Gunung Tampo Mas atau Bukit Tampo Mas, bisa disebut seperti itu sesuai dengan terminologi masing-masing bentuk lahan. Saya lebih menyukai dengan menyebut sebagai Gunung Tampo Mas, Karena sejak kecil saya sudah diajarkan bahwa namanya adalah Gunung Tampo Mas.
Sejarahnya, menurut apa yang diceritakan oleh Ibu saya, dahulu saat ada pembangunan Bendungan Jenderal Soedirman, Gunung Tampo Mas diledakkan untuk diambil materialnya. Material tersebut berupa batu-batu besar yang digunakan untuk membendung aliran Sungai Serayu, sehingga proyek pembangunan Bendungan Jenderal Soedirman berjalan lancar.
Akibat kegiatan tersebut, munculah kegiatan penambangan batu di daerah Gunung Tampo Mas. Menurut saya tempatnya sih biasa saja, namun pada masa sekarang ini, apasih yang tidak bisa dijadikan background untuk swafoto?
Saya mengunjunginya bersama para saudara yang saat itu masih dalam situasi kondisi lebaran. Pagi hari dan belum mandi, itulah kami saat itu yang dengan santai-santai saja berfoto di tempat itu. Lokasi Gunung Tampo Mas tidaklah begitu jauh dari rumah kami, mungkin sekitar 20-30 menit untuk bisa sampai di lokasi.
Jalanan yang bisa dikatakan 99% adalah aspal, sisanya adalah jalan batu yang masih mudah untuk ditempuh dengan motor matic sekalipun. Mobil juga bisa masuk, namun tidak bisa digunakan untuk berpapasan.
Area ini juga katanya sering digunakan untuk foto prewedding, mungkin Karena bisa dikatakan cukuplah menarik dan tidak terlalu jauh dari pusat Kabupaten Banjarnegara. Terlihat di sekeliling rerumputan yang akan mudah berganti warna ketika berganti musim. Ketika Anda melangkah di area ini, mohon lebih berhati-hati, ada beberapa kubangan air yang mungkin tidak Anda sadari untuk dipijak untuk melangkah,
Area ini juga menyisakan sebuah cekungan yang akhirnya terisi air yang tidak mengalir, lebih berhati-hati juga Karena tidak ada pagar pembatas. Pokoknya area ini hanya area pertambangan yang sering digunakan hanya untuk sekedar foto-foto atau menanti sore.
Anda bisa meliaht area sekeliling Gunung Tampos Mas dalam mode panorama 360 di bawah ini. Harap menunggu hingga semua file yang dibutuhkan teredia pada browser Anda, seharusnya tidaklah lama Karena masih berukuran di bawah 1 Mb. Pastikan browser anda telah support hmtl5.
Setelah semuanya merasa kepanasan Karena matahari sudah nampak dan tepat mengenai badan kami yang belum mandi, maka akhirnya segeralah kami berpindah ke warung dawet ayu.
Entah kapan lagi kami bisa berkumpul seperti ini, ini merupakan kali pertama libur lebaran dengan personil sebanyak dan selengkap ini. Semoga lebaran selanjutnya bisa berkumpul kembali bersama saudara.
Salam jepret.
6 comments
Tempatnya mungkin biasa, tapi dalam bingkai foto bagi yang jago motret. Keren
iya, biasa namun memiliki peran sejarah juga ๐
aku pas ke sini siang-siang dan super panas, mirip di film2 saat kerja rodi hehehe
lha nganggo klambi ora mas? angger ora ya temenan kaya kerja rodi… awhahwa
Sekilas tadi bacanya sekilas gunung Dempo. Lha kapan ke Sumselnya? eh ternyata gunung Tampo. Sekilas mirip Pamukalle ya? ๐
Ahaha saya belum pernah main ke Dempo, belum ada kesempatan Om.
Iya mirip, tapi ditaburin susu bubuk dulu Om, ahaha biar lebih putihan dikit lah… ๐