pada posting http://ghozaliq.com/2014/04/23/perdana-mengambil-foto-infra-merah/ , saya telah sedikit menceritakan bagaimana saya mengambil gambar dengan kamer infra merah. berikut ini hasil-hasilnya setelah saya lakukan swap channel antara biru dengan merah dan kebalikannya.
Ada 2 cara untuk mengambil foto infra merah dengan kamera digital, yaitu dengan oprek sensor kamera (lepas hot miror) atau menggunakan filter IR di depan lensa anda. Hasil dari kedua cara ini berbeda, namun bagi anda yang berbudget terbatas, ikutilah cara saya yang menggunakan filter IR kelas abal-abal, hehehe. Peralatan bukanlah penghambat untuk berkreasi terutama dalam hal mengambil gambar. Sebenarnya saya sudah membeli Filter IR 720nm dengan diameter ring sebesar 58mm (anda akan tau apa lensa saya) pada penghujung akhir tahun 2012. Namun baru sempat terpakai di kamera saya sekarang yang berlensa diameter 37mm. Mungkin karena kepraktiras kamera saya saat ini, sehingga tidaklah canggung untuk mengeluarkannya di depan umum.
kamera dengan mudah bisa nempel di pohon 😀
Sempat mau memakai step up ring, namun sepertinya tidak ada yang dari 37mm – 58mm. Jadi terpaksalah hanya saya tempelkan saya didepan lensa dengan posisi kamera agak condong ke atas, sehingga Filter IR tertahan dan tidak jatuh.
kamera merupakan sebuah alat untuk mengabadikan sebuah realitas dalam kehidupan kita. Dalam realitas tersebut tentu saja ada banyak hal yang telah mengubah hidup kita dalam berbagai aspek. Kamera merupakan salah satu yang ikut turut andil dalam pengabadi kronologi hidup kita.
beberapa kamera yang pernah saya tekan tombol shutternya telah membantu saya kembali merefleksi beberapa kejadian penting dalam hidup saya. nah berikut ada beberapa kamera yang pernah saya pegang dalam waktu yang cukup lama sehingga saya cukup paham anatomi kamera tersebut.
1. Tustel
jika anda pernah memegang kamera seperti ini maka anda seumuran atau mungkin lebih tua dari saya. sebuah kamera dengan isi film sekitar 32-36 tergantung dari bonus yang anda dapatkan :D. dulu hanya menggunakan 2 buah baterai AA untuk menyalakan flash internal yang cukup untuk menandakan bahwa kamera tersebut telah mengambil gambar. maka cukuplah aneh ketika difoto tanpa ada cahaya flash yang terpancar dari sebuah kamera, dan itu terjadi pada masa sekarang dimana flash bisa diaktifkan maupun dinonaktifkan secara elektronik pada kamera digital. bagaimapun tetap ada keasyikan tersendiri ketika memakai kamera film kelas poket ini. 😀
ini kamera digital pertama yang dibeli oleh bapak saya sekitaran tahun 2008. dahulu bapak hanya paham jika kamera ber-mega pixel besar adalah kamera yang bagus, maka terbelilah kamera digital ini. gambar yang diabadikan hanyalah sekedar untuk dokumentasi biasa dengan kualitas gambar dibawah rata-rata kamera pocket digital pada masa itu. namun ini menjadi salah satu tonggak dimana saya mulai tertarik pada dunia fotografi dan mempelajarinya secara maya tanpa praktek langsung mengenai mode manual pada kamera DSLR.