Buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang dari Landscape Indonesia ini saya dapatkan melalui sistem pre-order beberapa waktu silam. Artikel ini bukan akan mengupas secara mendalam mengenai buku ini, namun hanya sekedar impresi awal mengenai bagaimana saya menikmati buku ini sebagai seorang pecinta foto landscape dan dunia pendakian.

 

Buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang ini merupakan sebuah dokumentasi perjalanan Mas Widhi dan teman-temannya pada tahun 2015 ketika sowan ke Puncak Merbabu melalui jalur Suwanting. Sebuah jalur pendakian yang dibuka kembali setelah beberapa tahun ditutup untuk kegiatan pendakian.

Buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang

Buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang dibuat oleh Mas Wahyu Widhi atau biasa dipanggil dengan sebuah Mas Bebek oleh rekan-rekannya. Sebelumnya, Mas Widhi pernah membuat beberapa ephotobook perjalanannya yang hanya dicetak untuk kalangan sendiri saja. Saya sudah lupa ada berapa judul yang sudah dibuatnya, yang jelas sudah lebih dari 20 judul. Selain itu, Mas Widhi juga membuat buku Memotret Milky Way yang diterbitkan melalui Elex Media. .

 

Kembali ke Buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang, buku ini menjadi salah satu bentuk kekaguman saya terhadap karya-karya Mas Widhi selama ini. Melalui beliaulah saya belajar mengenai foto landscape, memotret milky way, membuat ebook, foto 360, hingga trik-trik konyol khas orang kere ketika memotret landscape.

 

Buku ini juga mejadi sebuah cara bagi saya untuk nostalgia dengan pendakian gunung dan taburan bintangnya. Beberapa waktu ini hingga kedepannya saya sedang cuti dahulu dari pendakian gunung. Selain karena kondisi yang belum memungkinkan, volume pendaki yang semakin meningkat menjadikan gunung tidaklah menjadi tempat yang mudah untuk mencari ketenangan.

Baca Juga :  Review Jaket Berghaus Gore-Tex Setelah 6 Tahun Pemakaian

 

Sebenarnya ada sempat ada 2 versi yang akan dicetak, versi pertama adalah sebelum revisi, sedangkan versi setelah revisi adalah yang kedua. Perbedaanya adalah pada layout yang memaksa teks untuk keluar dari gambar. Saya sempat memilih versi yang pertama dikarenakan ukuran gambarnya lebih lebar, sehingga akan lebih mantap ketika menikmati foto-foto landscape. Dikarenakan hanya saya seorang diri yang memesan versi pertama, sedangkan pada versi kedua ada sekitar 40 orang yang memesannya. Jadilah saya dikorbankan, ya sudahlah, saya ikhlas, wkwkkwkw. Guyon lho Mas Bek… ^_^

Atas versi awal, sedangkan bawah adalah versi revisi

Spesifikasi buku Merbabu – Pendakian Bertabur Bintang adala sebagai berikut ini :

Ukuran : 15 cm x 21 cm (A5)
Jenis kertas sampul : art carton 260 gram (soft cover)
Jenis kertas isi : art paper 120 gram
Jilid : lem
Jumlah Halaman : 112 halaman

Ketebalan buku ini dengan kertas art paper 120 gram sebanyak 112 halaman

Saya sebenarnya sempat memberikan usul untuk dibuatkan versi hardcover, namun dikarenakan biaya produksi yang sudah berhimpitan dengan harga pre-order, maka usul saya tersebut belum bisa diterima. Saya mengusulkan tersebut karena kebiasaan saya yang suka membawa buku di dalam tas tanpa sekat, jadi sering kali sudut-sudut buku dengan softcover akan terlipat tanpa sengaja.

 

Kualitas cetaknya saya akui memang bagus, memang dioptimalkan antara jumlah piksel dengan jenis kertas cetaknya. Walaupun di buku yang saya terima sempat ada beberapa noda kecil di beberapa titik, tapi tak masalah lah menurut saya, karena dengan proses otomatisasi hal seperti ini tidak memungkinkan untuk dicek tiap inchi di tiap lembarnya.

 

Ukuran tulisannya juga pas, tidak terlalu kecil pada jarak normal, jadi kita masih bisa membaca dengan menikmati foto-foto yang terpampang. Sesekali ada tulisan yang dicetak besar, seperti quote gitu lah. Penempatan isi tulisannya juga selalu sesuai dengan gambar yang muncul, jadi kita lebih mudah untuk memvisualisasikannya.

Baca Juga :  Review Jaket Berghaus Gore-Tex Setelah 6 Tahun Pemakaian

 

Pada bagian kata pengantar, sempat ada slot untuk tanda tangan penulis, namun saya lupa untuk memintanya saat melalukan pre-order kemarin.

Pada bagian daftar isi sempat membuat saya bingung, kenapa ada bagian yang melompat, rupanya bagian tersebut adalah kisah perjalanan saat turun dari puncaknya. Bolak-balik gitu ceritanya, kan gak mungkin juga hingga buku ini diturunkan namun si Penulis masih berada di Puncak Merbabu.

 

Lalu saya menjumpai juga ada sebuah daftar yang berisi titik koordinat lintang dan bujur di masing-masing titik strategis pada jalur Suwanting ini. Saya sempat mengira akan muncul semacam denah atau rute sederhana yang menggambarkan jarak yang tepat dengan skala yang benar. Namun sampai bukunya habis terbaca, rupanya tidak saya temukan. Bagi anda yang akan melakukan Pendakian Mermabu via Jalur Suwanting, koordinat ini akanlah sangat membantu anda agar berada di jalur yang benar, atau untuk sekedar memperkirakan jarak yang akan ditempuh.

