Siang itu cukup terik ketika saya datang ke Museum Kereta Api Ambarawa dengan menggunakan sepeda motor. Terlihat area parkir yang luas nan sepi, maklum saja karena saya datang pada hari kerja. Lokasi parkir motor yang dekat dengan pos jaga parkir, namun jauh dari pintu masuk museum itu membuat saya mempercepat langkah untuk segera menemukan tempat teduh.

Jarak dari parkiran motor menuju pintu masuk cukup jauh dan tanpa teduhan. Hujan dan panas tetap jadi masalah tersendiri untuk pengendara motor.

Saya kemudian mengikuti arah tanda panah yang mengantarkan saya ke depan loket tiket masuk Museum Kereta Api Ambarawa. Lalu saya menebus sebuah tiket masuk untuk dewasa dengan harga Rp. 10.000, saya bayar tunai dengan uang fisik.

Bangunan pintu masuknya keren, tidak seperti musem-museum pada umumnya.

Lalu saya segera berjalan ke depan pintu masuk museum, terlihat lorong museum yang putih bersih dengan deretan lokomotif di sebelah kiri. Sebelah kanan, terpasang beberapa panel yang memberikan informasi mengenai sejarah dan fakta seputar perkereta-apian di Indonesia.

Saya membacanya satu persatu, selain memang bentuk hurufnya mudah terbaca disertai gambar yang mendukung, juga penyusunan materi tulisan yang ringan. Cocok juga untuk anak-anak agar bisa belajar tentang sejarah kereta api, sayangnya saja posisinya terlalu tinggi untuk anak kecil, perlu bantuan orang dewasa agar bisa terbaca oleh anak kecil.

Di lorong ini saya berjalan, perlahan, sembari menambah pengetahuan.

Berkat panel-panel tersebut saja jadi tahu, bahwa ternyata Museum Kereta Api Ambarawa ini adalah Stasiun Ambarawa yang sebelumnya bernama Stasiun Willem I. Pertama diresmikan pada tanggal 21 Mei 1873 oleh Belanda. Nama Willem I diambil dari nama raja pertama Belanda, Willem Frederik Prins van Oranje – Nassau (1772-1843).

Stasiun Ambarawa dahulu menghubungkan jalur Kedungjati – Beringin – Tuntang – Ambarawa. Namun karena dianggap kurang menguntungkan dari segi operasional, maka jalur tersebut ditutup pada tahun 1976. Setelah jalur tersebut ditutup, lalu pada tanggal 21 April 1978, Stasiun Ambarawa beralih fungsi menjadi Museum Kereta Api Ambarawa yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan Roesmin Noerjadin. Berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.57/PW.007/MKP/2010 Tahun 2010, Museum Kereta Api Ambarawa telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya yang harus dilestarikan.

Di sebelah kiri lorong penuh informasi tersebut, sudah berderet lokomotif uap yang menjadi saksi bisu perkembangan dunia perkereta-apian di Indonesia.

Total ada 16 panel informasi yang sarat sejarah di separuh lorong yang saya lewati tersebut. Selain membahas tentang Museum Kereta Api Ambarawa sendiri, juga membahas mengenai jenis-jenis lokomotif kereta, fakta tentang terowongan, dan jembatan yang dijadikan sebagai jalur kereta api. Saya sampai habis membaca ke 16 panel informasi tersebut, selain penyajian yang menarik, juga kondisi saat itu sedang sepi, jadi saya bisa santai membaca.

Baca Juga :  Mempelajari Apel dan Jeruk di Desa Wisata Poncokusumo

Saya kemudian berpindah ke ruas lorong yang selanjutnya, kali ini penyajian informasi yang disajikan berbentuk infografis memanjang dengan susunan waktu yang runtut. Jika Anda berjalan dari arah pintu masuk, maka Anda akan menikmatinya dengan alur mundur. Jika Anda ingin menikmatinya dengan alur maju, berjalanlah hingga ujung lorong terlebih dahulu untuk menikmatinya.

Infografis super panjang ini tidak kalah menarik bagi saya untuk membacanya. Informasi yang disajikan sebagian besar baru saya tahu ketika saya berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa. Saya juga baru tahu bahwa dahulu di Pulau Sulawesi pernah ada jalur kereta api walaupun hanya sepanjang 12 km. Jalur kereta api yang menghubungkan Pasarbutung dengan Takalar tersebut akhirnya ditutup pada tahun 1930 karena kurang menguntungkan.

Bukan hanya sejarah tentang kereta api saja, sejarah mengenai perusahaan kereta api juga tersurat jelas dalam inforgrafis tersebut. Ada juga fakta-fakta sejarah lainnya yang cukup membuat saya berbetah diri membaca dari aksara ke aksara.

Dari rel ini lah, kereta wisata melaju membawa para penumpang.

Setelah saya mengakhiri perjalanan penuh pengetahuan di lorong tersebut, sampailah saya ke area stasiun. Di lokasi ini fasilitas untuk pengunjung sudah lengkap, mulai dari toilet, cafe sederhana, dan mushola. Area ini cukup nyaman karena banyak pepohonan dan juga terasa luas. Dimana saya bebas berjalan untuk berjalan berkeliling pada lokomotif-lokomotif yang terparkir rapi.

