kekompakan saat di puncak

 

Hampir sebagian besar para pendaki gunung merupakan sebuah kegiatan yang menular, kalau dalam bahasa sekarang yaitu “racun alam”. Bagaimana tidak saya sebut sebagai “racun alam”, lha sekali naik membuat jadi kecanduan terus,,,hehehe. Biasanya mereka para pendaki pemula diajak oleh teman mereka atau juga kenalan yang pernah mendaki gunung juga. Walaupun mungkin ada juga orang yang mendaki gunung perdana secara individual atau mungkin dengan kelompok yang seluruh anggotanya adalah pelaku pendakian perdana.

Semua bisa saja terjadi, namun di lapangan biasanya mereka yang ingin mendaki gunung biasanya mengajak atau juga bisa diajak oleh mereka yang pernah mendaki gunung juga. Banyak alasan kenapa perlu membawa mereka yang telah memiliki pengalaman mendaki, selain menghindari tersesat karena telah pernah melewati jalur tersebut, juga biasanya mereka memiliki perlengkapan dan persiapan yang matang untuk sebuah kegiatan pendakian.

mendaki gunung bukanlah tentang menaklukan gunung tersebut, namun tentang menaklukan dirimu sendiri

Mencoba sedikit mengenang masa-masa indah, tanggal 27-28 maret 2010, di hari itu merupakan hari dimana saya merasakan yang namanya berada di atas awan. Pada malam hari teman-teman kos merencanakan pendakian di gunung ungaran (2050 mdpl). Sebenarnya saya tidak memiliki niat untuk ikut dalam pendakian tersebut. tetapi karena pada saat itu kos sepi dan tinggal saya sendiri jika saya tidak ikut, maka saya putuskan untuk ikut saja dengan bergam tanda tanya. apa yang perlu dibawa? apa yang perlu dipakai? saya bawa tas enggak? makanan?? minuman?? ini itu lah pokoknya ribet. tetapi salah seorang teman berkata “udah, kamu bawa jaket aja, keperluan yang lain sudah ada yang bawa

Baca Juga :  Pendakian Via Jalur Sigedang atau Tambi Menuju Puncak Gunung Sindoro (3153 mdpl) 2 of 3
Pose dulu di pos awal pendakian

Ada 2 orang di kos saya pada saat itu yang memilki hobi mendaki gunung sedari dulu, namanya Rieski dan Ismet. namun tidak tersebit satu keinginan pun di masa lampu untuk minta diajak oleh mereka mendaki gunung. mungkin karena saya termasuk orang yang ogah-ogahan untuk dibawa naik kemudian turun lagi… hehehe. namun kali ini saya mencoba saja untuk ikut mereka mendaki gunung ungaran yang cocok untuk pendaki pemula seperti saya.

Saat malam menjelang kami telah tiba di pos pendakian gunung ungaran, Pos Mawar. 6 orang mempersiapkan semua administrasi, logistik dan peralatan. Setelah semua siap, maka saatnya kami berangkat untuk mulai melangkahkan kaki kecil kami menapaki setapak demi setapak langkah perjuangan.

Saat itu kami hanya menggunakan 1 buah senter korek dan 1 buah senter ponsel, itupun hanya ada di depan dan belakang. Kebetulan purnama sedang berhasrat untuk menerangi perjalanan kami malam itu. Terlihat jelas jalan yang kami lewati dalam remang sinar rembulan. Kami mendaki tidak membawa tenda, hanya matras dan sleeping bag. setelah sekitar 3 jam perjalanan yang terisi oleh canda tawa maki hinaan sesama teman akhirnya kami sampai di perkebunan teh yang biasa disebut promasan.

Di situ kami beristirahat untuk summit attack pada pukul 3 dini hari nanti. Teman kami memutuskan seperti itu karena dikhawatirkan saat di puncak hujan sedangkan kami tidak membawa tenda, karena dipuncak tidak terdapat tempat untuk berteduk dari hujan.

