Saya terbangun dengan rasa kantuk karena mendengar percakapan yang cukup keras pagi itu. Saya segera beranjak dari kasur tanpa melihat pukul berapa saat itu, saya membuka pintu kamar menuju ke ruang tamu yang menjadi sumber suara pagi itu.
Dengan mata yang masih kaget dengan cahaya lampu, saya melihat jam dinding di ruang tengah, pukul 03.30 pagi. Ada apakah gerangan sehingga sepagi ini harus ada percakapan yang cukup keras dan membangunkan saya? Saya menyusul sumber suara percakapan di ruang tamu.
Rupanya di ruang tamu sudah ada bapak, ibu, dan adik saya. Saya segera mengetahui bahwa baru saja rumah saya kemalingan ketika mendengar percakapan mereka dan melihat sekilas tangan gareng (engsel salon) pada jendela telah tercongkel pada kedua sisi. Kejadiannya baru saja, belum sampai 5 menit, ibarat tahi ayam itu masih hangat ketika terinjak kaki tanpa sandal.
Saya segera mencari kunci pintu ruang tamu untuk membukanya, keluar menuju ke jalan depan rumah untuk melihat ke kanan dan kiri, siapa tahu sosok pencuri tersebut masih nampak.
Jadi belum diketahui barang apa saja yang hilang, karena ibu masih syok dengan kejadian barusan. Segera saya teringat bahwa semalam saya meninggalkan ponsel saya di meja yang berada di ruang tengah. Saya segera menuju ke meja tersebut dan mendapati ponsel saya yang bewarna putih raib. Segera adik saya juga mengecek ponselnya yang berada di kamarnya, kamar adik saya berada di sebelah ruang tengah. Ponsel adik saya juga raib beserta chargernya.
———-kronologi pencurian sebelum saya bangun————–
Dalam posisi tersebut, ibu saya bercerita bahwa pencuri tersebut memakai jaket hitam dan topi hitam, namun tidak mengatakan seperti apa tubuh pencuri tersebut, hanya berkata bahwa perawakannya seperti menantu bu siapa gitu yang saya tidak kenal. Ibu saya sempat berhadap-hadapan dengan pencuri tersebut saat masih berada di dalam rumah.
Kronologinya, kamar ibu saya berada di sebelah ruang tamu, beliau hendak bangun untuk menuju ke dapur guna memasak air untuk sahur bapak saya. Saat posisi tersebut bapak saya sudah terbangun dan sedang berada di dapur, dapur di rumah kami berada di belakang terbatasi oleh pintu ruang belakang. Jadi saat ibu saya mulai membuka gorden untuk keluar kamar, ia tak sengaja menoleh ke arah pintu ruang tamu, disitulah posisi maling berdiri mencoba untuk berkamuflase dengan kondisi remang ruang tamu saat dini hari.
Jarak ibu saya dan pencuri tersebut sekitar 1 meter, ibu saya melihat ke sosok pencuri tersebut, sambil bingung, karena postur tubuhnya bukanlah tubuh bapak saya atau saya. Lalu ibu saya berkata sembari menunjuk ke sosok tersebut “Maling ya?”
Segera maling tersebut membalas “Berisik, tak pateni..!!” atau dalam bahasa bahasa indonesia berarti “berisik, aku bunuh…!!“
Segera ibu saya lari ke dapur untuk menemui bapak saya, dalam keadaan tersebut, pencuri tersebut berhasil kabur melalui jendela yang tadi digunakannya untuk masuk, dan menutup kembali jendela tersebut. Alhamdulillah, ibu saya tidak diapa-apakan oleh pencuri tersebut.
Setelah ibu berkata kepada bapak bahwa ada pencuri di ruang tamu, segera bapak menuju ke ruang tamu, namun tidak ditemui pencuri tersebut. Segera bapak membuka pintu ruang tamu untuk melihat ke jalan depan rumah, namun tidak terlihat seorang pun. Bapak saya kembali ke dalam rumah, lalu adik saya terbangun karena kondisi tersebut, dan saya terbangun kemudian.
———-lalu saya bangun————–
Segera adik saya memberi perintah untuk melacak ponsel menggunakan akun google yang tersemat pada ponsel kami. Kedua ponsel kami menggunakan baterai tanam, jadi tidak mungkin ponsel kami dimatikan oleh pencuri tersebut. Saya segera mengambil ponsel ibu saya untuk melakukan thetering data ke komputer saja.
