Ada sebuah bukit yang senantiasa menarik perhatian dan rasa penasaran saya setiap kali sinar sore mengenainya. Entah lamunan atau hanya keisengan yang mengantarkan sore itu saya ke sana. Berbekal sepeda polygon dan ransel kecil, saya mulai mengayuh menapaki jalanan aspal yang hanya sebentar saya jumpai. Jalan tanah berkerikil menggantikan minyak hitam yang telah mengeras tersebut.
Pergelangan tangan masih terasa nyeri usai keseleo tempo hari, sehingga terpaksa harus digulung dengan seksama agar tidak bergeser lagi uratnya.
Menaiki bukit kecil tersebut memang cukup mengucurkan keringat, terlebih saat sampai di atasnya ternyata rumputnya lebih tinggi dari lutut saya. Saya kira saya akan menemui sabana yang luas di atasnya.
Tak diduga, pelangi muncul di depan saya walau tidak terjadi hujan. Sejenak mengabadikan pelangi tersebut, kemudian memberanikan diri turun dengan gaya slow-downhill menuju jalanan aspal yang tadi sempat saya lalui.
6 comments
btw lokasi tempat tinggalmu atau sekolahmu menarik sekali ya..
iya dulu…. ahaha sekarang sudah enggak 😀
Pindah?
Iya…tugas sudah selesai…. ☺
pemandangannya bagus..
iya,,,,belum banyak bangunan