Pendakian Gunung Sindoro via Jalur Kledung merupakan salah satu jalur favorit karena kemudahan akses dari jalan raya. Ketinggian Gunung Sindoro juga bisa dikatakan cukuplah tinggi, yaitu 3130 mdpl menurut tulisan yang pernah saya baca. Gunung Sindoro juga menjadi salah satu dari anggota 3S, yaitu sebutan untuk 3 gunung di Jawa Tengah yang wajib didatangi oleh mereka yang mengaku-ngaku sebagai tukang naik gunung.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Pendakian itu untuk menaklukkan diri sendiri.0

3S sendiri merupakan singkatan dari Sumbing (3371), Sindoro (3130) dan Slamet (3432), namun pada saat tahun 2013-2015 Gunung Slamet dinyatakan tidak aman untuk pendakian, maka 3S diplesetkan menjadi Sumbing, Sindoro dan Sikunir. Hehehe

Selain melakukan Pendakian Gunung Sindoro via Jalur Kledung, saya juga pernah melakukan Pendakian Gunung Sindoro melalui jalur Sigedang atau Tambi. Bila jalur Kledung dari arah selatan, maka jalur Sigedang merupakan jalur utara. Keduanya sama-sama memberikan sensasi tersendiri, terlebih dengan anggota tim yang bervariasi karakternya.

Anggota pendakian saat itu adalah Saya, Firman, Aji, Hadi, Gentong dan Agus. Total ada 6 orang dimana Agus dan Hadi menjadikan Gunung SIndoro ini sebagai pendakian pertamanya. Pendakian Gunung SIndoro ini saya ambil melalui jalur kledung, dimana lokasi basecamp sudah pindah lebih dekat ke jalan raya, sepertinya bangunan pemerintah desa.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Di sudut selatan alun-alun kota Magelang.

Pendakian ini Saya lakukan pada bulan Mei 2013, seingat saya saat itu sedang Pilkada GubernurJawa Tengah, jadilah saya dan beberapa teman saya yang punya hal pilih terpaksa golput. Saat itu sedang musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau, namun bisa dikatakan masihlah tetap sering hujan selepas tengah hari.

Kami yang berasal dari beberapa lokasi menjadikan Alun-alun Kota Magelang sebagai titik kumpul terakhir. Kami melaju menyusuri jalan raya sekitar 2 jam, sebelum petang kami sudah sampai di basecamp Pendakian Gunung Sindoro jalur Kledung. Saya meminta untuk berangkat besok pagi saja, biar bisa saya dokumentasikan dengan kamera saya. Berangkat pagi hari juga akan lebih memberikan waktu bagi badan kami untuk beristirahat.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Basecampnya terasa semrawut dan kurang nyaman untuk istirahat.

Kami menginap di dalam basecamp tersebut, ada puluhan pendaki lainnya yang bermalam. Ada yang sudah turun dari puncak, ada juga yang hendak melakukan pendakian. Cukup dingin dan terasa ramai basecamp saat itu, sehingga cukuplah menyulitkan untuk memejamkan mata. Larut semakin mengantarkan kami berpindah ke alam mimpi.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Menatap Gunung Sumbing untuk sejenak sebelum beranjak sarapan.

Pagi harinya, kami kesiangan, sehingga jam 8 kami baru bisa mulai melangkahkan kaki untuk memulai pendakian. Pembagian beban membuat ada 4 carirer dan ada 2 daypack, kami memerimanya dengan alasan nanti bisa bergantian ketika membawanya. Bila ada yang mengatakan seperti itu, janganlah mudah percaya, walaupun itu teman. Heheh

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Cuaca mendukung kami, walau hanya beberapa saat.
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sayur mayur nan segar ada di sini.

Perjalanan dimulai dengan menyusuri permukiman warga yang kemudian berganti dengan areal perkebunan sayur dan tembakau. Kami menapaki jalan berbatu, saat itu saya masih membawa daypack karena Aji ingin membawa tas consina alpinist 70+5 milik saya yang penuh dengan muatan. Dalam perjalanan ke Pos 1, kami bisa dikatakan terlalu sering beristirahat. Fisik kami yang kurang terlatih atau memang kami ingin bersantai-santai selagi masih pagi.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Beristirahat di tepian jalan agar tidak mengganggu mobilitas petani.

