Museum Kereta di Ambarawa, Kabupaten Semarang ini sebenarnya pernah saya coba datangi pada tanggal 1 Januari 2014, namun dikarenakan adanya renovasi besar-besaran, maka semua area ditutup untuk pengunjung.
Pada akhir April 2017, Saya berkesempatan mengunjunginya kembali bersama rekan-rekan GenPI Jawa Tengah dan Ikatan Mas Mbak Jateng (IMMJ) seusai kegiatan “Live In Bejalen” selama 3 hari 2 malam di Desa Bejalen, Ambarawa.
Saya sempat kaget karena secara tidak sadar mobil yang saya naiki sudah berada di halaman parkir Museum Kereta tersebut. Sejenak setelah koordinasi, maka kami serombongan berfoto bersama di depan pintu masuk Musem Kereta.
Rencana awal yang semula akan menaiki kereta uap untuk wisata melalui jadwal reguler terpaksa pupus, kami terlambat datang 60 menit lamanya. Lalu pada jadwal pemberangkatan reguler berikutnya adalah 4 jam lagi. Jadwal kereta wisata memang selalu berubah karena kita bisa melakukan pemesanan untuk satu trip secara pribadi.
Saya sempat memfoto jadwal pemberangkatan reguler kereta wisata tersebut di hari sabtu. Perhatikan sejenak, pada trip pertama dan trip kedua ada jarak yang cukup lama, pada jarak tersebut rupanya telah dipesan oleh rombongan keluarga besar. Saya tidak tahu berapa persisnya untuk menyewa kereta wisata tersebut di luar jadwa reguler, kalau tidak salah adalah Rp. 12.500.000 untuk tiap gerbongnya.
Sedangkan untuk tiket kereta wisata reguler yang bisa anda beli secara individu, seingat saya adalah Rp. 50.000 untuk satu penumpang sekali perjalanan. Rute yang dilalui lebih pendek dari sebelumnya saat perjalanan kereta wisata ini dibuka. Ada beberapa jalur rel kereta yang sudah tidak layak atau cukup berbahaya apabila dilewati kereta wisata tersebut.
Sebagai pelipur kekecewaan kami saat itu, kami hanya bisa berkeliing saja di Musem Kereta. Cukup banyak informasi yang disajikan kepada pengunjung walaupun saya tidak sempat membaca semuanya karena tergesa-gesa. Dibandingkan dengan informasi sejarah kereta api di Lawang Sewu, di Musem Kereta Ambawa lebih lengkap dan lebih mudah dipahami dari sisi kronologis.
Beberapa lahan juga terbuka dan memang cocok untuk wisata keluarga, terlebih saat saya berkunjung cuaca sangat mendukung untuk berlarian di bawah langit. Beberapa Lokomotif yang terparkir juga menjadi ajang atraksi petak umpet untuk beberapa anak kecil yang kegiarangan.
Lalu terdengar suara klakson uap dari Lokomotif kereta wisata yang akan berangkat. Pemberangkatan perjalanan saat itu di luar jadwal reguler alias disewa secara pribadi. Dari 3 gerbong yang ada, hanya 2 gerbong yang digunakan. Mbok yao gerbong yang kosong itu untuk rombongna kami saja, hahaha.
Ternyata ada banyak orang yang berdiri di dekat rel saat kereta wisata akan berangkat. Semua terlihat sibuk dengan kamera dan perekam video. Memang sih untuk stasiun yang satu ini tidak terlalu ketat peraturannya, yang penting para pengunjung tahu dimana posisi dan waktu yang aman.
Mungkin hanya sekitar 45 menit kami berada di lokasi terebut sebelum berpindah ke Kopi Banaran. Kami di Kopi Banaran naik kereta juga sih, namun keretanya beroda karet dan menggunakan setir untuk berkeliling kebun kopi. Tak apalah, yang penting tetap naik kereta hari itu. hehehe
Mungkin lain kali Saya akan mengunjunginya lagi dengan waktu yang lebih santai sehingga bisa menyerap semua informasi yang ada di Museum Kereta tersebut.
4 comments
aku pernah ke sini, mampir ngeteh pas playong muter rawa pening.
pernah naik juga, tapi belum pernah jalan
wkwkwk numpak sepure golek sing mlaku to yo Mas kudune…hahaha
Nanti kalau ke sana lagi ajakin saya ya. Saya belum pernah ke sana 🙁
Sik, kok iso dikomeeeen……