Kunjungan ke air terjun Watu Jonggol saya lakukan pada sela waktu luang saat kegiatan survey yang saya lakukan di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo pada awal tahun 2016. Saya beruntung mendapatkan kegiatan survey ini, selain menambah ilmu (dan isi dompet), juga saya bisa jalan-jalan *hahaha.
Grojogan Watu Jonggol atau bisa Anda sebut dengan Air Terjun Watu Jonggol ini terletak di Pegunungan Menoreh yang memiliki ketinggian sekitar 900 mdpl, secara administrasi berada di Pedukuhan Nglinggo Barat, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Air Terjun Watu Jonggol memiliki tinggi sekitar 60 meter dengan kucuran air yang tidak tegak lurus, namun agak sedikit miring mengikuti kontur bebatuan yang menjadi alirannya.
PETA LOKASI AIR TERJUN WATU JONGGOL
Silahkan lihat peta lokasi Air Terjun Watu Jonggol pada bingkai di bawah ini sebagai panduan anda untuk menuju lokasi Air Terjun Watu Jonggol, Koordinatnya adalah -7.653861,110.138192 bila anda ingin memasukkanya ke dalam GPS
PERJALANAN MENUJU AIR TERJUN WATU JONGGOL
Sebenarnya ada tempat penarikan retribusi untuk tempat ini, namun sepertinya masih satu loket dengan retribusi untuk menuju ke Perkebunan Teh Nglinggo yang
berada satu jalur dengan lokasi ini. Saya bisa melewati loket tersebut secara gratis karena saya saat itu memiliki keperluan untuk bertemu Kepala Dusun Nglinggo Barat dan beberapa tokoh masyarakat di Dusun Nglinggo Barat, jadi saya bisa lolos *jangan ditiru.
Setelah berputar-putar untuk survey, tibalah waktu untuk mengunjungi Air Terjun Watu Jonggol ini dengan mengikuti arahan dari responden saya. Sesampainya saya di area parkir setelah mengikuti petunjuk jalan yang sangat jelas sekali terlihat, segera saya dihampiri oleh petugas parkir. Setelah petugas tersebut menempelkan karcis parkir pada motor saya, kami mengobrol sejenak. Melihat pakaian saya yang berupa kemeja dan celana kain hitam panjang namun dengan sandal gunung, petugas tersebut menanyakan saya dari mana. Saya jawab saja habis bertemu dengan Kepala Dusun, langsung petugas parkir terebut merasa bersalah telah memasang karcis parkir di motor saya. Segera saya mengeluarkan uang Rp. 2.000 yang saya jadikan sebagai biaya jasa parkir tersebut. Di daerah seperti ini, Kepala Dusun sangatlah dihormati oleh para warganya.
Saya berkunjung saat hari sudah cukup sore, sehingga terasa mendung dan dingin saat melangkah ke tangga yang mengantarkan saya ke area air terjun. Tangga yang mengantarkan langkah saya tersebut sudah terbuat dari beton, sehingga aman untuk melangkah, namun akan menjadi tidak aman untuk pendaratan ketika terpeleset.
Saya memerlukan waktu sekitar 5 menit untuk bisa melihat air terjun ketika semenjak berjalan dari parkiran. Saya kemudian menuruni beberapa tangga curam serta sempit yang kemudian mengantarkan saya ke sebuah jembata bambu yang melintasi aliran air dari Air Terjun Watu Jonggol.
Debitnya lumayan kecil walaupun berada di musim hujan saat itu, mungkin karena jenis tanah di Pegunungan Menoreh yang membuat aliran air lebih banyak mengalir di bawah permukaan tanah. Air terjun merupakan salah satu objek yang tepat untuk di foto pada musim hujan, asalkan Anda sudah megetahui tips untuk memotret pada musim hujan.
Ada sebuah gazebo yang bisa digunakan pengunjung untuk melepas lelah setelah menuruni tangga dari area parkir. Saat itu ada juga beberapa pengunjung yang datang, dari usia dan tingkahnya sepertinya mereka anak kuliah semester awal. Cukup sepi untuk memudahkan saya memotret menggunakan kamera ponsel Nokia Lumia 920. Walaupun kamera ponsel, Nokia Lumia 920 ini bisa memotret dengan mode manual, sehingga pengaturan kecepatan rana bisa diatur sedemikian rupa sehingga bisa memotret air terjun dengan aliran seperti benang.
Memotret dengan ponsel pada mode kecepatan rana lebih rendah l detik membuat saya sering mendapatkan gambar kabur walaupun telah mengaktifkan fitur image stabilizernya. Akhirnya saja menggunakan dengkulpod agar ponsel saya bisa cukup steady ketika sedang mengambil gambar.
Tidaklah banyak kegiatan yang bisa dilakukan di arena ini untuk orang seperti saya. Foto bergaya di depan air terjun? itu sudah bukan gaya saya lagi, saya sudah lama tidak mengambil foto diri saya di tempat wisata. Selain saya jelek dan tidak bisa berpose, saya juga cenderung lebih suka memotret alam tanpa ada manusia, hehehe.
Setelah puas mengambil beberapa gambar, saya beranjak kembali ke area parkiran yang kini berubah menjadi tanjakan. Perlu waktu sekitar 15 menit untuk bisa mencapai area parkir kembali. Duduk sejenak, mengobrol dengan petugas parkir kembali sembari melihat beberapa pengunjung yang baru datang.
Sedikit saran apabila Anda hendak mengunjungi Air Terjun Watu Jonggol :
- Datanglah saat musim hujan untuk debit air terjun yang maksimal.
- Gunakan alas kaki yang baik, agar terhindar dari terpeleset.
- Berilah jalan apabila berpapasan dengan pengunjung lain saat menuruni jalan setapak.
- Bila hendak buang air kecil, sedang maupun besar, maka tujulah kamar kecil yang berada di belakang parkiran. SANGAT DILARANG buang air di aliran Air Terjun Watu Jonggol.
- Bawalah kembali sampah anda atau anda bisa membuangnya pada tempat sampah yang telah disediakan.
Sekian, selamat mengujungi Air Terjun Watu Jonggol, jangan lupa untuk tetap menjaga keselamatan diri, kesopanan dan kesantunan anda.
2 comments
Debit airnya gak terlalu deras ya. Tapi lumayanlaaah
iya, jenis tanah di pegunungan menoreh kebanyakan adalah kapur, jadi sepertinya airnya sudah merembes duluan ke dalam tanah