Kegiatan rafting atau arung jeram ini kami lakukan saat masih dalam libur lebaran tahun 2016, saat itu keluarga kami sedang bisa dikatakan mudik semua, sehingga kami tidak ingin menyiakan waktu tersebut. Dari sebagian sepupu ada yang tidak bisa ikut dikarenakan ada beberapa halangan, jadilah diperlukan penambahan personil dari teman kakak kami semasa SMA.
Berangkatlah kami menggunakan sepeda motor pagi itu, jalanan sepi ditambah juga pagi hari membuat kami hanya memerlukan waktu 20 menit untuk bisa sampai lokasi yang berjarak sekitar 13 kilometer dari rumah kami. Untuk jasa rafting yang kami pilih adalah Gajah Wong Adventure yang berlokasi di Pikas Adventure. Kenapa kami memilih di lokasi tersebut? Jujur, hanya jasa tersebut yang kami punyai kontaknya untuk melakukan pemesanan.
Setelah kami datang ke area Pikas Adventure, kami langsung disambut dengan teh hangat dan penawaran paket yang akan diambil untuk kegiatan rafting tersebut. Alhasil kami mengambil paket dengan durasi 3 jam yang sepertinya (saya lupa) berjarak 14 kilometer, serta mengambil jasa dokumentasi yang tidak termasuk pada harga paket. Total kami per orang mengeluarkan dana sebesar Rp. 225.000, dana tersebut sudah termasuk kelapa muda, Mendoan, serta air mineral dan transportasi menuju titik terjun.
Barang kami semua dititipkan ke tempat yang telah disediakan, sebuah kantong besar yang diperuntukkan untuk barang satu kelompok, dijaga oleh petugas yang berada di tempat tersebut, jadi aman. Berlanjutlah kami menuju ke tempat pengambilan pelampung dan helm serta dayung. Di sini saya merasa kurang nyaman, karena kami adalah rombongan pertama pada pagi hari itu, namun helem dan pelampung yang kami temui masih dalam kondisi basah. Rasanya mau memakai gimana gitu dalam hati saya, saya bukanlah orang yang gampang merasa jijik, namun bila melihat jarak waktu perahu terakhir turun (kemarin sore) dan perahu pertama turun (pagi ini), maka seharusnya masih cukup untuk mengeringkannya.
Setelah kami memakai pelampung, helem dan memilih dayung, ada notifikasi dari petugas bahwa ada air mineral yang disediakan untuk peserta yang bisa diambil sendiri di dalam kardus yang tidak jauh berada dari posisi kami. Selanjutnya kami segera menaiki sebuah angkutan yang disediakan petugas untuk menuju titik terjun. Sekitar 10 menit kami telah sampai pada lokasi yang dituju, segera semua peserta turun ke bibir sungai.
Total perahu yang diturunkan saat itu ada 5 buah, terbagi 4 buah untuk peserta beserta satu guide, sedangkan satu perahu lainnya sebagai sweeper untuk memberikan rekomendasi rute kepada guide di perahu peserta. Sekitar 10 menit kami masih berada di bibir sungai untuk mendapatkan pengarahan dari guide mengenai peraturan dan aturan sederhana sebagai pembekalan ketika kita berada di atas perahu.
Kami baru sadar, ternyata kami sama sekali tidak membawa air mineral yang disebutkan di atas, Karena kami mengira dengan ditempatkannya di kardus, maka aka nada petugas yang membawa kardus tersebut. Jadilah ketidakpahaman tersebut membuat perahu kami hanya memiliki satu botol air mineral yang merupakan milik guide perahu kami.
Setelah semua dirasa cukup, segera kami dipersilahkan untuk berdoa untuk kelancaran kegiatan tersebut. Kami dipersilahkan untuk menaiki perahu yang sudah berada di atas air, sedangkan guide kami masih memegang perahu agar tidak hanyut sebelum kami naik. Baru dalam hitunga detik kami berada di atas perahu yang mulai mengikuti arus sungai, segeralah perang air antar perahu dimulai, alhasil basahlah kami sebelum mulai melewati jeram.
Saya duduk di depan, sengaja ingin merasakan seperti apa rasanya melewati jeram sungai serayu ini, sungai yang mungkin sudah ribuan kali saya sebrangi dengan jembatan di berbagai titik. Segera kami mulai mendayung ringan sebelum menemui jeram pertama di depan kami. Jeram pertama menjadi sebuah adaptasi untuk kami yang berada di perahu, mencoba mengamati kode yang diberikan oleh guide yang ada di bagian belakang perahu kami.
