Sebenarnya saya paling kurang suka jika harus bepergian ke tempat wisata saat hari libur, apalagi saat libur panjang seperti libur lebaran tahun ini. Namun ya semua sudah berubah saat sudah menikah, ya sudah, nikmati saja.

Kebetulan untuk lebaran tahun genap saya rayakan di Banjarnegara, tempat orang tua saya. Berhubung kini anak saya sudah hampir berumur satu tahun, maka sudah lebih mudah untuk membawanya jalan-jalan. Di Kabupaten Banjarnegara sendiri sebenarnya ada banyak lokasi wisata, namun jika menimbang-nimbang aspek 3A (Akesbilitas, Atraksi, dan Amenitas) maka tujuan hari ini adalah Taman Ria Margasatwa Serulingmas.

Selamat datang di TRMS Serulignmas, penataan pintu masuk yang membuat saya berhenti sejenak untuk membaca situasi.

TRMS Serulingmas yang berlokasi di sebelah barat pusat kota Kabupaten Banjarnegara ini seingat saya dibangun pada tahun 1994, saat itu saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar saat berkunjung ke TRMS Serulingmas bersama ibu. Saat itu area yang ada hanyalah sekitar 30% dari luas area yang sekarang.

Lalu pada tahun 21 Agustus 1997, TRMS Serulingmas diresmikan oleh Jenderal TNI (Purn) Susilo Sudarman (alm), dengan penambahan area yang lebih luas daripada saat pertama kali saya berkunjung ke sana.

Salah satu spesies sumbangan beliau, setidaknya harimau ini tidak diburu di luar sana.

Terakhir kali saya berkunjung ke TRMS Serulingmas adalah tahun 2015 seingat saya, tidak ada banyak perubahan sebenarnya jika melihat dari beberapa koleksi satwa maupun penambahan atraksi. Bagaimanapun dengan lokasi yang berada di kabupaten kecil, maka bukanlah hal yang mudah untuk menarik pengujung untuk datang. Jangan samakan kondisinya dengan Gembira Loka di Yogyakarta.

Kini, Juni 2018 saya berkunjung kembali ke TRMS Serulingmas, kali ini bersama istri dan anak saya. Karena ini adalah libur lebaran, tentu saja akan ada 2 hal yang sangat lumrah kita jumpai, (1) jumlah pengunjung yang lebih dari hari libur biasa, lalu (2) tiket masuk yang akan lebih mahal dari hari libur biasa.

Pastikan jumlah tiket sesuai dengan jumlah uang yang dibayarkan. Selalu cek hal seperti ini di tempat wisata manapun.

Untung saja saya berangkat cukup pagi, jadi bisa mendapatkan tempat parkir di area resmi. Lalu untuk tiket masuk pada libur lebaran tahun 2018 ini dikenai harga Rp.20.000 per orang. Untuk anak yang memiliki tinggi di bawah 80 cm tidak dikenakan tiket masuk. Harga tiket ini termasuk tiket terusan ke area kolam renang, jadi renang atau tidak renang, Anda harus membayar tiket kolam renang.

Renang atau tidak renang, Anda sudah bayar.

Begitu masuk, kita tidak akan menemukan peta ataupun denah lokasi satwa ya, jadi kita harus melakukan eksplorasi sendiri sembari membangun mental map dalam otak di TRMS Serulingmas ini.

Anda harus berjalan lebih dari 300 meter dari pintu masuk untuk menemukan papan petunjuk ini. Eits, interactive zoo? eeemm….. saya coba ingat-ingat dulu

Cuaca saat itu cukup terik, jadi saya sudah mempersiapkan payung dari rumah. Walaupun ada beberapa pepohonan di antara kandang-kandang satwa, namun tidak semua jalan tertutupi oleh kanopi pohon.

Saya pernah lihat telurnya di kandang ini. Saya kira buah mangga, hahaha

Mungkin karena saya sudah pernah melihat beberapa Kebun Binatang lain dengan kondisi dan pengelolaan yang lebih baik, maka ketika kembali datang ke TRMS ini ya begitulah. Cukuplah untuk memperkenalkan kepada anak mengenai aneka satwa.

