Tahun 2012 merupakan salah satu tahun yang sangat saya syukuri. Ada beragam hal yang membuat saya banyak menyimpan ingatan pada tahun tersebut. Salah satunya adalah suguhan langit sore yang selalu membuat saya mengeluarkan kamera saya. Cukup membuka pintu rumah kontrakan kami, maka saya sudah bisa menyaksikan langit sore yang menawan saat itu.
Langit sore di sini entah mengapa selalu membuat saya untuk ingat kepada keluarga saya di rumah. Padahal saya selama di rumah juga tidak pernah merasa syahdu seperti ini ketika melihat langit sore. Mungkin karena jarak yang jauh, jadi perasaan merantau menjadi lebih sensitif ketika ada hal-hal yang berbau ketenangan seperti ini.
Langit sore selalu bisa memberikan nuansa yang berbeda-beda ketika menikmatinya. Terkadang saya mempunyai waktu luang sehingga hanya duduk saja menikmatinya, terkadang juga saya harus melewatinya ketika berada di tengah perjalanan, terkadang juga harus berdiam diri di dalam rumah karena ada banyak hal yang harus dilakukan di dalam rumah.
Langit sore adalah salah satu keindahan yang bisa kita nikmati secara gratis setelah langit fajar. Dalam banyak lokasi, kebanyakan orang lebih menyukai menikmati langit sore di tepian pantai sembari membenamkan jemarinya di pasir. Kondisi saya yang sekarang ini memaksa saya untuk melihat langit sore dari pegunungan, sebuah kondisi yang jarang saya lakukan sebelumnya. Namun, kedduanya selalu memberikan sensasi menenangkan pikiran.
Saat itu sudah bisa membeli kamera DSLR dari hasil menabung, jadi cukuplah membantu untuk mendapatkan gambar yang cukup untuk bisa disimpan dan ditunjukan kepada mereka penyuka senja. Keterbatasan koneksi internet membuat saya lebih sering menyimpannya untuk saya sendiri, walaupun kadang kala ada beberapa rekan yang melihatnya sebagai wallpaper di dekstop saya.
Saya bisa dikatakan sering sekali bisa melihat pelangi ketika berada di tempat ini. Seringnya cukup saya lihat saya kemudian saya dokumentasikan dengan kamera ponsel. Bagi warga yang memang asli tinggal di situ, pelangi merupakan hal biasa dan yang lumrah, jadi tidak perlu berteriak seperti orang kota yang baru melihat pelangi di usia dewasa.
Kembali ke langit sore waktu itu, mengingatkan saya tentang sebuah pola hidup yang membuat kami bisa menikmati waktu. Sore hari kebanyakan orang-orang di sini berlalu-lalang untuk dengan cara yang santai, tidak mengejar materi dunia. Pemandangan yang menyenangkan untuk menatap anak-anak kecil yang berlari bebas tanpa terbatasi pagar.
Apapun itu, masing-masing peradaban manusia memilki cara tersendiri untuk menikmati sore. Saya memilih menikmati sore dengan cara seperti ini, duduk santai menatap langit barat. Jika ada bolehlah dengan secangkir kopi gayo dan pisang goreng. Tak ketinggalan juga dengan sebuah obrolan dengan manusia yang berhak atas jawaban dari sebuah pertanyaan.
Selamat menikmati sore dengan cara Anda sendiri.
6 comments
Sebenarnya sudah pengen motret senja di dekat kos. Apalah daya rasa malas itu lebih tinggi rasanya ahhahaha
nah, berarti perlu temen hidup, eh temen motret 🙂
Aku juga suka mandangi langit mas, yg paling suka ya fajar ato sore. Ga di foto sih, cuma memandangi sejenak, kayak merenung sekilas.
kalau saat sedang di gunung, langit siang adalah yang terfavorit ketimbang fajar atau senja. Rasanya bahagia aja bisa lihat langit bersih tanpa partikel polusi di atmosfer 🙂
saat senja datang disititulah ada hati yang harus di istiratkan 🙂
setuju, untuk bersiap lebih kuat esok hari 🙂