Cus, saya melacak keberadaan ponsel sony xperia saya, namun sayang, lokasi tidak ditemukan. Saya baru tersadar kalau saya tidak mengaktifkan GPS pada ponsel saya sebelum ponsel tersebut diambil maling. Lalu adik saya segera mengambil alih, dia yakin bahwa GPS di ponselnya selalu hidup, dan yakin sekali bahwa pencuri tersebut tidak akan bisa membuka kunci pada ponselnya.
Segera adik saya login menggunakan akun googlenya, GOTCHA dalam hitungan detik langsung terlacak lokasi ponsel tersebut. Berada di pertigaan terminal yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah kami. Tanpa berfikir lama, segera saya mengambil helm dan kunci motor, adik saya mengambil jaket dan helm. Pukul 03.35
Bapak saya berpesan untuk ke ke pos polisi dulu untuk meminta bantuan. Karena di pertigaan tersebut ada pos polisi lalu lintas yang biasanya pada malam hari tetap ada yang berjaga. Baiklah, kami berdua akan mengejar pencuri yang saya sendiri tidak tahu akan seberapa berbahayakah pengejaran ini. Yang jelas pencuri ini sempat mengancam nyawa ibu saya. Pokoknya gas pol.
Dengan kaos oblong dan celana kolor saya memacu sepeda motor saya menuju ke pos polisi tersebut. Adik saya mengetuk pintu pos untuk mencari tahu apakah ada orang di dalam pos polisi. Lantas saya melihat ke sekeliling, masih cukup banyak orang di pertigaan tersebut. Maklumlah karena pertigaan tersebut sering dijadikan tempat turun oleh perantau dari luar kota yang akan pulang ke rumahnya. Ada juga pangkalan ojek malam yang selalu mangkal untuk mengantarkan penumpang yang ingin segera pulang.
Berbekal ingatan sementara dari tampilan lokasi ponsel adik saya di komputer, posisi pencuri tersebut ada di utara pertigaan. Saya mencoba menuju ke arah tersebut, pandangan saya langsung tertuju ke ke sosok pria dengan tubuh sedang yang mengenakan jaket hitam dan topi hitam. Sosok asing bagi saya yang biasa ke pertigaan tersebut. Pria tersebut juga hanya mengenakan satu buah tas slempang kecil, tidak nampak layaknya orang perantau.
Sosok pencuri tersebut sedang duduk di sebuah warung sembari merokok di sebelah pangkalan ojek malam di pertigaan tersebut. Pasti ini orangnya, saya yakin sekali, tapi saya tidak asal segera menangkapnya, takutnya salah orang karena saya kekurangan informasi perawakan tubuh pencuri tersebut, ibu saya hanya memberikan informasi warna jaket dan topi yang digunakan. Lebih baik saya mencari bantuan untuk mencari informasi lebih lanjut tentang pria tersebut.
Saya kembali lagi ke pos polisi, menanyakan kepada adik saya apakah pak polisi sudah bangun. Ternyata belum, saya berkata kepada adik saya bahwa sosok terduga pencuri tersebut terlihat. Lalu kami berdua memutuskan untuk menuju pangkalan ojek untuk menanyakan dimana pak polisi berada saat itu sembari mencari bantuan.
Lalu saat saya menuju ke pangkalan ojek, sosok pencuri tersebut berjalan meninggalkan posisinya lalu berpapasan dengan saya. Saya menduga bahwa ia telah mencurigai saya sedang mencarinya, karena saya hanya menggunakan kaos dan celana kolor pendek, terlihat seperti pakaian orang yang baru keluar dari rumah.
Saat hendak berpapasan, sosok pencuri tersebut malah menawari saya jasa ojek, “Ojek Mas?” lalu saya menolaknya. Saya sempat heran, masa ada tukang ojek di sini yang wajahnya asing bagi saya, terlebih ia tidak menggunakan seragam tukang ojek malam di pangkalan ojek tersebut. Sosok pencuri tersebut lalu berjalan ke selatan, arah seberang jalan.
Kebetulan saat itu Mas Budi (nama saya samarkan) yang baru saja memarkirkan sepeda motornya di pangkalan setelah mengantarkan penumpang. Adik saya menanyakan kepada Mas Budi mengenai pos polisi yang tidak dijumpainya orang yang berjaga.Kami berjalan ke arah pos polisi, adik saya bertanya juga sembari menunjuk ke sosok pencuri yang sedang berjalan di seberang jalan, sembari bercerita bahwa rumah kami baru saja kemalingan.