Yap, sedikit lagi bisa menyerupai warna kawat yang mulai berkarat ini.

Cukup lengkaplah koleksi satwa di TRMS Serulingmas ini, seperti Singa, Harimau, Beruang Madu, Buaya, Kanguru, aneka Reptil, aneka Primata, aneka Unggas, Unta, dll.

Buayanya mematung, apa malah emang patung beneran? ahaha Capek kalilah pasti dia jadi buaya (di) darat.
Mending berteduh, dari pada sama sekali tidak menemukan teduhan di luar sana.

Walaupun ada beberapa kandang yang kondisinya cukup memprihatikan, seperti kurangnya teduhan untuk bergerak, kotor, kosong, dan isi satwanya terasa random. Seperti merak betina yang satu kandang bersama pelikan dan ayam

Salah satu adegan yang memprihatinkan saat itu.

Foto 360, silahkan diputar-putar.

Saya paling prihatin sebenarnya ketika melihat seekor orangutan yang bermain-main dengan cup eskrim bersama sendok plastik, hingga kemudian memasukkanya ke dalam mulut. Sepertinya ada yang (mungkin) tidak sengaja menjatuhkannya ke dalam kandang, atau mungkin memang sengaja? Bagaimanapun juga pengunjung Kebun Binatang tidaklah semua mengerti bagaimana seharusnya satwa-satwa itu diperlakukan.

Baca Juga :  Berenang Bersama Rengganis di Kali Rau, Mari Kita Ciblon

Mungkin perlu dipasang cctv untuk memantau aktivitas pengunjung agar lebih mudah dalam pengasawan dan pemberian sanksi. Karena saya juga melihat ada beberapa pengunjung yang iseng memasukan jari atau tanganya ke dalam kandang, padahal sudah ada pembatas. Kembali lagi ke kualitas SDM yang datang berkunjung ya.

Beruang Madu ini pasti ingin bergerak bebas memanjat pohon guna mencari madu. Namun apakah ia masih bisa bertahan hidup di luar sana?

Sebenarnya saya beberapa kali melihat petugas yang berkeliling, namun kok rasanya mereka hanya berjalan saja, entah memantau sembari berjalan atau memang sedang menuju suatu tempat. Misal di sekitaran kandang dengan hewan prioritas ada satu atau dua petugas yang berjaga, sepertinya akan lebih baik.

Salah satu hal yang cukup saya sesalkan ketika terpaksa membawa anak saya ke tempat umum seperti ini adalah banyaknya perokok. Kenapa sih mereka gak diam di kamar saja saat merokok. Kenapa harus sampai jalan-jalan ke tempat umum sembari mengeluarkan asapnya? Parahnya lagi, masih cukup banyak saya jumpai seorang ayah yang datang bersama anak kecilnya, dan dia merokok. Duh jaaaan….

Masa para perokok tega sih kalau ada anak kecil dan para emak-emak yang terkena asap rokok? apa iya memang tega? eh

Mungkin perlu ada perlakuan khusus untuk para perokok di TRMS Serulingmas, seperti menyiapkan area merokok (harus dengan pembatas udara), atau lebih bagusnya lagi adalah menjadikan seluruh area TRMS Serulingmas bebas dari asap rokok.

Foto 360, silahkan diputar-putar

Ada juga panggung hiburan di pojok TRMS Serulingmas, lagu yang dimainkan pasti sudah tahu apa, iyak, dangdut. Musik yang merakyat walaupun saya masih belum bisa menikmatinya. Kenapa gak coba lagu yang santai dan senada dengan suasana alam, toh yang berkunjung kebanyakan berskala keluarga.

Sebenarnya tempat ini cocok jika dijadikan cafe lesehan jika melihat dari potensi pemandangannya.

