Ini merupakan perjalanan saya pada awal tahun 2013 ketika sedang melakukan sebuah survey di Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta. Survey saya melibatkan responden yang kebanyakan petani, sehingga saya hanya bisa menjumpai mereka ketika pagi, siang dan sore hari. Waktu pertemuan dengan responden yang cukup berjarak tersebut membuat saya harus mencari kegiatan di sela-sela ketiga waktu tersebut. Mulai dari mencari warung makan hingga tempat wisata terdekat saya jalani untuk melipat waktu.
Salah satu cara saya untuk mengisi waktu pada salah satu hari yang cukup cerah tersebut adalah mengunjungi sebuah air terjun yang terletak di Pedukuhan Ngentak, Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, D. I. Yogyakarta . Air terjun ini bernama Curug Cibiru, arti kata curug jika dalam bahasa indonesia adalah air terjun, jadi mari kita simpulkan namanya adalah Air Terjun Cibiru. Lokasinya secara administrasi dekat sekali dengan garis batas antara Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kulon Progo. Anda bisa melihatnya dengan melihat lokasinya pada peta berikut ini.
PETA LOKASI AIR TERJUN CIBIRU
Peta lokasi Air Terjun Cibiru di Google Maps, koordinatnya adalah sekitar -7.68165,110.1316636. Mengapa “sekitar”? karena ini bukan lokasi titik akuratnya, hanya perkiraan saja, namun tidak akan melenceng hingga 1 kilometer, hanya beberapa puluh meter saja.
PERJALANAN MENUJU AIR TERJUN CIBIRU
Saya mengunjunginya saat hari kerja, dengan mengenakan kemeja dan celana kain hitam panjang disertai dengan sandal gunung yang lebih memudahkan saya ketika harus menghadapi musim hujan saat itu. Mudah sekali menemukan lokasinya, sudah ada petunjuk jalan yang jelas terlihat. Sesampainya di pintu masuk, ada sebuah tempat parkir dan sebuah warung kecil yang hanya berjualan ketika akhir pekan.
Setelah memarkirkan sepeda motor, saya menjumpai dua orang petani yang sedang beristirahat dengan tumpukan dedaunan untuk pakan ternak. Sejenak mengobrol dengan menanyakan musim, aktivitas beliau dan juga beberapa hal terkait Air Terjun Cibiru. Obrolan ramah mereka hadirkan dalam bahasa jawa kromo alus yang terkadang diselingi tertawa lepas. Sepertinya 20 menit telah saya lewati dengan sekedar duduk dan mengobrol dengan petani tersebut. Lalu saya memutuskan untuk pamit dan beranjak menuju pintu masuk Air Terjun Cibiru.
Saya kurang paham, apakah dikenakan biaya untuk masuk ke tempat ini atau tidak. Sama sekali tidak terlihat petugas yang berjaga, terasa sepi sekali. Saya berjalan menapaki tangga tanah menuju gapura kecil sederhana dari bambu yang ada di depan saya. Tidaklah begitu jauh perjalanan tersebut, mungkin hanya sekitar 200 meter dengan jalan setapak yang datar dengan kebun campuran di kiri dan kanan saya.
Mulai terlihat bangunan yang menandakan bahwa saya sudah berada dalam kawasan tersebut, beberapa tempat sampah dari anyaman bambu juga terlihat di beberapa titik area Air Terjun Cibiru. Deru air samar terdengar sebelum saya bisa melihatnya di balik kerumunan pohon bambu. Ada juga sebuah jembatan dari bambu yang digunakan untuk menyebrang ke sisi sungai yang terairi oleh Air Terjun Cibiru tersebut.
Saya berjalan perlahan sembari melihat ke sekeliling, hanya saya sendiri di tempat itu. Terasa sepi, tenang, damai dan sedikit menakutkan, ahahah entah saya yang penakut apa memang suasana saat itu yang cenderung remang sejuk.
Ada sebuah gua di sebelah kiri atas sebelum saya mencelupkan kaki ke Air Terjun Cibiru, saya lupa apa nama gua tersebut. Saya tidak berani naik ke gua tersebut sendirian, ahahha saya takut lagi… :D.
Cuaca cukuplah cerah saat itu, sehingga cukup merepotkan untuk memotret. Saya hanya membawa ponsel saya, yaitu Nokia Lumia 920 yang sudah memiliki kemampuan untuk memotret dalam mode manual. Memotret dalam mode manual memungkinkan Anda untuk mendapatkan gambar kucuran air yang seperti benang-benang yang tersambung dari atas hingga bawah. Bahkan bila menggunakan DSLR maka hasilnya akan lebih bagus, untuk melihat salah satu hasilnya silahkan Anda lihat pada salah satu artikel saya saat mengunjungi Curug Lawe dan Curug Benowo di Kaki Gunung Ungaran.