“Mas, apakah orang itu ojek di sini?” sembari menunjuka sosok pencuri tersebut
“jaket hitam itu? bukan, saya juga gak kenal.“
“Lho kok tadi nawarin ojek ke saya?“
Segera Mas Budi dan saya berlari ke sosok pencuri tersebut yang baru tidak di sebelah selatan jalan.
“Mas..!! Mas….!!!” teriak Mas Budi yang cukup menarik perhatian orang di sekitar kami.
Saya yakin sosok pencuri tersebut mendegar teriakan Mas Budi, namun sengaja tidak menoleh, dan tidak berani berlari karena pasti segera mendandakan bahwa ia telah mencuri.
Kami berhasil mengejarnya, berada pada jarak yang siap untuk kontak fisik.
“Mau ke mana Mas?” Tanya Mas Budi
“Mau ke sana” jawab pencuri tersebut sembari menunjuk arah selatan
“Ke sana kemana?!“
“Ke rumah Noto“
“Noto Maling ya?!!” Jawab Mas Budi dengan suara agak keras
Saya masih mengawasi tangan pencuri ini siapa tahu ia mengeluarkan senjata untuk menyerang kami, karena ia telah mencongkel jendela rumah sebelumnya.
“Lha Mas orang mana aslinya?” Tanya Mas Budi lagi
“Punagara” jawab pencuri tersebut singkat
Sepertinya pencuri ini sudah tahu kondisi sebenarnya mengapa kami menanyainya. Segera ia mengeluarkan jurus basi yang hampir selalu dilakukan oleh semua orang yang ketahuan mencuri.
“Lho kamu di sini..? Apa Kabar?” sembari menyodorkan tangan ke Mas Budi
“Gak usah sok kenal kamu..!!” dengan mengacuhkan sodoran tangan pencuri tersebut
“lho masa lupa sama saya..?” pencuri tersebut semakin kekeh dan semakin mendekatkan tanganya ke Mas Budi.
Saya sempat was-was, karena pencuri ini bisa masuk ke kamar adik saya tanpa membuat adik saya terbangun. Padahal adik saya adalah orang yang paling gampang bangun, jangankan pintu kamar yang berderit, saya datang lalu berdiri saja disampingnya sudah cukup membuat adik saya terbangun.
Jangan-jangan sodoran tangan pencuri ini ada apa-apanya, beruntung Mas Budi adalah orang yang sudah terbiasa menghadapi kondisi seperti ini. Segera ia mengajak sosok pencuri tersebut ke pos polisi untuk dilakukan interograsi lebih lanjut.
Kami bertiga berjalan ke pos polisi yang berjarak sekitar 50 meter dari lokasi percakapan di atas. Kami berjalan sejajar, sosok pencuri tersebut menanyakan ke saya “ada apa ini?” beberapa kali saat sedang berjalan menuju ke pos polisi. Saya hanya menjawab “sudah, ikut saja” jawabku singkat. Adik saya sudah menunggu kami di depan pos polisi.
Di sekitar pos polisi sudah cukup banyak orang yang penasaran dengan kejadian tersebut. Begitu sampai di depan pos polisi, sosok pencuri tersebut tetap berdiri di sebelah saya, lalu Mas Budi hendak masuk ke dalam pos polisi untuk membangunkan pak polisi. Ada satu sosok lagi yang berada di sebelah saya yaitu Dadang (nama saya samarkan).
Tanpa terduga, pencuri tersebut berlari dengan tiba-tiba, reflek saya yang berada di sebelahnya hanya bisa menggapai tas slempang yang segera bisa ia lepaskan. Pencuri tersebut kemudian berlari dengan kencang, lalu Dadang dengan segera mengejarnya dengan cepat, saya dan Mas Budi segera berlari menyusulnya.
Secara tanpa terencana, otak saya menginstruksikan bibir saya berteriak dengan keras “MALIIIING…!!!“. Semua berlangsung begitu cepat tanpa memberikan waktu untuk berfikir mengenai hal terbaik yang harus dilakukan. Pokoknya kejar saja malingnya, masalah bisa tertangkap atau tidak itu urusan nanti. Saya berlari dengan membawa tas slempang milik pencuri tersebut.
