Air Terjun Siluwok atau Curug Siluwok ini saya kunjungi sekitar awal tahun 2016. Kegiatan survey yang memiliki beberapa waktu luang antar janji bersama responden, membuat saya melipir ke beberapa tempat wisata alam yang ada di daerah yang saya survey.
Secara administrasi, Air Terjun Siluwok ini berlokasi di desa Sidoharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Daerah ini masuk dalam kawasan Pengunungan Menoreh yang berketinggian sekitar 900 mdpl memiliki banyak sekali tebing-tebing tinggi, yang berarti ada banyak air terjun lainnya di daerah ini.
PETA LOKASI AIR TERJUN SILUWOK
Berikut saya sajikan peta lokasi Air Terjun Siluwok yang saya embed menggunakan Google Maps, koordinatnya adalah -7.669318,110.187515 sehingga bisa anda masukan ke dalam GPS bila memerlukan petunjuk arah di perjalanan.
PERJALANAN MENUJU AIR TERJUN SILUWOK
Tidaklah terlalu sore saat saya sampai di area parkir setelah melibas jalanan aspal yang akhirnya diantarkan oleh berbagai persimpangan dengan petunjuk arah ke Air Terjun Siluwok. Di area parkir ini sudah berjejer beberapa motor yang memandakan bahwa saya bukanlah satu-satunya pengunjung di hari kerja ini. Setelah motor saya titipkan, saya segera melangkah mengikuti papan penunjuk arah yang jelas terlihat.
Jalan setapak dari tanah saya tapaki sekitar mungkin 600 meter, saya tidak terlalu bisa mengukur jarak ketika berada di alam bebas. Beberapa ruas jalan dipagari tebing dan dibatasi jurang yang membuat saya harus lebih berhati-hati ketika berjalan.
Mungkin sekitar 20 menit hingga saya sampai di sebuah gapura kecil yang menandakan bahwa saya sudah sampai di tujuan. Pada gapura tersebut juga tidak ada petugas loketnya, di area parkir juga tadi tidak saya jumpai. Mungkin karena hari kerja, jadi petugasnya sedang memiliki mata pencaharian lain.
Di area Air Terjun Siluwok sudah terlihat beberapa warung kecil yang tidak dipakai berjualan saat saya berkunjung. Hanya buka untuk berjualan saat akhir pekan saja yang lebih ramai pengunjung.
Suasana yang mendung saat itu membuat saya lebih berbegas untuk mengambil foto menggunakan ponsel Nokia Lumia 920 yang saya bawa saat itu. Pengaturan mode manual pada exposure membuat kamera pada ponsel ini sangat saya sukai. Untuk memotret air terjun saya bisa mendapatkan benang-benang air yang hanya bisa dilakukan dalam mode manual.
Sempat beberapa kali berganti posisi dan lokasi untuk mengambil gambar, sejenak melihat ke sekitar. Pada area Air Terjun Siluwok ini bisa dikatakan sama sekali belum ada aktivitas yang bisa dilakukan selain melihat air terjun dan berfoto. Untuk berenang sepertinya saya juga kurang merekomendasikannya, dengan ketinggian air terjun yang seperti itu bisa disimpulkan bahwa bagian bawahnya cukup dalam.
Satu hal yang saya soroti, ada beberapa papan dari kayu yang diberi kalimat yang mungkin juga ditujukan sebagai properti ketika berfoto dengan latar belakang air terjun ini. Kalimat-kalimat yang dituliskan pada papan kayu tersebut menurut saya diperuntukkan untuk usia remaja yang sedang galau, mungkin rentang umur 16-20. Jadi jika umur anda di luar zona tersebut namun masih galau, cobalah perbanyak membaca buku yang sesuai dengan umur anda agar pikiran anda menjadi lebih luas dan tidak tertular galau.
Sebenarnya kata “galau” dulu saya anggap sebagai salah satu kata yang memiliki bobot dalam kesastraan, namun seringnya dipakai oleh banyak orang dalam konteks yang cenderung murahan, menjadikan kata “galau” menurut saya mengalami penurunan bobot kesastraan ketika digunakan untuk pelengkap kalimat. Banyak orang yang akan berkata “ciyeee” atau “uluu-uluuu” ketika kita mengucapkan kata “galau”.
Kembali pada papan kayu yang berisi tulisan tulisan tersebut, bobotnya akan terasa sangat berbeda bila kita tengok beberapa Tulisan yang saya jumpai di Bukit Sikunir atau juga beberapa lokasi lainnya yang lebih mengajarkan hubungan antara Manusia, Alam dan Tuhan.
Sekitar 30 saya berada di area Air Terjun Siluwok, hingga akhirnya saya berjalan kembali ke area parkir. Perjalanan kembali ke area parkir tidak terlalu banyak tanjakan seperti jalan menuju air terjun pada umumnya, cukup landai untuk orang yang jarang berolahraga sekalipun.
Sesampainya di area parkir, tidak ada seorangpun yang terlihat di sekitar area parkir tersebut. Saya sempat bingung untuk membayar jasa parkir kepada siapa, maka saya tunggu sejenak dengan duduk sebentar di gazebo yang berada di sebelah area parkir. Memotret bunga sebentar sembari mengeringkan keringat yang terasa di kulit.
Hingga 10 menit tetap tidak ada satu orangpun yang bisa saya tanyai untuk membayar jasa parkir. Lalu saya berkemas dengan pelan, dengan harapan ada orang yang memang berhak untuk menerimanya. Akhirnya saya melaju dengan motor saya kembali menyusuri jalan aspal menuju ke lokasi responden saya yang lain.
Sedikit saran apabila Anda hendak mengunjungi Air Terjun Siluwok :
- Datanglah saat musim hujan untuk debit air terjun yang maksimal.
- Gunakan alas kaki yang baik, agar terhindar dari terpeleset.
- Berilah jalan apabila berpapasan dengan pengunjung lain saat berada di jalan setapak.
- Bawalah kembali sampah anda atau anda bisa membuangnya pada tempat sampah yang telah disediakan.
Sekian, selamat mengujungi Air Terjun Siluwok, jangan lupa untuk tetap menjaga keselamatan diri, kesopanan dan kesantunan anda.
4 comments
waaah engga nyobain mandi mandi mas
pengennya sih gitu, tapi enggak bawa handuk serta peralatan mandi lainnya, hahaha
airnya ekcil tp warnya bagus ya
Iya, pengaruh jenis batuan juga…