapa benda atau kendaraan milik TNI Angkatan Laut. Tempatnya bagus untuk foto-foto, namun kondisi terik memaksa kami hanya mengambil beberapa foto berlatar belakang tempat tersebut.
Tiba saatnya kami pulang, kembali ke rumah cengek untuk berkemas, berpamitan dan bergerak ke timur. Cengek dan prapto akan menyusul menggunakan kereta kaligung, sedangkan ganden akan menuju ke semarang beberapa hari berikutnya, dan irfan tetap di Tegal menjalankan aktivitasnya seperti biasanya.
Perjalanan ke Semarang sempat terhenti di beberapa titik untuk melepas lelah dan sekedar mengambil gambar, hingga sampai di daerah Kabupaten Batang, ban belakang saya bocor dan harus ditambal oleh ahlinya. saya lupa pukul berapa hingga saya akhirnya tiba di Semarang dengan selamat, terlelap hingga pagi dan siang hari ada sms yang mengajak untuk mendatangi Pantai Ujungnegoro di Kabupaten Batang, badan masih lelah dan pegal, namun tetap berangkaaaaaat 😀
terimakasih kepada ganden, irfan dan cengek atas sambutan dan jamuan selama di Tegal, juga heru dan prapto sebagai rekan perjalanan, sampai jumpa lagi dalam kondisi yang lebih baik ya teman 😀 salam sehat, sukses selalu untuk kalian semua ya teman teman 😀
NB : credit foto campuran ya, dari ganden, heru dan ghozali
2 comments
Nice story gan..salam dari tegal dan terimaksih sudah berkunjung
terima kasih mas,,
sudah lama tidak main ke tegal lagi…