Ebook Wisata Budaya ini saya cetak setelah ada inspirasi untuk menjadikannya sebagai photobook. Saya menghubungi beberapa teman yang mungkin bisa saya pahami akan berminat dengan ikut mencetak ebook Wisata Budaya ini.
Ada 11 orang kloter pertama yang saya tawarkan, untuk pembayaran dilakukan nanti setelah buku jadi dan siap kirim. Sehingga saya harus menanggung ongkos untuk 11 buku tersebut.
Spesifikasinya juga bagus, cukup berani untuk dipamerkan kepada teman-tema yang berkunjung ke kos,
+ 136 halaman
+ warna, 2 muka
+ ukuran kertas a5
+ kertas artpaper 150 gram
+ jilid lem
+ sampul hardcover, lapis doff
Setelah buku tersebut jadi dan siap saya kirim, ada beberapa kejadian seperti ini :
+ ada yang siap langsung mengambil di kos, 🙂
+ ada yang tak kunjung mengambil di kos, 🙂
+ ada yang langsung transfer, 😀
+ ada yang perlu waktu untuk transfer, 😀
+ ada yang ternyata belum ada dana untuk transfer, 🙂
+ ada yang gak pesan tapi menanyakan pesanannya 😀
Waduuh….beberapa aspek saya lihat bisa repot dalam mengganti biaya cetak ini dalam hati, namun alhamdulillah dari beberapa yang menunda atau membatalkan pesanan bisa terganti oleh teman lain yang ternyata merasa ingin memiliki versi cetaknya juga.
Kemudian untuk kloter kedua saya tawarkan kepada beberapa rekan lagi setelah uang pada kloter pertama telah kembali. Ada banyak hal yang saya pahami dari menawarkan kenangan yang sejatinya milik kita.
+ yang pada kloter pertama merasa tidak diberitahu proses pencetakan ini protes karena merasa ditinggal, maka saya tawarkan pada kloter kedua dan ketiga, ya ternyata memang berkesempatan untuk ditinggal lagi. 😀
+ Ebook Wisata budaya ini sudah saya pajang setahun lebih di grup, namun masih ada saja sebagian besar yang belum membacanya, padahal saya sediakan free dan saya kemas semenarik mungkin walau ada unsur komedi yang mungkin bagi beberapa teman merasa tidak nyaman, maaf teman-teman 😀
+ menawarkan secara baik-baik kepada teman, ada saja yang membalas dengan kata kasar, lalu saya bingung? apa salah saya? ya sudahlah, tidak penting juga memikirkan hal seperti itu.
+ beberapa ada yang saya tawarkan kemudian berkata, “waah sepertinya saya tidak ada di ebook itu, jadi gak ikut nyetak”. Kalau begitu buat biografi sendiri saja :D. Saya juga tidak ada karena saya yang bertugas memfoto, namun teman-teman saya ada, itulah kenapa saya membuat dan menyusun ebook wisata budaya ini.
+ beberapa ada juga yang mencetaknya sendiri, kalau ini silahkan, malah saya tidak repot, asalkan tidak ada keuntungan secara ekonomi yang diambil dari hasil cetakannya. Versi upload dan versi cetak tentu saja berbeda, (1) ada penyesuaian warna dan penajaman gambar (2) layout versi cetakan dibuat lebih fix agar saat penjilidan tidak terjadi masalah dan terlihat rapi (3) kerapatan piksel versi upload dan versi cetak tentu saja berbeda jauh, ketika saya upload versi cetaknya juga saya yakin tidak akan ada yang mau mendownload dengan ukuran sebesar itu.
Sebenarnya ada banyak sekali pelajaran yang saya pahami dan saya dapatkan dalam penyusunan hingga pencetakan Ebook Wisata Budaya ini. Mungkin dalam pikiran saya masih saja tertuang bahwa kenangan itu adalah bukan hanya tentang saya, namun tentang saya, orang-orang yang berkenaan dengan saya, waktu yang berkenaan dengan saya, lingkungang yang berkenaan juga. Kenangan dalam hati saya masih menjadi sesuatu hal yang memang patut harus dihargai. Bagaimana mungkin seseorang bisa hidup tanpa kenangan? saya tak bisa membayangkannya. Ketika semua kenangan terlewatkan tanpa ada petikan pelajaran di tiap lembarnya, apa bedanya dengan bola bekel yang memantul lebih rendah dari tinggi jatuhnya?
Karena menurut saya, kenangan itu patut untuk dihargai, dan inilah cara saya dan kami untuk menghargainya.
Terima kasih kepada Kenangan, serta kepada para manusia yang menghargai arti dari sebuah Kenangan dan pelajaran dibaliknya.
salam kenangan *lhoh
Bila anda juga ingin mencetak photobook seperti ini, silahkan hubungi saya 😀
1 comment
Mantap bang