Saya tidak berniat untuk bermain air, apalagi untuk mandi, sehingga cukuplah hanya melompat-lompat pada bebatuan kering untuk mencari sudut pandang yang cukup menarik untuk foto saya. Suasana sepi masih terasa saat itu, sunyi yang cerah namun sejuk, perut saya saat itu mungkin sedang kelaparan sehingga sedikit mengacaukan sensor spasial saya, ahahha *alasan.
Saya akhirnya menyeberang ke sisi lain dari aliran Air Terjun Cibiru, ternyata ada sebuah bangku dari bambu yang diteduhi oleh rindangnya kerumunan pohon bambu. Sebagai anak yang tumbuh besar di kerumunan tanaman bambu, tentu saya tahu beberapa hal yang bisa terjadi ketika saya berada di tempat itu *hayo apa hayo.
Tidaklah memerlukan waktu lama untuk saya kembali berpindah mencari titik untuk mengambil foto. Beruntung sekali tidak ada pengunjung lain saat itu, hanya saya saja yang sedang berjalan-jalan *semoga.
Ada sebuah tanda yang menunjukan jalan keluar dari area Air Terjun Cibiru tersebut, jalan tersebut bukan jalur untuk masuk, biasanya memang dibuat untuk menghindari macetnya jalan masuk saat ada yang berpapasan karena sempitnya tapakan kaki. Saya memilih jalan keluar tersebut, mencoba mengikuti Mr. Robert Frost *apasih.
Ternyata jalan keluar juga sama saja berupa jalan setapak, menyusuri sisi lain dari aliran sungai dari Air Terjun Cibiru. Suasananya juga cenderung lebih sepi karena teduhan pohonnya lebih banyak dibandingkan dengan jalur masuk. Akhirnya saya tembus ke jalanan aspal dengan jarak tempuh yang menurut saya sama saja ketika melewati jalur masuk. Namun, kita harus berjalan 100 meter lebih jauh untuk menuju parkiran motor ketika memutuskan mengambil jalan keluar.
Begitu menuju parkiran motor, ternyata sudah tidak ada orang sama sekali di sekitaran termpat tersebut. Kedua petani tersebut telah kembali kembali ke rumahnya untuk segera memberi makan ternak-ternaknya. Sejenak saya duduk, menunggu angin agar membelai kucuran keringat kecut saya ini walau sudah memakai deodorant for men.
Saya mengambil motor saya yang sendirian di tempat parkir, namun tidak ada tukang parkir. lalu saya bruum bruuum menuju ke lokasi responden saya yang tidak begitu jauh dari lokasi tersebut.
Saran bagi Anda yang akan berkunjung ke lokasi Air Terjun Cibiru :
- Pastikan Anda ikut menjaga kebersihan tempat wisata Air Terjun Cibiru dengan membawa kembali sampah anda atau membuangnya pada tempat sampah yang telah disediakan.
- Saat akhir pekan belilah makanan atau minuman yang dijajakan di lokasi tersebut, satu atau dua jenis saja sekiranya cukup untuk membantu perekonomian lokasi wisata tersebut. Setahu saya setelah perbincangan dengan dua petani tadi, modal usaha untuk berjualan tersebut didapatkan dari kas desa yang dimanfaatkan oleh para warga setempat untuk berjualan.
- Usahakan jangan datang sendirian, terutama saat hari kerja, terasa sepi sekali dan sunyi.
- Jika anda ingin atau kebelet buang air baik kecil, sedang maupun besar, sudah disediakan kamar kecil, jangan lupa juga untuk mengisi kotak kebersihan. SANGAT DILARANG untuk buang air sembarangan, terlebih di aliran air.
- Jika ingin melihat Air Terjun Cibiru dengan debit yang melimpah, datanglah pada musim hujan. Menurut informasi dari kedua petani di atas, saat musim kemarau aliran Air Terjun Cibiru yang debitnya menurun dimanfaatkan oleh warga untuk keperluan sehari-hari. Sehingga sebagian aliran air yang menuju ke lokasi wisata dibendung, dan hanya alirkan saat hari ramai kunjungan wisata. Walaupun dibendung, namun tetap ada kok air yang mengalir, tidak seperti Air Terjun Montel di Kaki Gunung Muria yang bagian atasnya disedot sehingga wisatawan tidak bisa melihat air di air terjun *hadeeeeh.
Sekian, selamat berkunjung ke Air Terjun Cibiru. Tetap saja kesopanan dan kesantunan ya saat berkunjung.