Lembar-lembar awal Buku Merbabu

Pada beberapa halaman, muncul navigasi sederhana mengenai lokasi pengambilan gambar, walaupun tidak semua halaman ada. Hanya halaman yang bersifat sebagai transisi saja yang memunculkan navigasi sederhana ini. Jadi kita akan lebih mudah untuk mengetahui lokasi dimana adegan foto tersebut diambil.

Navigasi yang berada di atas tersebut, cukup memudahkan kita untuk mengetahui dimana foto tersebut diambil.

Jenis font yang digunakan saya tidak tahu apa, namun ini merupakan tipe font yang nyaman untuk dibaca lama. Bentuknya tidak memiliki sudut tajam, sehingga tidak membuat mata cepat lelah untuk membaca. Jadi sudah tahu kan kenapa buku-buku pelajaran jaman dahulu kalau dibaca terasa cepat lelah? Karena jenis huruf yang digunakan memiliki sudut tajam.

Baca Juga :  Review Jaket Berghaus Gore-Tex Setelah 6 Tahun Pemakaian
Mungkin arial atau tahoma, entalah, yang jelas bukan times new roman.
Panoramanya memang ciamik bila ditonton selebar ini dan bisa diraba dengan jemari
Milky Way membuat kita sadar, bahwa masa lalu bisa hadir di masa kini #eeaaaa

Beberapa kali kita juga akan menemui foto panorama yang tampil di dua halaman penuh, memanjang dan terlihat menawan untuk menikmati di setiap jengkalnya. Paling banyak adalah foto dengan pemandangan milky way yang menarik di gelapnya langit. Ada juga halaman yang menuliskan mengenai tips memotret milky way bagi anda yang sedang akan belajar untuk memotretnya.

 

Di bagian akhir buku, ada bagian Tips & Kit untuk memaksimalkan kemampuan anda ketika memotret alam Indonesia yang kerennya kebablasan ini. Bahasanya ringan, mudah dipahami dan sederhana jadi tidak akan membuat anda bertambah bingung.

Tips ringan bagi yang malas dengan beragam istilah fotografi yang tidak semua orang bisa mengerti.

Dalam paket pre-oder saya mendapatkan 4 buah kartu pos yang memuat gambar-gambar yang menawan dari Gunung Merbabu. Sebuah gunung yang sudah saya daki 6 kali namun tanpa satu artikelpun yang saya unggah di blog saya ini.

Saya jadi ingat souvenir nikahan saya, yaitu kartu pos foto-foto landscape saya 😀

Secara keseluruhan, buku ini layak dibeli bagi anda penggiat kegiatan alam dan fotografi. Selain narasi dengan bahasa yang ringan, foto-foto yang disajikan akan lebih mudah memberikan pesan tersebut. Nostalgia sejenak, itulah kesan saya setiap kali membuka foto ini lalu menemukan foto Gunung Merapi dengan permadani awan di bawahnya.

 

Untuk pemesanan, Anda dapat menghubungi Mas Widhi pada kontak sebagai berikut :

Email : widhibek@gmail.com
Facebook : https://www.facebook.com/widhibek
Instagram : @Landscapeindonesia

Untuk nomor whatsappnya silahkan melalui jalur pribadi saja via media sosial di atas.

 

Sekian, semoga bermanfaat bagi anda yang hendak membeli buku dengan jutaan bintang ini.

Salam Lestari

 

Nb : artikel ini bukan merupakan artikel sponsor dari pihak manapun, melainkan murni dari saya selaku penggemar karya-karya Mas Widhi.

0 Shares:
12 comments
  1. Salut untuk orang-orang yang rela merogoh kocek dan menjadikan pengalamannya dan karyanya menjadi sebuah buku. Sepertinya besok kamu juga harus membuat buku mas 🙂

  2. Foto-foto mas Widhi memang bikin ngiler, sejak mengenal web Landscape Indonesia. Aku juga suka ebook tentang semeru wkwk.

    Aku sebenarnya pengen bikin kayak ginian, tapi kurang pede dan kurang paham bagaimana proses produksinya saat turun cetak.

    Font kayak gitu sejenis Segoe UI, font favoritku, tapi mungkin beda, mirip2 sih.

    1. Halah Mas, sing penting yakin….wkwkw
      Proses produksinya bisa disimak di artikel saya yang “sharing moment ephotobook”,
      Untuk mulai turun cetak, itu tinggal serahin ke percetakan, atau kalau mau ribet ya belajar software buat imposisi halamannya….wkakwka

      Waaah sampe ngiler ik, ojo nganti ketemu adminE, ilfil ngko….wkwkwk

    1. Ini artikel pertama tentang bukunya orang lain, itupun buku bergambar, ahaha biar cepet ngereview-nya. ahaha Kan gak lucu saya ngereview buku sendiri…akwakwkaw

      Kalau buku teks tebal saya merasa belum berkapasitas untuk membahasnya, terlebih masih terjebak untuk mengekstrak intisari jurnal-jurnal penelitian selama ini, ahahah. Kan mending ditinggal dolan….awkakww

  3. matur suwun mas Ghoz !!!
    mohon maaf kalau sudah banyak menerbakan “racunnya” lho
    sejak dari aceh sampai ke semarang masih tetap diracuni hahahaha
    kapan2 bikin proyek bareng yuk.. biar lebih rame

Leave a Reply to Johanes AnggoroCancel reply