Desain Stasiun Ambarawa tidak jauh berbeda dengan stasiun pada umumnya, hanya saja di sini banyak benda bersejarah yang berstatus cagar budaya

Bagian stasiun ini juga masih digunakan untuk mengangkut penumpang kereta wisata. Untuk kereta wisata hanya beroperasi pada hari Minggu dan hari libur nasional. Untuk jadwal pemberangkatan ada 3x perjalanan dalam sehari, yaitu jam 10.00, 12.00, dan 14.00. Untuk harga tiket kereta wisata ini adalah Rp. 50.000 per orang. Rute yang dilayani adalah Ambarawa – Tuntang PP.

Kabar gembira untuk Anda yang ingin naik kereta wisata 3x sehari, seperti makan saja ya, hehehe.

Jika anda ingin menyewa kereta wisata tersebut secara pribadi atau rombongan juga dipersilahkan dengan kapasitas maksimal 40 orang per gerbong. Ada 2 lokomotif yang ditawarkan, lokomotif uap dan lokomotif diesel. Untuk Lokomotif uap + 1 gerbong dipatok dengan harga Rp. 10.000.000, maksimal 3 gerbong dengan biaya sewa Rp. 15.000.000. Jika menggunakan lokomotif diesel, harga untuk 1-3 gerbong adalah Rp. 5.000.000 – Rp. 10.000.000. Setahu saya, kita bisa melakukan perjalanan diluar jadwal kereta wisata reguler.

Kereta wisata dengan lokomotif uap.
Pada bagian ini kita bisa mengenal dan mencari informasi mengenai benda-benda di stasiun jaman dahulu.

Di area stasiun tersebut juga banyak terdapat benda-benda yang bersejarah dalam dunia kereta api indonesia. Seperti mesin cetak tiket, timbangan, bilik penjualan tiket, sinyal alkmaar, dan lain-lain. Semua benda-benda bersejarah tersebut dilengkapi dengan informasi yang cukup, sehingga kita tidak perlu lagi menyimpang rasa penasaran.

Baca Juga :  Survey Event IMAJI bersama forum National Geographic Regional Yogyakarta

Sebagian besar, aset yang berada di Museum Kereta Api Ambarawa sudah ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya, seperti gerbong kayu, lokomotif, bangungan museum, dan sebagainya. Kita bisa bebas masuk ke dalam area lokomotif maupun gerbong yang terparkir, namun tetap berhati-hati ya, karena benda-benda tersebut adalah Benda Cagar Budaya.

Lokasi foto paling ramai.

Di halaman depan area stasiun, terdapat juga halaman yang luas nan hijau, nyaman untuk berjalan di bawah rindang pohon serta berfoto di depan tulisan “ I Ambawara” dengan latar belakang gerbong-gerbong jaman past. Jika masih ada sisa tenaga, maka bisa dilanjutkan berjalan menuju ke area yang disebut dengan show room lokomotif uap. Di area ini jugalah, kereta api wisata dibersihkan dan diberi perawatan agar tetap bisa melaju dengan optimal.

Di sana, kereta api wisata mendapatkan perawatan agar bisa bertahan lebih lama melintasi rel baja.

Saya juga sempat membuat virtual tour ketika berkunjung ke Museum Kereta Api Ambawara, pastikan Anda menggunakan browser yang mendukung html5 agar bisa menikmati virutal tour 360 berikut secara maksimal. Selamat menikmati.

Menurut saya, kunjungan kali ini ke Museum Kereta Api Ambarawa telah memberi saya banyak pengetahuan mengenai sejarah kereta api di Indonesia dari jaman past sampai jaman now. Jangan sampai kita hanya asal naik kereta api saja tanpa ingin mengetahui bagaimana kereta api bisa menjadi moda transportasi paling favorit saat ini.

Yuk liburan ke museum,

yuk belajar sejarah,

yuk ke Museum Kereta Api Ambarawa

Jika Anda sedang melintas di daerah Ambarawa, mampirlah sejenak ke Museum Kereta Api Ambarawa, lokasinya tidaklah begitu jauh dari Tugu Palagan Ambarawa. Agar lebih mudah, Anda bisa melihat lokasinya pada peta yang saya sematkan di bawah ini.

Baca Juga :  Sharing Moment Event IMAJI bersama National Geographic Indonesia

Jika ingin mencari informasi lebih lanjut, dapat menghubungi pengelola melalui :

Email : indonesianrailroadm@gmail.com
Website : www.museumkeretaapiindonesia.com
Facebook : Museum Kereta Api Indonesia
Twitter : @museumkaindo
Instagram : @museum_keretaapi_indonesia

Tulisan ini dibuat untuk mengikuti Lomba Blog Pesona Kabupaten Semarang

0 Shares:
6 comments
  1. mau naik kereta uap mesti nunggu hari libur biar bisa Rp 50.000, itu pun seperti nya harus cepat diantrian terdepan biar kebagian. hahahahaha

Leave a Reply to Gallant Tsany AbdillahCancel reply

You May Also Like