21 comments
Di tunggu kedung pedutnya di blog kalau gitu ya ๐
Pastinya dong, nyaman dan bebas macet walaupun jauh dari peradaban begitu heheh.
Amin semoga ya.
Alun-alun Wates sekarang juga sudah berbenah. Wates terhitung masih sangat tenang dan sejuk ya walaupun sudah kota.
Mari ke Wates lagi wkwk.
Di Kulon Progo, saya baru pernah ke Sungai Mudal dan Kedung Pedut yang sekarang sudah mulai ramai.
Hmm 2013, masih sangat asri ya. Termasuk kebun teh yang juga berada di Samigaluh waktu dulu. Saya sama teman teman juga salah empatnya pengunjung di sana. Beda sama beberapa tahun belakangan. Wkwk. Tetapi semoga semakin memajukan wisata Kupon Progo, berdampak baik pada ekonomi masyarakat sekitar. Amin.
Saya ke Cibiru itu akhir 2015 Mbak, cuman pernah tinggal saja di Wates tahun 2013.
Hahaha..iya…saya main ke Kedung Pedut sudah 2 kali tahun 2015 aja belum ada yang saya unggah di blog…ahah
Iya…pariwisata merupakan sektor ekonomi yang lebih cepat terlihat hasilnya dibanding sektor yang lainnya..
Semoga kulonprogo tetaplah nyaman dan bebas macet.. ahaha
Aku kok dadi kangen joging sore nang alun-alun wates…ahahaha
Saya pikir awalnya curug ini terletak di Jawa Barat, ternyata di wilayah DIY Yogyakarta. Agak aneh aja nemu nama tempat dengan awalan Ci di luar Jawa Barat (kecuali Cilacap). Dan meskipun siang-siang kayaknya kok agak serem ya kalau jalan-jalan di curug sendirian gitu ๐
Iya, dengan awalan kata “ci” berasa di Jawa Barat.
Itulah, saking sepinya saya tidak berani lama-lama di situ…ahahha
Habis baca ini jadi pingin nyepeda ke sana. ๐
Semoga Desember 2016 ini kelakon, ehehehe
Wahahaha pasti sepedanya ikutan seneng ini kalo mau gowes ke Samihaluh ๐
cantik air terjunnya.
jadi pengen bersandar di kursi bambunya jika hati ini lelah.
ahahaha…
Iya mas, cocok buat kipas-kipas dan leyah-leyeh di kursi bambu itu ๐
Potensi Kulon Progo mulai terbuka satu-persatu yah. Fokus wisatawan nggak akan lagi numpuk ke pantai-pantai Gunung Kidul, Kulon Progo bisa membius lewat Air Terjun Cibiru-nya. Maz, culik aku ke sana donk. Hehehe
Iya, akses jalan dan beberapa kegiatan pendukung pariwisata sudah giat dilakukan.
Kalau mau nyari wisata alam dan sepi, ya untuk sementara di kulon progo jawabannya.
Waah…kalo diculik nanti aku minta tebusannya berapa ya? Whehwhew
Indaaaaah. Aku jadi inget perjalananku ke Air Terjun Bedegung, sama, melewati sungai-sungai kayak gitu. Tapi yang di Cibiru lebih alami. Jembatan rotannya itu…. INSTAGRAMABLE hahahaha.
iya om, masih sepi, makanya masih alami…
Hasil nya lukia 920 lumayan juga yaaa, semoga nokia segera rilis android nya
Iya Bang Cumi, seri 9xx sama 1xxx emang mantep hasilnya, tajem untuk sekelas hape.
Sayangnya ya itu, OS-nya aja….
Ke Curug, datang sendirian sebenarnya ga masalah, asal ada pengunjung lainnya juga. Kalau benar2 sendiri, semakin terasa bahwa dikeindahan alam seperti itu, yg berkunjung bukan siapa2, tapi itu membuat hati ciut dan tidak maksimal mengagumi keindahan curug ๐
Whawhahwa Sayanya aja yang penakut, kebawa suasana kebun bambu belakang rumah di kampung, xixixix
Wah, jogja makin banyak ya destinasi wisatanya
Kebanyakan malah, jadi super ramai kalau musim liburan…
Air terjun Cibiru nya indah. Mungkin belum banyak orang yang tahu ya jadi air terjunnya kesannya masih sepi gitu. Duh Bagaimana pula rasanya kalau jalan kesendirian di sana Mas? Tapi kalau sendiri puas memotret tidak bakal ada gangguan ๐
Iya, jauh juga dari pusat keramaian.
Ahaha, kesiangan pas datang, makanya gak bisa motret banyak,, ๐