Pola jeram yang ada bisa dikatakan punya irama antara jeram dan aliran tenang. Cukup memberikan kami waktu untuk sejenak mengistirahatkan detak jantung kami. Sesaat aliran terasa tenang dan santai sembari melihat ke suasana sekitar, sesekali kemudian ada jeram yang membuat kami harus terbasahi kembali.
Bila Anda duduk di depan, memang akan sangat terasa sekali keseruannya. Perlu Anda perhatikan juga untuk tidak terlalu lebar membuka mulut ketika ingin berteriak, Karena Anda akan merasakan cipratan air yang bisa sampai ke tenggorokan Anda. Bila Anda memiliki kacamata, maka pakailah dengan diikat menggunakan karet agar tidak terlepas. Penggunaan kacamata juga membantu agar cipratan air tidak mengenai mata Anda dengan keras.
Pada beberapa titik tukang foto menyuruh kami untuk bergaya untuk didokumentasikan dalam bingkai digital. Mungkin ada sekitar 10 titik dimana fotografer tersebut harus berpindah-pindah lokasi untuk bisa mengambil aksi amatir kami.
Saya kira, pada tengah perjalanan akan ada titik henti untuk menikmati gorengan dan kelapa muda. Ternyata tidak ada dan kami tetap melaju menyusuri liku sungai serayu. Seingat saya kami hanya berada di air selama 2 jam, hingga akhirnya kami harus beranjak kembali ke Pikas Adventure. Kami sudah mengira akan ada satu sesi foto lagi saat kami berada di darat, namun setelah tengak-tengok kami tidak melihat sang fotografer.
Kami segera menuju tempat penitipan barang setelah meletakkan pelampung dan sebagainya di tempat tadi kami mengambilnya. Berbilas cukuplah memakan waktu lama, Karena harus antri dengan rombongan lain ketika jumlah kamar mandinya tidak mencukupi untuk rombongan yang berakhir bersamaan dengan kami. Saya mencari tempat panas agar bisa berjemur sembari menunggu ada kamar mandi yang kosong, sehingga bisa menghilangkan rasa dingin Karena baju basah yang saya pakai.
Setelah semuanya siap, segera kami berfoto-foto sejenak di depan tulisan yang menurut kami itu ikonik di lokasi tersebut. Kami mendapat makan siang dengan nasi dan beberapa lauk yang menurut kami sangat enak, enak sekali untuk perut kami yang sedang lapar.
Lalu kami mendapatkan foto kegiatan rafting tersebut dalam bentuk compact disc dan juga beberapa lembar sertifikat telah mengikuti rafting di sungai serayu ini. Saya juga bingung hendak saya apakan sertifikat tersebut, mau digunakan untuk ngelamar kerjaan juga tidak bisa, mau untuk pamer juga rasanya aneh. Sudahlah, mungkin saya anggap saja sebagai kenang-kenangan saja, bahkan saya baru ingat saya tidak ada dimana sertifikat itu sekarang.
Beberapa saran ketika Anda akan mengikuti rafting adalah sebagai penjabaran di bawah ini :
- Gunakan sandal gunung atau sandal yang memakai slop agar Anda tetap bisa memakai sandal saat berada di atas perahu. Sandal menurut saya sangat diperlukan Karena beberapa titik dasar perahu akan menghantam batu di bawah permukaan air, sehingga penggunaan sandal akan sangat membantu meredam hentakan tersebut.
- Bila menggunakan kacamata, ikatlah dengan karet atau tali agar tidak terlepas saat sedang berkegiatan.
- Usahakan perut tidak kosong dan tidak terlalu berisi, Karena akan tidak nyaman ketika sedang berkegiatan. Mudahnya konsumsilah pisang beberapa saat sebelum turun ke sungai.
- Pastikan Anda memperhatikan semua arahan dari guide agar memahami skenario penyelamatan jika terjadi adegan perahu terbalik atau sejenisnya.
- Jika Anda memang beniat membawa kamera anti air sendiri untuk digunakan di atas perahu ketika sedang berkegiatan, maka lengkapilah kamera tersebut dengan gantungan seperti balon atau sejenisnya untuk menjaga kamera Anda tetap berada di permukaan apabila tercebut ke dalam air.
Bila Anda berada di Kawasan Yogyakarta atau Magelang, bila ingin mencoba rafting dengan grade yang lebih rendah, maka Anda bisa menuju ke Sungai Elo. Rekan saya, pernah menulis Pengalaman Rafting di Sungai Elo. Semoga bisa dijadikan alternatif untuk kegiatan luar ruangan yang aman dan lebih dekat dengan sungai.
NB : Foto-foto di atas diambil dari dokumentasi penyedia jasa dan dari kamera sepupu.