Adik saya seingat saya juga ikut mengejar dengan beberapa orang di belakang saya. Kondisi jalan yang tersinari oleh lampu jalan membuat sosok pencuri tersebut mudah untuk diikuti. Pencuri tersebut berbelok ke arah pekarangan di samping sebuah warung, sepertinya pencuri tersebut asal mengambil jalan dengan harapan bisa lolos dalam kegelapan.
Namun ada Dadang, seorang remaja dengan kecepatan lari yang mampu melebihi kecepatan lari pencuri tersebut. Sekitar 4 meter setelah pencuri tersebut berhasil menyeberang jalan, Dadang sudah bisa menggapainya dan menahan laju pencuri tersebut. Lalu disusul oleh Mas Budi yang dengan badan kekarnya segera menjatuhkan penjahat tersebut agar bisa diam terkunci dengan posisi tiarap.
“Cepat panggil polisinya….!!!” Suruh Mas Budi kepada saya yang berada di belakangnya
Saya berlari kembali ke pos polisi, menanyakan dimana polisinya sembari memberitahu bahwa pencurinya berhasil ditangkap di pekarangan. Saya berlari kembali ke lokasi penangkapan, Mas Budi menyuruh saya untuk mengikat kaki pencuri tersebut. Segera saya mencari tali di sekitar lokasi dan menemukan tali rafia yang cukup panjang.
Saya segera mengikat kaki pencuri tersebut, disusul tangannya. Saya mengikatnya dengan kencang hingga yakin bahwa ia tidak bisa melepaskan tali tersebut. Setelah semua kaki dan tanganya terikat, Mas Budi berdiri dan memeriksa kantong pencuri tersebut, segera didapatinya sebuah ponsel putih yang disodorkan kepada saya.
“Ini punyamu bukan?“
“Iya, ini punyaku Mas” Jawabku segera setelah bisa membuka kunci ponsel tersebut dengan fingerprint
Beberapa orang yang menyusul ke lokasi penangkapan sempat memberikan beberapa “hadiah” untuk pencuri tersebut. Lalu tanpa menunggu lama, segera saya dan Mas Budi mengangkat pencuri tersebut untuk dibawa ke pos polisi. Alhamdulillah pak polisi sudah bangun, ternyata beliau tidur di mobil yang diparkirkan di depan pos polisi, pantas saja kami ketak-ketok pintu pos tiada yang menyahut.
Dalam kejadian saat itu, tidak ada satupun yang berfikir untuk yang namanya physical distancing, hahaha
Pak polisi dengan segera mencari kunci mobil untuk membawa pencuri tersebut ke Polsek, maklumlah siapa juga yang mau mengatasi bola panas di dini hari seperti itu. Sebelum dibawa ke dalam mobil, masa sudah berkumpul mengelilingi pencuri tersebut, beberapa melayangkan “hadiah” ke wajah pencuri tersebut, termasuk Mas Budi yang sempat digigit lengannya oleh pencuri ketika beradu kuncian badan saat proses pengejaran tadi.
Lalu segera pencuri tersebut dimasukan ke dalam mobil, saya menyuruh adik saya pulang untuk memberitahu bapak dan ibu. Saya ikut mobil polisi tersebut untuk menuju ke Polsek. Sekitar pukul 04.10 pagi, kami sampai di Polsek, segera pencuri tersebut diserah terimakan kepada unit reskrim di Polsek.
Tidak lama kemudian, bapak dan sepupu saya menyusul, masih mengenakan sarung dan juga kaos oblong. Saku pencuri tersebut digeledah, ditemukanlah ponsel milik saya, ponsel milik adik saya, sejumlah uang, dan sebuah STNK atas nama adik saya. Sedangkan tas slempang milik pencuri yang sempat saya tarik tadi, hanya berisi seperangkat obeng dan beberapa kabel.
Oh iya, saat dompet pencuri tersebut diperiksa, terdapat beberapa buah eKTP, sekilas saya menghitung ada 8 buah, entah yang mana yang miliknya. Lalu ikatan tali rafia pada kaki dan tangan pencuri tersebut dilepas, diganti dengan borgol pada kedua pergelangan tangannya.
Lalu saya diminta untuk pulang guna mengambil kardus ponsel yang dicuri tadi untuk menegaskan bahwa ponsel tersebut memang diambil dari rumah kami. Saya segera pulang ke rumah, sekitar pukul 04.30 kalau tidak salah, pulang ke rumah hanya mengambil kardus ponsel, dompet saya dan mengenakan jaket untuk menghalau hawa dingin pagi itu.