Bergeser ke tepian area TRMS Serulingmas, kita akan menjumpai Sungai Serayu yang bisa dengan mudah terlihat karena memang areanya terbuka dan luas. Mungkin jika pengelola jeli, area tepian ini bisa dijadikan “selfie spot” untuk mempermudah promosi (gratis) via media sosial. Namun kembali lagi, perlu banyak pembenahan agar lebih menarik.

Iya, masalah lama. Padahal lokasi ini sangat potensial untuk dijadikan sebagai area “selfie spot”

Foto 360, silahkan diputar-putar.

Sudah ada beberapa kandang satwa yang dihilangkan, seperti kandang kuda dan rusa yang sudah hilang bersama satwanya. Lalu juga ada kandang gajah yang gajahnya telah meninggal karena kecelakaan beberapa tahun silam, jadilah kandang gajah tersebut dijadikan sebagai area untuk atraksi panahan. Selebihnya hanyalah atraksi khas pasar malam untuk anak-anak.

Yuk, ikuti sunnah Rasul di lokasi ini. Murah kok.
Seingat saya, dulu unta ini bisa dinaiki. Mungkin seperti ini lebih baik.

Sebenarnya saya kurang setuju dengan konsep pemeliharaan dan pelestarian hewan dengan cara dimasukan ke dalam Kebun Binatang, namun agak susah juga ya sebenarnya. Jika di dalam Kebun Binatang, maka satwa tersebut terenggut kebebasanya, namun jika dilepas di alam bebas, maka tentu saja kita tahu bahwa keberadaanya terancam oleh kebodohan manusia.

Di dalam kandang salah, di luar kandang terancam. Kan bingung jadinya.

Perlu perjuangan juga ketika mau melihat hewan-hewan tersebut di habitat aslinya. Nonton Singa sampai ke Afrika, ngintip harimau sampai ke Taman Nasional Gunung Leuser, manggil Orangutan sampai ke Taman Nasional Tanjung Puting, lihat Unta sampai ke Arab.

Pengalaman pertama saya saat melihat Orangutan liar di habitat aslinya. Saat itu kami sempat dilempari ranting pohon saat sedang beristirahat di Pos 1 Pendakian Gunung Kemiri.

Intinya, semua ada baik dan kurang baiknya. Hal seperti inilah yang menyebabkan netizen di negara kita gemar debat di media sosial.

Baca Juga :  Sharing Moment Event IMAJI bersama National Geographic Indonesia

Menurut saya, kebun binatang bisa menjadi salah satu media untuk mengenalkan anak kepada satwa-satwa yang dilindungi, tentunya dengan arahan orang tua agar anak mengerti bahwa seharusnya satwa hidup bebas di alam liar, dan semua manusia harus menghormatinya.

Mengajak anakmu ke Kebun Binatang, bukan hanya melihat aneka satwa saja, namun berilah pemahaman tentang siapa meraka dan kondisi mereka di antara populasi manusia.

Semoga TRMS Serulingmas bisa lebih berbenah lagi agar bisa menjadi destinasi wisata unggulan minimal di kawasan Karisidenan Banyumas dan sekitarnya. Serta bisa beneran interaktif sesuai dengan slogan barunya.

Jadi, kapan berkunjung lagi ke Banjarnegara?

Salam Dawet…

0 Shares:
6 comments
  1. Sebelum pandemi, sekitar tahun 2019 saya juga berkunjung ke kebun binatang serunglingmas Banjarnegara, ketika momen mudi ke tempat mertua. Fotonya melimpah nih kak, nice info, lengkap informasinya

  2. Kemarin pas lebaran sempat melipir sesaat ke Banjarnegara ke rumah sepupu. Terus iseng tanya soal Seruling Mas karena lihat plangnya. Dia bilang gini “gak ada apa-apanya, gak usah main ke sana” ahahahaha. Dulu ke Seruling Mas saat masih SD. Sudah nggak ada ingatan yang nyantol tentang tempat ini. Memprihatinkan juga ya kondisinya.

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like