Baca Juga :  Tanam Pohon di Kedah Bersama Mr. Jali dan Polisi Hutan Taman Nasional Gunung Leuser

Setelah menghabiskan waktu dengan tidur, ribut, makan, ngopi, nyanyi dan lain-lain. akhirnya tida saatnya kami untuk  segera mendaki menuju puncak. Perjalanan makin ramai karena kami saling berebut senter, dikarenakan kami telah masuk zona hutan dimana cahaya rembulan tidak mampu menembus dedanunan. Sampai sekitar pukul 5 pagi kami telah sampai di zona sabana, angin terasa kencang sekali pagi itu. Kami hanya bisa berlindung di balik batu sembari mengenakan sleeping bag dan sarung untuk menghalau tusukan angin fajar tersebut. Sepanjang perjalanan terlihatlah berbagai sifat dari yang mulai mau menang sendiri, mau berbagi, mau bersabar, mengeluh. Tetapi apapun sifat itu akan melebur saat kita telah mencapai puncak bersama-sama. Itulah salah satu pelajaran yang kita dapatkan ketika mendaki sebuh gunung.

Sunrise terindah, perdana

Sekitar pukul 6 pagi kami telah sampai di puncak gunung ungaran, menyaksikan sunsire terindah yang baru pernah saya nikmati pada ketinggian. Segera kamera ponsel menjadi satu-satunya benda paling sibuk saat itu, jepret sana jepret sini. Pemandangan yang baru pernah pertama kali saya rasakan, memandang semua hamparan dari tempat yang tinggi.

di atas awan
ada tugunya

Setelah puas berfoto-foto sekitar pukul 7 pagi kami mulai turun dari puncak menuju pos awal pendakian. dan tetap tak lupa untuk narsis kembali, ^_^

saatnya turun

Saat turun kami sempat bermain-main di sebuah kolam renang yang sudah tak terawat sehingga cukup berbahaya untuk digunakan berenang. Sembari beristirahat, kami juga membersihkan dari tanah dan lumpur yang menempel di badan kami.

Baca Juga :  Pendakian Gunung Prau via Jalur Wates, Temanggung. Keramahan warga dan alam dalam kabut syahdu.
cuci dulu yang bersih
berkaca

Semakin mendekati pos awal pendakian, barisan semakin terputus dan terpisah. ada yang berjalan cepat sedang pelan, bahkan berjalan menahan rasa ingin BAB. Ya itulah sebuah kisah perdana saya mendaki gunung. Gunung ungaran lah pertama saya mendaki hingga pendakian keempat, hehehe.

kumat di tengah jalan

Berkat merekalah, teman-temanku, sehingga saya mengenal gunung, merasakan indahnya di atas awan, merasakan kebersamaan dalam perjalanan, mampu bersyukur kepada-Nya atas semua karunia-Nya. Saya yakin banyak hal lain yang saya rasakan karena telah mendaki gunung, namun terkadang ada persaaan bahagia yang tidak mampu terucap dalam lisan dan tertulis dalam catatan.

jadi, siapakah yang pertama kali membawa anda menuju sebuah puncak gunung??

0 Shares:
12 comments
  1. kok sama sih naik pertama kalinya ya ke gunung ungaran ini juga.. sama bingungnya harus bawa apa.. bedanya dulu saya malah cuma berdua dan teman saya itu dah lama ga naik gunung.. ga bawa tenda juga (ga punya hehe) tapi langsung muncak, ga nunggu di promasan dulu.. alhasil kedinginan setengah mati karena cuma tiduran di tugu beralaskan jas hujan.. tapi dari situ justru dipertemukan teman baru karena kami bergabung dengan rombongan lain yg sedang berapiunggun, dan merekalah yang mengenalkanku pada gunung yang lain (kapok sama teman saya sendiri haha maafkan).. suka baca blog ini! banyak informasinya, enak dibacanya, ga berat, pertama kali ke sini karena baca artikel museum kereta ambarawa.. salam lestari! dan terus berkarya

    1. Iya, memang naik gunung itu entah sama siapa saja, akan muncul cerita yang akan selalu membekas, terutama perkenalan dengan semasa pendaki dalam perjalanan tentunya. Saya juga masih ingat betul rasanya kedinginan saat itu, hanya berbekal sarung saya , wkwkw

      Terima kasih atas apresiasinya, semoga akan lebih rajin posting artikel lagi, draft sudah banyak, hanya belum sempat mempublish saja,

      Salam hangat,

  2. Jadi teringat dulu pertama kali naik gunung, ke ungaran juga. Naik 4 orang cuma bawa sleeping bag satu sama matras satu. Tidurnya juga di slempitan tugu yang di fotonya agan itu. Hhehe. Dulu ada yang pernah bilang: “orang yang mengajak kamu naik gunung pertama kali itu orang yang pertama kali mengajak kamu ke kebebasan”.

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like