Tengah tahun 2012, saat saya masih berada di Provinsi Aceh. Saya sedang melakukan perjalanan dengan mengujungi beberapa teman saya yang memang masih dalam jangkauan untuk perjalanan selama satu hari. Hari sudah beranjak sore ketika saya dan rekan-rekan sampai di Banda Aceh seusai mengujungi Air Terjun Suhom di Kecamatan Lhoong.
Kami sempat bingung, apakah hendak bermalam di Banda Aceh atau melanjutkan perjalanan ke tempat rekan kami yang berada di Kecamatan Seulimeum. Saya lupa berapa jarak yang kami tempuh, namun memerlukan perjalanan sekitar 90 menit. Saya samar untuk mengingat kejadian ini, selain memang kondisi tubuh yang saat itu perlu istirahat, ditambah juga tidak ada niatan untuk mencatat semua kegiatan saat itu.
Kami bermalam di tempat rekan kami, 4 orang dengan tas yang berisi perbekalan untuk beberapa hari. Hanya satu malam yang saya habiskan di tempat rekan kami tersebut, kami merasa tidak enak apabila terlalu lama merepotkan rekan kami. Kami hanya ingin saling bersua dan melepas beragam kisah karena beberapa waktu tidak berjumpa.
Esok paginya, ketika matahari sudah mulai menyengat, kami melanjutkan perjalanan. Menyusuri lembah di sisi utara Gunung Seulawah. Kondisi jalan yang kami lewati sebagian besar kami lewati adalah jalan berpasir yang sepertinya akan diaspal namun kami tidak melihat adanya alat berat di sekitar lokasi tersebut.
Kami sempat memasuki seperti sebuah kompleks militer TNI yang berada di kawasan tersebut. Kami cukup kaget karena di jalan yang sepi dan jauh dari permukiman tersebut ada kompleks militer. Sebuah gerbang dengan tulisan besar “NKRI HARGA MATI” terlihat dengan jelas saat kami melewati kompleks tersebut.
Di sekitaran kiri kanan kami hanyalah berupa bukit gersang dan pepohonan rendah yang berjarak antara satu dan lainnya. Saya melewatkan pemandangan saat itu untuk didokumentasikan. Saya memlih untuk memasukkan kamera saya dengan rapat karena memang saya takut terjadi apa-apa dengan kondisi jalan seperti itu. Kami semua lebih memilih untuk berkonsentrasi mengendalikan gas motor agar kedua roda berjalan berirama.
Akhirnya kami berhenti di sebuah tempat yang cukup lapang untuk memarkirkan sepeda motor dan melihat ke sekitara kami. Di sebelah utara kami teradapat laut, sedangkan di selatan kami ada Gunung Seulawah. Panasnya memang cukup terasa terik dan menyiksa kulit, sehingga kami tidaklah betah untuk berada di tempat ini terlalu lama.
Sempat ada sekitar 2 orang yang melintas, sejenak berhenti dan menanyakan dari mana dan hendak kemana kepada kami. Mungkin karena sangat jarang ada orang melintasi daerah tersebut.
Kami akhirnya melanjutkan kembali perjalanan kami, menuruni perbukitan tersebut hingga berada sejajar dengan laut pada jaringan jalan yang berada tepat di pesisir utara Aceh. Pada jalan tersebut hanya didominasi sepeda motor dan mobil pribadi. Jarang kami temukan saat itu kendaraan besar yang melintas.
Tidak begitu lama, sampailah kami kembali di Banda Aceh dengan memilih rute yang berbeda antara jalur berangkat dan jalur kembali. Bermalam di Kota Banda aceh semalam untuk beristirahat sebelum berangkat ke Pulau Nasi keesokan harinya.
Walaupun sebuah perjalanan singkat, namun tetap saja berkesan karena bisa bersua dengan rekan-rekan seperjalanan. Entah kapan lagi akan bisa berkelana kembali seperti ini, mungkin kelak ketika kami sudah bisa membawa anak kami masing-masing.
Semoga kita sukses dengan jalan kita masing-masing ya teman. Sampai jumpa kembali di lain kesempatan.
6 comments
ning aceh dalam rangka opo sih mas?
Dalam rangka mencerdaskan anak bangsa mas… 🙂
Sepi dan sunyi, cocok buat yang-yangan
Koyo nang anu ya….hahaha
Aku kepikiran mau main ke medan terus motoran gini ahhahahha. Lagi kontak-kontakan dengan teman di sana, siapa tahu bisa bantu walau semalam 😀
Motoran? Gak pingin nyepeda mas?