Sering melihat foto kalender berupa air terjun dengan kucuran air yang menyerupai benang-benang halus? Foto air terjun tersebut diperoleh dengan menggunakan kecepatan rana rendah (slow shutter speed) yang lambat, sehingga gerakan air pada tiap bagian waktunya akan terekam dalam sensor kamera.
Dahulu pertama kali saya bisa memotret dengan teknik kecepatan rana lambat (slow shutter speed), maka hampir di setiap waktu ketika memotret air terjun, saya menggunakan kecepatan rana paling lambat yang bisa saya gunakan. Kecepatan rana paling lambat akan memungkinkan anda mendapatkan gerakan air yang lebih halus.
Bila anda belum menguasai atau belum memahami segitiga eksposure, Anda bisa menuju artikel BELAJAR SEGITIGA EKSPOSURE untuk memahaminya dengan praktik dan tentunya sangat mudah.
Saya semakin sering memotret air terjun dengan kecepatan terendah ketika sudah memiliki filter ND 8 dan ND 16. Filter ND (Natural Density) adalah filter yang memungkinkan anda untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam sensor. Sehingga foto anda tidak akan “terbakar” apabila menerima cahaya dengan pengaturan yang sama. Filter ND merupakan satu dari 4 FILTER WAJIB BAGI LANDSCAPER.
Lalu beberapa waktu terakhir ini saya mulai mencoba untuk memotret air terjun dengan beberapa pengaturan kecepatan rana (Shutter speed). Sehingga akan tertangkap gerakan air yang berbeda-beda di tiap fotonya.
Bisa Anda simak pada foto di bawah ini, masing-masing foto sudah saya cantumkan data EXIF, sehingga akan lebih mudah untuk memahaminya. Untuk memudahkan dalam hasil gambar antara foto yang menggunakan kecepatan rana tinggi dan kecepatan rana rendah bisa dilihat pada 2 buah foto di bawah ini.
Untuk memotret di pantai juga kita memerlukan kecepatan rana yang disesuaikan dengan kecepatan ombak yang akan kita tangkap. Contohnya bisa dilihat pada 2 buah foto di bawah ini.
Dari masing-masing foto, kita akan melihat berbagai penampakan gerakan air. Ada yang gerakannya sangat halus, ada juga yang memperlihatkan garis-garis tajamnya. Menurut anda bagus yang mana? Semua tergantung dengan selera, namun menurut saya bahwa yang masih memunculkan arah gerakannya akan lebih menarik untuk disimak.
Untuk mendapatkan foto dengan gerakan air yang masih terlihat tegas dan keras, maka selain memahami segitiga eksposure, kita juga harus bisa memahami besarnya debit air pada air terjun tersebut. Semakin sering anda mencoba maka anda akan bisa memahaminya dengan baik.
Jadi kecepatan rana (Shutter Speed) yang ideal untuk memotret air terjun menurut saya adalah disesuaikan dengan selera gambar anda dan juga terhadap debit air atau kecepatan gerak air yang akan anda abadikan dalam mode slow speed shutter.
31 comments
sadisss kameramu kepyohhh nhu mas seng neng pantai iki
Aku sangu kresek coach….wkwkwk
Hei, yg kemarin, ya? Suwun mas Ghoz dah diprivatin on the spot pula, btw, low angle memang lebih baik pakai filter ya? Kalau waktu terbaik misal tanpa filter gitu apa pagi sebelum jam 9nan kayak motret landscape kebanyakan?
Privat, on the spot, gratis pulak….ahaha
Bukan low angle yang kudu pakai filter, tapi mengurangi cahaya yang masuk, baik keseluruhan atau kesebagian sensor kamera.
Paling ideal gak pakai jam sebenarnya, saya biasanya berangkat motret air terjun tuh jam 6an. Kalau enggak ya cari pas musim hujan, biar sering dapet mendung pas siang hari.
Noted. Yawoh gratisan e dibahas reks. Mumpung mas, sebelum dikau pasangi pajak.
aku mah kalau berbagi sama temen gak pernah pasang tarif, tapi ya kalau cuman makasih gimana gitu, minimal dipijetin lah sini, wkwkkw
Akhirnya nemu artikel soal selosepid di blog mas Ghozali. Dulu banget sudah pernah bisa, terus lupa. hahaha
Nah, dipakai terus Mbak, biar gak lupa 🙂
walah… gitu jebule triknya.
ini nanti mau nyobain kamera hape dengan speed 32 detik bhaha
saya dulu pernah pakai Nokia Lumia 920, bisa sampai 5 detik Mas 😀
jebul sensor kamera SLR dan Kamera hape beda ya… bhahaha
banting hape
untung gak banting DSLR…akwkakwa
kalo yang di atas pada coment newbie,….ane trus apa ?
Berarti ente adalah orang yang menikah tahun ini,, 😀
awah, mantap jiwa kang…
Terima kasih 🙂
Tergantung selera ya mas.. kalau ane lebih suka di shutter 3 – 5 detik. Hehehe
Iyup, sama mas… Saya juga seringnya main direntang waktu tersebut… 🙂
asyik ya kalau punya kamera dslr .. bisa setting2 seperti ini. jadi pengen punya .. ?
Kalau pakai camera pocket … pasrah aja ?
Kalau kamera pocketnya canon, ditambahi CHDK aja Mas, tapi gak semua seri didukung… Nanti ada pengaturan manualnya…ahahaha
Aku ajari dolanan selosepid mas :3
Ayo mas, ming curug…
Ayo mas, ming curug…
nice post mas. next post bikin tutorial light trail biar tambah lengkap hihi.
Makasih Mas Sunawang,
Waah ide bagus, mungkin bisa jadi artikel selanjutnya… 🙂
Bagus nak lanjutkan apa yang tak ajari kemarin
terima kasih suhu, tanpamu…apalah aku…
pingin moto ngunu iku tapi yo piye meneh, durung duwe sing go moto….semoga bisa menggunakan nya kelak saya
amiin Mas,
Pakai hape juga bisa Mas, dulu saya pernah pakai lumia 920, bisa slowspeed sampai 5 detik lho…
Jadi kangen ke curug kalau main seperti ini.
Kesalahanku biasanya tidak bisa mengira-ngira ISO-nya. Penting udah slow aja hahahhaha. Masih awam 😀
besok mas di Coban, semoga cuaca mendukung… ahaha mari mainan selosepid bareng…