Sebelum Pos 1 tertapaki, Aji sudah kelelahan, meminta saya untuk bertukar beban. Maka saya mulai merasakan cengakraman tas carrier saya sendiri, membuat melangkah semakin pelan dan berkeringat. Saat itu saya juga menenteng kamera saya yang saya gunakan untuk merekam video dan memotret pemandangan sekitar.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Pos 1 memberikan kami kesempatan untuk menarik nafas yang dalam. (Foto oleh Firman).
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Perjalanan sudah mulai menanjak terjal.

Sesampainya di Pos 1, kami berhenti sejenak, mengobrol sejenak dengan beberapa pendaki yang kami temui. Tidak berapa lama, kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 2 yang kali ini lebih didominasi oleh hutan kerapatan sedang. Memang teraa teduh, namun kelembapan di area ini cukup tinggi, membuat kami harus melepas jaket untuk mengurangi rasa gerah.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sampai di Pos 2, cuaca mulai terasa dingin dan rintik. (Foto oleh FIrman)

Akhirnya kami sampai di Pos 2, ada sebuah gubug kecil dengan tanah yang bisa menampung mungkin sekitar 4 tenda. Kami cukup lama bersitirahat di Pos 2, mulai dari membuat minuman hingga menjalankan ibadah sholat dzuhur. Saat itu cuaca sebenarnya tidaklah terlalu mendung, namun seketika hujan turun perlahan, membuat kami dan beberapa pendaki di sekitaran kami merapat ke dalam gubug tersebut.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Dua orang rekan pendaki dari rombongan lain yang sangat ramah dengan kami. Terima kasih Mas,

Hujan tidak berlangsung lama, maka kami mulai melanjutkan perjalanan menuju Pos 3. Jalan menuju Pos 3 kali ini lebih menanjak dan mulai bervariasi dari jenis jalannya. Ada yang berupa tanah, bebatuan keras hingga jembatan kecil untuk melintas.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Pos 3, sebuah area camp yang terasa nanggung datarnya.

Saat sampai di Pos 3, ternyata tempat itu sudah ramai, sehingga kami sempat bingung hendak mendirikan tenda di sebelah mana. Cuaca semakin gelap karena kabut mulai bergerak cepat, membuat saya semakin khawatir akan datangnya hujan. Menurut ketinggiannya, yaitu 2500 mdpl, maka seharusnya Pos 3 Gunung Sindoro via Jalur Kledung bukanlah area yang terkena hujan deras. Awan hujan maksimal hanya mampu mencapai ketinggian 2000 mdpl.

Baca Juga :  [Ebook] Gunung Kemiri (3315 mdpl) - Kawasan TN Gunung Leuser

Alam berkata lain, baru sejenak kami melangkah untuk mencari lokasi mendirikan tenda, segera hujan deras turun. Iya, hujan deras, bukan hujan kabut yang biasanya numpang lewat. Kami segera melangkah cepat mencari tanah yang cukup datar untuk membuka dua tenda yang kami bawa. Kondisi tim sudah kacau saat itu, kelelahan dan kedinginan menjadi satu.

Saya dibantu yang lainnya dengan cepat mendiirkan tenda, cukup menguras tenaga mengkoordinasi rekan yang lain untuk ikut membantu mendirikan. Saat tenda lafuma untuk 4 orang sudah berdiri, segera saya menyuruh sebagian teman saya masuk ke dalam dengan memasukkan semua peralatan kami. Sedangkan Saya dan Gentong masih berada di luar untuk mendirikan tenda satu lagi untuk kami berdua.

Setelah tenda kedua berhasil kami dirikan, segera Saya dan Gentong masuk ke dalam dengan membawa beberapa peralatan kami. Hujan masih terasa deras di luar, tenda yang Saya gunakan juga bocor tidak mampu menahan derasanya hujan saat itu. Maka saya menggunakan mantel untuk memayungi bagian atas tenda kami.

Kami tidur dengan kondisi lembab, beruntung sleeping bag saya sudah sdibungkus dengan kantong plastik sebelum berangkat mendaki. Walaupun sedikit lembab karena cuaca hujan, namun hal tersebut jauh lebih baik daripada basah.

