Desa WIsata Poncokusumo memiliki salah satu produksi berskala rumah tangga yang cocok untuk dijadikan oleh-oleh. Produksi tersebut adalah aneka kripik, yaitu kripik talas, kripik singkong dan kripik pisang. Alternatif lain apabila dirasa keripik apel atau jeruk kurang familiar dengan lidah anda saat mencari buah tangan.

Saya membuka pintu homestay di Desa Wisata Poncokusumo saat pagi masih cukup muda. Menengok ke arah timur yang memancarkan cahaya syahdu fajar. Terlihat puncak Gunung Semeru yang mensiluetkan kegagahannya. Sejenak saya masuk ke dalam homestay, mengambil kamera dan memasangkan lensa tele sembari memeriksa keberadaan SD Card di dalam kamera saya.

Semeru tampak menggoda saya untuk mengabadikannya dalam sinar pagi.

Beberapa kali jepretan di depan homestay tersebut masih menyisakan sedikit harapan untuk bisa menjumpainya lagi saat siang nanti dengan guratan pasirnya yang menggoda di antara birunya langit dan gumpalan permadani putih.

Setelah sarapan, segera saya bersama rombongan bergerak menuju ke rumah Pak Mbah. Di sebuah rumah sederhana ini. Saya dan rekan-rekan tim Eksplor Desa Wisata Malang masuk melalui pintu belakang. Tepat di dapur atau tempat produksi yang juda dijadikan etalase sederhana untuk para pengunjung.

Rumah Pak Mbah yang dijadikan tempat produksi

Saat kami berkunjung, tepat sekali dengan waktu produksi kripik pisang. Proses produksi yang dilakukan masih manual tanpa bantuan mesin. Sejauh pengamatan saya di lokasi, hanya ada 2 orang yang beraktivitas dalam pengolahan tersebut. Mungkin karena masih berskala kecil, sehingga 2 orang mungkin dirasa masih cukup untuk melakukan semua proses produksi.

Para pisang sedang kopdar sebelum dieksekusi.
Pisang yang telah dikupas dimasukkan ke dalam air.

Proses produksi yang pertama kali dilakukan adalah mengupas pisang yang langsung dimasukkan ke dalam air bersih. Pisang yang digunakan belumlah begitu matang, namun sudah hampir matang, sehingga tidak lembek saat diserut.

Bentuk keripik pisang mulai terlihat setelah proses ini.

Proses selanjutnya adalah proses pemotongan pisang menjadi pipih dengan bantuan alat parut. Alar parut ini masihlah tradisional, jadi harus benar-benar paham cara menggunakannya agar tidak membuat jari cidera.

Dari kiri, parutan beta, parutan mark 1, parutan mark 2, parutan mark 2s

Di atas sebuah pintu, tergantung beberapa parutan yang sudah dipensiunkan karena umurnya yang telah renta. Mungkin bisa saja hanya mengganti mata pisaunya, namun sepertinya masing-masing parutan memiliki kisahnya masing-masing dengan penggunanya. Mungkin kedepannya parutan yang digunakan telah berevolusi agar memiliki user experience dan user interface yang aman dan optimal untuk proses produksi.

Baca Juga :  Mengenal Kain Sarung Tenun Khas Buton di Desa Kapoa Barat, Buton Selatan

Kemudian hasil dari proses parut tersebut adalah perendaman selama beberapa saat sebelum diberi bumbu sesuai varian yang akan dibuat. Rasa original, coklat, manis, dan beberapa rasa lainnya, namun rasa yang dulu pernah ada tidak tersedia.

Masing-masing varian memiliki kesulitan masing-masing, sehingga tidaklah sembarangan pekerja yang mengolah pada proses pemberian rasa ini. Varian rasa yang hadir dijamin sama antara satu kemasan dengan kemasan yang lainnya.

Silahkan diorder sebagai alternatif bagi anda yang merasa aneh dengan keripik apel dan jeruk.

Untuk perkemasannya dijual mulai harga Rp. 10.000, kemasannya juga menarik dan terlihat elegan untuk dibawa sebagai oleh-oleh. Selain melayani penjualan secara langsung dari rumah produksi dan toko oleh-oleh, juga bisa diberli secara online karena daya tahannya yang cukup lama.

Bila Anda berkunjung ke Desa Wisata Poncokusumo, janganlah lupa untuk berkunjung ke rumah Pak Mbah yang sederhana namun berkesan ini. Silahkan hubungi kontak berikut untuk melakukan kunjungan ke Desa Wisata Poncokusumo.

Desa Wisata Poncokusumo, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Contact Person : 0851-0502-5770 (Pak Khoirul Anam / Pak Mbah)

Tulisan ini dibuat atas perjalanan bersama tim blogger #EksplorDeswitaMalang pada tanggal 14-16 April 2017 pada 4 Desa Wisata di Kabupaten Malang.

0 Shares:
12 comments
  1. Paling favorit memang kripik pisang coklat. Bikinnya melalui beberapa proses yang hasilnya coklat meresap sampai ke pori-pori terkecil si pisang. Uenakk banget. ^^

      1. wah iya wkwkwk aku sempat mikir ini keripik kayak jajan, cuma jajan apa ya hahaa

        rasanya aku ingat betul,, pas si pak anam bukain satu bungkus keripik pisang coklat, lakok anak-anak pada berebut -_-

  2. Salah satu cara yang dilakukan warga untuk menggeliatkan perekonomian di desa wisata seperti satu ini. Beliau membuat keripik dan diberi merk sendiri serta dikemas dengan baik. Pengunjung bisa memilih aneka keripik sebagai tambahan oleh-oleh selain buah Apel.

    1. Kalau saya entah kenapa masih belum sreg kalau ngemil keripik Apel, enak ngemil keripik pisang atau talas seperti itu.
      Mungkin orang-orang suka bawa oleh-oleh keripik apel agar lebih mudah diketahui bahwa habis dari Malang 😀

      1. agak anek sih menurutku kripik apel itu wkwkw. mungkin ini karena khasnya malang itu apel, lalu dibuatlah varian kripik apel apa ya hehe
        aku lebih suka keripik talas pun pisangnya

      2. Ketika panen raya dan harga apel jatuh, sepertinya dibuat keripik bisa mengatasi anjloknya harga apel.

        Iya, sesuai selera sih sebenarnya, namun keripik ya harusnya berisik saat dimakan…akakwaw

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like