Curug Sewu bila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti Air Terjun Seribu, namun itu hanya sebagai ungkapan atas banyaknya air yang terjun di tempat ini. Jumlah air terjunya hanya satu, tingginya saja tidaklah begitu tinggi, mungkin sekitar 70 meter.
Saya mengujungi tempat ini bersama Heru, Alpin dan Kamal. Mencoba mengulang kembali perjalananan ke Curug Sewu pada tahun 2009. Tidaklah banyak perubahan di tempat ini sejauh pengamatan saya, masih tetap seperti itu. Hanya saja, kini untuk turun ke air terjun tidak dikenakan tiket lagi, karena saat tahun 2009 kami mengujungi tempat ini, kami sudah membayar tiket masuk kawasan Curug Sewu, namun untuk turun ke air terjunnya kami harus membayar lagi.
Kami hanya berputar-putar saat itu, mencoba melihat apa saja yang telah berubah. Salah satu hal yang paling menenangkan bila berkunjung ke tempat ini adalah melihat pemandangan hijau dari gardu pandang yang memberikan sensasi luas dan sejuk.
Anda bisa menikmatinya dari sebuah bangunan berlantai dua atau juga bisa dengan berada di pelataran bangunan tersebut yang terbatasi oleh pagar besi. Dari keduanya, kita tetap sama-sama bisa mendapatkan pemandangan yang sama indahnya.
Di kawasan wisata Curug Sewu ini ada bergaram wahana sebenarnya, seperti kolam renang, prosotan, patung-patung, kereta mini atau juga vespa raksasa. Namun wahana yang utama adalah air terjun yang berada sekitar 200 meter dari gardu pandang tersebut. Sebenarnya dari gardu pandang bisa terlihat air terjun tersebut, namun tetap saja lebih seru apabila kita turun dan merasakan air sejuk itu secara langsung.
Kami mulai menuruni tangga demi tanga yang terbuat dari beton tersebut, untuk turun memang tidaklah begitu sulit, karena kita mengikuti gravitasi. Saat kembali itulah stamina kita akan diuji, menapaki tangga naik yang akan membuat anda sering bersitirahat sejenak.
Sesampainya di bawah air terjun, rupanya cuaca menjadi terik, membuat saya cukup kerepotan untuk mengambil foto dengan teknik kecepatan rana lambat. Walaupun hasilnya tidaklah begitu maksimal, namun setidaknya cukuplah bagus untuk bisa membuat airr terjun tersebut terlihat seperti benang.
Untuk memotret manusia, saat itu saya memotret Heru dan Alpin, karena mereka berdua susah untuk diam, maka jadilah beberapa tubuh mereka menjadi terlihat kabur karena efek dari kecepatan rana lambat. Mungkin ketika saya datang ke tempat ini lebih pagi atau dengan kondisi yang lebih mendung, sepertinya akan lebih menarik untuk bisa mengabadikan curug sewu ini.
Wisata ini memang cocok untuk anda yang berada di Kendal dan sekitarnya. Selain area yang luas, hawa sejuknya itu memang membuat betah di tempat ini. Sara saja, hindari mengujungi tempat ini saat akhir pekan ya.
Salam.
15 comments
Wihhhh Curug nya ,….. SEGER BANGET TUH
mau nya langsung nyebur aja nih di air nya, heeee ….
Seger, ya, pemandangannya.
Itu ada karcis masuknya nggak, mas?
Untuk masuk area wisatanya ada, saya tidak tahu berapa rupiah sekarang…ahaha
Ini akses transportasi umumnya susah nggak mas? Viewnya bagus. Seger kelihatannya.
Gampang mbak, angkot lewat depan situ kok, tinggal kalau pas naik angkutan umum jurusan Parakan-Sukorejo bilang aja mau ke Curug Sewu..
Bagus air terjunnya. Menang banget ini dibanding tempat wisata yang cuma menonjolkan pemandangan dari ketinggian, soalnya ada air terjunnya. Boleh dong Mas di-share bagaimana teknik fotonya, pakai kecepatan rana berapa dan bukaan diafragma berapa. Saya ingin belajar bagaimana ambil foto air terjun yang halus seperti itu, hehe. Saya suka juga warna-warna biru, hijau, dan pemandangan dari kejauhannya. Keren yah. Doa saya sama: semoga lestari senantiasa.
Ahahaha…ini sudah ada draftnya sih untuk pemotretan slow speed, minggu depan sudah tayang,
ditunggu saja ya artikelnya ๐
Iya, hijau dan biru juga kombinasi favorit saya ๐
Seger mas hahahhaha.
Asyik juga ada lokasi yang bisa melihat air terjun dari ketinggian. Misalnya malas turun, kita tetap bisa menikmati pemandangannya.
Sekitar sejam dari UNNES lho Mas Sitam ๐
iki termasuk gak deres ya mas aruse, bisannya aku lihat debit airnya cukup lebar. tp kalo dibuat mainan slowspeed-an apik kayak gini sih hehehe
Iya, penghujung musim kemarau, seingat saya bulan November.
Kalau pas deras, aliran airnya keruh…
aku suka nyari tempat2 yang kaya begini. Tidak terlalu ramai. tidak terlalu sepi. minimal ada 1 atau dua wisatawan lah. biar g keliatan semedinya. Hehe.
Luar biasa ya. besar2 bongkahan batunya. air terjun ini mirip kaya di cimarunjung Ciletuh. Umurnya purba, dengan pepohonan bak permadani surga. Bahkan Deddy Mizwar pun muji air terjun, yang beliau sebut sebagai emperan surga. Dan ini sepertinya jg layak di bilang, gerbangnya surga. haha.
Mudah2an tidak dirusak. Karena air terjun sangat cepat hitsnya.
Selama penutup lahan di bagian hulu masih tetap mampu mengakomodasi kucuran hujan, seharusnya air terjun seperti ini tetap awet dan memiliki debit yang stabil baik saat musim basah atau kering.
Iya, hits untuk sekedar foto saja, semoga segera para pengunjung sadar bahwa air juga perlu dikonservasi, bukan untuk dibuang dan difoto saja…ahahaha
itu yang di ujung ‘tebing’ mesti dadi foto hits wkwkwk.
air terjunnya boleh mandi nggak kak?
sudah nge-hits sedari dulu, semoga saja sekarang tidak ditambahi ornamen aneh-aneh buat spot selfie…awakakw
boleh kok, asalkan tidak saat sedang musim hujan.