Jika ingat kondisi ini, Saya masih bisa merasakan hawa dingin dan lelahnya saat itu.

Malam akhirnya datang, hujan akhirnya bisa reda setelah beberapa jam menjatuhi kami. Lalu saya tetap di dalam tenda bersama Gentong. Tenda kecil yang hanya muat untuk dua orang itu tiba-tiba kedatangan Agus. Haduuuh, sangat terasa sesak, Agus sudah saya usir namun tetap saja berada di dalam tenda kami. Padahal tenda Lafuma di sebelah masih lapang untuk 4 orang. Tidaklah lama akhirnya Agus menyerah dan pindah karena saya usili agar segera pergi. hehehe, maaf ya Agus.

Malam harinya senyap, tidak ada acara api unggun atau nonton bareng sepakbola. Saya cukup kedinginan sehingga sulit untuk memejamkan mata. Hingga akhirnya jam 1 pagi saya terbangun, mulai membongkar-bongkar peralatan masak. Saya duduk sendiri di luar tenda, mengenakan jaket tebal dan penutup kepala untuk menghalau udara dingin saat itu.

Menggunakan nesting tentara dan sebuah kaleng bekas dengan bahan bakar spirtus, saya menanti api yang menyala dari potongan kapas itu memanaskan beras yang saya nanak. Teman-teman saya masih terlelap di dalam tenda saat puluhan orang melintasi jalan di belakang saya. Mereka sudah mulai berbegas untuk menuju puncak, mengejar matahari terbit yang menjadi salah satu latar belakang favorit untuk berfoto.

Baca Juga :  Pendakian Gunung Lawu, Ada Banyak Cerita Untuk Nostalgia

Saya duduk sambil melipat kaki, bersabar menanti apa yang dihadapan saya pantas disantap. Seusai nasi telah matang menurut saya, segera saya memasak mie instan dan sosis ayam. Cukup memakan waktu dengan hanya menggunakan satu kompor spirtus buatan sendiri. Hingga sekitar pukul 03.30 pagi, sudah ada yang keluar dari tenda, saya lupa siapa yang keluar pertama kali. Lalu disusul yang lainnya. Segera mereka saya suruh sarapan.

Sarapan dengan nasi yang sudah dingin namun dengan lauk yang masih panas rupanya tidak bisa merubah rasa. Tetaplah seperti itu, karena di gunung makanan hanya ada 2 rasa, yaitu enak dan enak sekali. Kami merelakan mengejar matahari terbit dari tempat kami mendirikan tenda, melewatinya dengan berkemas karena memang tertutupi punggungan bukit di sebelah timur kami. Seingat saya, jam 04.30 pagi kami sudah selesai berkemas untuk melanjutkan pendakian ke puncak Gunung Sindoro via jalur Kledung.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Gelap gulita tanpa tahu kapan puncak tiba.

Saat berkemas inilah Saya mulai dicoba kesabaran dan keikhlasannya, saya menawarkan ke teman-teman yang lain untuk membawa satu set frame salah satu tenda, karena saya sudah 2 set tenda dengan satu set frame. Namun tidak ada yang menyahut, lalu dengan hati jengkel saya membawa semuanya dalam carirer saya. Sungguh terasa jauh lebih berat dari beban kemarin, ditambah dengan medan yang semakin menanjak.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Saya berjalan di belakang Agus, mencoba mengikuti irama langkahnya yang sering kali terhenti dalam interval yang terlalu dekat. (foto oleh Hadi)

Mereka yang membawa beban lebih ringan dan fisik yang lebih prima dari saya melesat di depan saya. Di bagian belakang hanya tersisa Agus yang sering sekali berhenti untuk mengambil nafas, sedangkan saya terpaksa mengikuti ritme langkah Agus. 5 langkah berhenti, 7 langkah berhenti, seperti itu terus hingga saya bingung. Karena tidak mungkin saya meninggalkan Agus di belakang saya, maka saya berusaha sabar dan menahan beban ketika berada di belakang Agus.

Di sini kesabaran dan fisik saya ditempa, bagaimanapun kita semua sama-sama lelah, saya mencoba mengerti kondisi teman-teman walaupun saya tidak dimengerti, #eeaaa.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Meratapi berat total tas yang tidak karuan.
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sedikit melemaskan kaki sebelum beranjak lebih jauh.