Sesampainya rumah, beberapa tetangga sudah ada di rumah untuk mengetahui kondisi terbaru, rupanya kabar ini cukup cepat tersebar. Saya hanya mengambil jaket, dompet saya, dan kardus ponsel. Lalu Saya kembali menuju ke Polsek untuk memberikan keterangan sebagai saksi dan juga korban.
Ini merupakan pengalaman pertama saya menjadi saksi dalam kasus kriminal. Cukup lama juga rupanya, sekitar jam 10 pagi barulah selesai semua urusan dalam pembuatan laporan kasus pencurian ini. Belum sarapan dan belum mandi, aduh aduh aduh…
Selain itu, semua barang bukti ditahan sampai selesai sidang. Sidangnya kapan? nunggu korona kelar, lama kali lah. Jadi sekarang saya dan adik saya sementara menggunakan ponsel bakcup yang tentunya tidak senyaman ponsel yang menjadi barang bukti.
Beruntung sebagian besar data pada ponsel saya tersebut sudah tersinkronisasi dengan cloud, jadi saya tidaklah terlalu kesulitan dalam menggunakan ponsel backup sementara ini. Kendala saat ini hanyalah ponsel backup ini belum bisa saya gunakan untuk menggunakan 2 aplikasi wasap di satu ponsel, karena saya sebelumnya menginstall wasap reguler dan wasap bisnis dalam satu ponsel.
Sudahlah, saya capek nulisnya. Penutup tulisan macam apa ini, hihihihi
***update***
Akhirnya saya mendapatkan surat panggilan dari Kejaksaan Kabupaten Banjarnegara untuk hadir dalam persidangan sebagai saksi pada tanggal 30 Juni 2020. Sidang berlangsung dengan menerapka protokol kesehatan lho ternyata, Hakim dan saksi di ruang sidang Pengadilan Negeri Banjarnegara, Jaksa berada di Kantor Kejaksaan, dan tersangka berada di Rumah tahanan. Sidang berlangsung sekitar 30 menit dengan dua orang saksi, yaitu saya dan adik saya.
Kami juga baru tahu kalau tersangka pernah 2 kali masuk ke penjara karena kasus pencurian, yaitu sekitar tahun 2010 dan tahun 2017. Jadi ini maling itu sudah jadi profesi bagi tersangka. Seusai sidang kami sempat meminta barang bukti untuk diambil, ternyata tidak bisa dikarenakan Jaksa belum menjatuhkan hukuman kepada tersangka, sehingga kami harus menunggu lagi.
Lalu tanggal 4 Agustus 2020, akhirnya saya menerima telepon dari Kejaksaan Kabupaten Banjarnegara, disebutkan bahwa barang bukti sudah bisa diambil. Namun saat itu saya sedang berada di Kota Pekalongan, maka saya memberikan surat kuasa kepada adik saya untuk menggantikan saya mengambil barang bukti yang benar-benar sudah kami tunggu. Bagaimana tidak, sudah hampir sekitar 4 bulan saya tidak bisa produktif karena ponsel yang biasa saya gunakan untuk mencari nafkah terpaksa tertahan.
Alhamdulillah, semua sudah kembali, dan terimakasih telah membaca tulisan ini.
Salam.
9 comments
Seru ceritanya mas, untung ketangkep, dasar maling
Alhamdulillah Mas, cuman ini hape belum balik-balik, nunggu sidang baru dibalikin itu barang bukti
Mas Budi, keren..
Koplak tenan iki. Wkwk.
tapi keren lho bisa langsung ngejar dan ketemu. sumpah berkat teknologi. aku mbok diajari, wkwk
gimana lagi bret, hari-hari di hidup aku dikelilingi teknologi, wkwkwk
Wow, seru dan dramatis sekali, wkwkwkwk jian kondang tenan kw mas, iso langsung nyekel malinge wis kaya detektif. 🤣
ketimbang dukun bertindak later. wkwkkww
Ati-ati, mengko blogmu Melu dimaling hehe…
Windows Lumiaku diambil maling di kosan, diambil dari luar jendela. Alhamdulillah aku tidak tidak diapa-apakan. Hanya saja Lumia hilang. Sudah dicoba find device, terakhir terlihat di pertigaan SMP 24. Habis itu HP mati, GPS mati. Nasib baik.
Tenang baen, blogku sudah migrasi semua ke cloud VPS, hahaha malinge ora candak.
lumia serimu itu masih bisa dicabut baterainya ya?