Sudah cukup lama Rengganis tidak kami ajak berenang, alasannya karena pilek dan batuk yang bergantian antara anak dan orang tuanya. Maklum, kami harus menyesuaikan diri dengan suhu di Banjarnegara akhir-akhir ini. Suhu 18-20°C pada pagi hari bukanlah sebuah hal biasa bagi kami yang sempat tinggal 3 tahun di Kota Semarang.
Setelah kami bertiga merasa tubuh sudah cukup fit untuk bermain air, maka segeralah kami mempersiapkan perlengkapan renang siang nanti. Cuaca mendung sedari pagi, namun saya cukup yakin hari tidak akan hujan.
Ciblon
Dalam bahasa jawa artinya berenang
Pukul 13.50 WIB kami berangkat menggunakan sepeda motor, membelah persawahan sesuai melintasi perkampungan desa Binorong. Hingga akhirnya pukul 14.00 WIB kami sampai di tempat parkir.
Nama lokasi untuk renang kali ini adalah Kali Rau. Bukan hanya renang saja aktivitas yang bisa dilakukan di sini. Ada memanah, memancing, santai-santai sambil ngopi, bahkan ada camping ground bagi yang ingin camping.
Untuk parkir kendaraan roda dua pada hari minggu maka menjadi satu dengan parkir Pasar Lodra Jaya. Kalau selain hari minggu, kendaraan bisa dibawa masuk ke dalam area pasar. Kami datang pada hari sabtu, sengaja untuk menghindari ramai.
Pintu masuknya bisa dikatakan satu pintu dengan Pasar Lodra Jaya, setelah itu ambil arah ke kiri atau ke arah barat untuk bisa menemukan gerbang masuk yang sederhana. Sekitar 10 meter, Istri berhenti dulu untuk minta di foto sebelum melanjutkan perjalanan turun.
Kami diharuskan menuruni tangga tanah yang akan terasa licin di musim hujan. Ada ruas jalan yang kiri dan kanannya dihiasi bunga dengan warna cerah.
Menapaki kembali tangga mengantarkan kami ke ruang pandang yang didominasi warna hijau. Menenangkan sekali, sampai ada sayup-sayup yang terdengar dari pengeras suara dari gubug di depan.
Kami berjalan menuju ke gubug yang merupakan bangunan utama untuk mengelola tempat tersebut. Saat kami datang hanya bisa memesan kopi, teh, dan popmi. Entah kalau saat hari minggu.
Seseorang menyambut kami ramah dengan langsung menanyakan apakah hendak renang. Rupanya pakaian kami sudah bisa langsung bisa menunjukkan apa maksud kami datang ke Kali Rau.
Saya membayar Rp.10.000 untuk dua orang yang masuk ke dalam kolam renang. Istri saya tidak ikut berenang, saya beri tugas untuk mendokumentasikan kegiatan renang saat itu.
Seperti biasa, Rengganis sudah over excited saat melihat kolam renang. Kami diharuskan melepas alas kaki saat masuk ke area kolam renang, agar area tersebut tetap bersih.
Saya mengeluarkan pelampung warna kuning untuk dipompa. Rengganis seperti biasa, tidak sabar untuk menunggu saya mengisi angin ke dalam pelampung. Saya harus memompa dengan cepat agar Rengganis segera tenang.
Saya menuju ke sudut kolam renang yang memiliki tangga, agar Rengganis bisa menyesuaikan dengan suhu air dan kedalaman kolam. Airnya tidaklah dingin, sama dengan suhu udara saat itu, cocok.
Kedalaman kolam tersebut juga tidak ditujukan untuk orang dewasa, bagian terdalam tidak sampai sepinggang saya, mungkin sekitar 70 cm. Di bagian selatan kolam merupakan area terdangkal, Rengganis bisa berdiri tanpa jinjit dengan tinggi air di bawah lehernya. Ideal.
Ini pertama kalinya Rengganis mau duduk di dalam pelampung. Terakhir kali mencoba menggunakan pelampung ini adalah saat menginap di The Wujil Resort, Rengganis sama sekali tidak mau untuk memakai pelampung ini.
Kolam renang terasa milik pribadi, hanya saya dan Rengganis. Bergerak bebas di kolam renang tanpa ada yang lain. Paling sesekali pengelola memasukkan jaring dari tepian kolam untuk mengangkat lumut yang terlihat.
Airnya terasa segar, tidak tercium bau kaporit sama sekali. Walaupun ada lumut, tapi saya tetap merasa nyaman. Menandakan tidak ada pengaruh kimia dalam kolam tersebut.
Dari gubug utama terdengar suara lagu yang diputar, memenuhi ruang dengar saat itu. Lumayan untuk menemani suara riuh kami berdua, karena rasanya horor juga kalau tidak ada suara yang lain, terlebih di sebelah utara ada kebun bambu. Hahaha
Semakin lama, Rengganis semakin betah dan semakin berani untuk berjalan di dalam kolam renang tanpa pelampung. Sesekali mengangkat badan dari kolam renang untuk berjalan di tepian kolam.
Sumringah, begitulah yang kami tangkap dari raut wajah Rengganis saat itu. Oh inikah rasanya, melihat anak bahagia, maka orang tua juga turut bahagia. Rasa syukur terucap seketika saat itu.
Sudah sekitar 60 menit lamanya Rengganis berada di dalam air. Waktunya untuk mengangkatnya guna menuju ke tempat bilas. Bukanlah hal yang mudah untuk mengajak anak beranjak dari kolam renang.
Setelah diberitahu kalau kolam renangnya mau tutup, barulah Rengganis mau beranjak. Segera saya membawanya ke tempat bilas dengan kondisi tubuh yang tiba-tiba menggigil.
Satu bilasan dengan air yang terasa hangat sudah cukup, istri saya sudah standby di belakang saya dengan handuk. Hap, Rengganis sudah terbungkus handuk untuk segera diberi minyak telon serta baju ditambah jaket.
Tempat bilasnya jangan harap mewah ya, ala kadarnya, namun sudah tertutup. Kalau risih, ya ganti di rumah saja karena hanya itulah adanya.
Kami mulai berkemas, membawa pakaian basah di dalam kantong yang saya tenteng di luar tas. Kami berpamitan dengan pengelola, saya merasakan keramahan di tempat tersebut.
Mungkin minggu depan kami main ke sini lagi. Tempatnya saya suka, harganya juga murah, harga desa. Suasananya menenangkan, sehingga yang mengantar pasti tidak akan jenuh dengan suasana alam sekitar.
Lalu kami kembali ke tempat parkir, melewati kembali tangga tanah yang kami lewat tadi saat berangkat.
Untuk video dokumentasinya bisa dilihat di bawah ini. Sudah saya unggah di YouTube dan saya sematkan dalam artikel ini.
Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Kali Rau, silahkan untuk ikuti mengikuti peta di bawah ini. Jika perlu pengantar, silahkan hubungi saya, dekat dekat tempat tinggal saya kok.
Pastikan untuk tetap menjaga kebersihan dan kesopanan ya, tempat yang tenang dan menenangkan seperti ini harus selalu bersih dan nyaman untuk dinikmati bersama keluarga.
Salam lestari.
2 comments
Rengganis orak diajari renang gaya batu to, mas?
Tak kiro sepeda neng ngarep gerbang kui sepedamu. Njuk Rengganis ro ibune motoran ahhahahahah
Gaya batu akik Mas, biar bersinar.
Bukan, nek aku sama istri terpisah kendaraanya, Rengganis bakal rewel hahaha