Sepertinya kami mendapati 3 kali puncak bayangan, terlalu sering ditipu oleh pemandangan yang ada di depan mata dari sudut pandang kami. Pendakian Gunung Sindoro via Jalur Kledung merupakan salah satu jalur yang cukup membuat para pendaki salah mengira letak puncaknya.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Coba kalau naik gunung tanahnya sedatar ini…ahahhaa
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Matahari terbit saat itu tidaklah terlalu menjadi tontonan kami.
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sejenak beristirahat sembari menyapa Gunung Sumbing.

Pada beberapa puncak bayangan, kami menyempatkan diri untuk befoto, mencoba melepaskan lelah dengan saling bercanda ketika meletakkan beban di tanah. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama. Kami mulai melangkah kembali untuk mendekatkan diri kami ke puncak, kembali berkeluh kesah dalam hati, kembali merasakan nyeri di sendi.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Awan mulai menebal di bawah kami, tanda akan munculnya hujan di bawah sana.

Akhirnya rombongan kami terpecah menjadi 2 bagian, dimana bagian pertama berisi Aji, Firman, Hadi dan Gentong melesat cepat di depan mata, sedangkan saya masih bersama Agus, terseok di belakang dengan beban yang semakin akrab dengan gravitasi. Kabut mulai turun saat kami sudah bisa melihat puncak dari tempat Saya dan Agus berdiri.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Kabut mulai turun mendekat ke arah kami.

Jam 9 pagi, rombongan pertama sudah sampai puncak saat cuaca sedang cerah tanpa kabut, namun saya masih berjalan seperti siput di tiap tangga yang ditapaki. Hingga saat rombongan pertama sudah mulai turun kembali, saat itulah kami berpapasan. Saya dan Agus menitipkan beban kami kepada meraka, lalu saya dan Agus bergerak melesat ke puncak sebelum kabut datang.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Gentong berjarak 10 menit lebih atas dari posisi saya. Cerah dan memang menggoda untuk menyaksikan kawahnya secara langsung. (Foto oleg Firman)
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Gentong dan Firman duduk menjaga tas saya, sedangkan saya melesat ke puncak. Mengharap kondisi semakin cerah dan bersahabat.
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Jarak tidak sampai 10 menit dengan Gentong, namun mendapati kabut setebal ini. Beruntunglah ada sebuah kertas berlaminasi yang digunakan sebagai bukti bahwa telah sampai ke puncak Gunung Sumbing.

Alam kurang berpihak kepada saya dan Agus untuk menampilkan pemandangan dari Puncak Gunung Sindoro via Jalur Kledung. Kabut turun dengan pekat dan tanpa bergerak menjauh, maka kami tidak dapat melihat sekitaran kami, Kawah Gunung Sindoro juga tidak bisa terlihat jelas walau kami sudah berada di tepi kawah tersebut. Akhirnya setelah berfoto seadanya, saya dan Agus kembali turun, mendekat ke rombongan pertama yang sedang bersitirahat.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sejenak sebelum turun terlalu jauh, saya menyempatkan diri mengambil foto panorama ini.

Kami semua bergerak turun kembali dengan cepat, mencari lokasi untuk membuat makan siang dan mengeringkan beberapa peratalan kami. Saya sejenak menoleh kembali sebelum jauh meninggalkan puncak, terlihat kabutnya sudah hilang, namun saya lebih memilih untuk kembali turun.

Baca Juga :  Bukit Kunir Desa Benowo, Wisata Alam Untuk Menyaksikan Sunrise dan Sunset di Purworejo

Kami akhirnya berhenti di sebuah tempat yang disebut sebagai Watu Belah, di area ini cukuplah untuk mendirikan hingga 4 tenda. Walaupun datar, namun cukup beresiko terkena hembusan angin karena tempatnya sangat terbuka. Kami bersitirahat di tempat ini cukup lama, sekitar 2 jam sepertinya.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sesaat mengeluarkan segala barang yang akan dikeringkan. (Foto oleh Agus)
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Tenda dan beberapa perlengkapan lainnya yang masih terasa lembab.
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Selagi menjemur, mari berfoto ceria bersama dahulu.

Membuka tenda untuk diangin-anginkan, memasak, berfoto, saling memijat hingga tiduran sejenak di rerumputan. Sesekali juga ada pendaki lain yang singgah di tempat kami tersebut, mengobrol dan saling berbagi kopi. Kami sangat menikmati saat itu di lokasi itu dan benar-benar menenangkan sekali.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Gantian masak, walaupun yang dimasak hanya nasi, mi dan sosis
Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Loaksi makan siang yang tidak pernah terlupakan hingga saat ini. (Foto oleh Agus)

Sekitar pukul 12 siang kami kembali berkemas, segera memutuskan untuk turun karena cuaca sudah tidak terlihat ramah. Saat kami baru berjalan sekitar setengah jam, maka hujan kembali melanda kami. Kami terus berjalan dalam kondisi basah dan kaki yang lemas.

Pendakian Gunung Sindoro via Kledung Temanggung Jawa Tengah
Sesaat sebelum hujan deras kembali melanda kami.

Saat menuju pos 2, kami dikagetkan dengan serombongan anjing yang berada di depan kami. Ternyata rombongan anjing tersebut adalah milik petani yang sedang berburu babi. Walaupun ada pemilik rombongan anjing tersebut, namun jaraknya tidak berada sangat dekat dengan rombongan tersebut. Jadilah kami semua menepi di jalan, sembari ketakutan. Hahaha

Saat perjalanan turun, Firman melesat jauh ke depan meninggalkan kami berlima. Kami berlimat tetap saling menunggu ketika ada salah satu rekan yang memerlukan istirahat. Agus adalah anggota tim yang terlihat sudah mulai kepayahan dengan perjalanna ini. Saat kami sudah sampai Pos 1, kami menyangka Firman menunggu kami di tempat tersebut, ternyata Firman tetap melesat menuju basecamp.

Pos 1 saat itu ada beberapa tukan ojek yang memang mencari rejeki dengan menawarkan jasa transportasi ke basecamp, cocok untuk pendaki yang ingin memangkas jarak. Saat itu Aji berada di paling depan dalam rombongan kami ketika tiba di Pos 1.

Pak Ojek : Ojek Mas?
Aji : Emmm….Enggak Pak, Makasih…

Lalu Pak Ojek menawarkan jasanya kepada Agus

Pak Ojek : Ojek Mas?

Agus : IYA PAK….!!! (jawab Agus semangat)

Karena Agus mengiyakan tawaran ojek, maka kami berempat berdiskusi, apakah akan naik ojek atau tidak. Setelah dipikir dari tingkat kelelahan, estimasi waktu kembali ke Jogja, serta Firnam yang meninggalkan kami, maka kami akhirnya ngojek.

SAYA NGOJEK SAAT TURUN GUNUNG, itu pertama kali suara hati saya ketika naik ojek dari Pos 1 ke basecamp. Ya sudahlah, ketimbang saya keseleo atau kram saat perjalanan dari Pos 1 ke basecamp karena memaksakan kaki.

Akhirnya kami sampai di basecamp, jauh meninggalkan Firman yang masih berjalan kaki. Sekitar 20 menit kemudian, sampailah Firman di basecamp. Kami segera berbesih dan berbenah, ingin segera melanjutkan perjalanan pulang ke tempat kami masing-masing.

Alhamdulillah, setelah perjalanan yang melelahkan fisik dan menempa mental tersebut, akhirnya Saya dan rekan-rekan bisa sampai ke tempat tinggal kami dengan selamat.

Inilah naik gunung, kegiatan luar ruangan yang tidak hanya memerlukan kemampuan fisik yang prima, namun juga mental yang siap menghadapi beragam kondisi.

Entak dimana kalian berada saat ini teman, semoga kalian semua dalam limpahan nikmat-Nya.

Anda juga bisa menyimak video perjalananya pada artikel Video Pendakian Gunung Sindoro 3150 mdpl bersama Brongkos 13.

Salam

0 Shares:
27 comments
  1. Sorry pak, dulu aq turun duluan karena ndak tahan ” katisen” karena hujan, sedang yg lain pada pake mantel.. Makanya harus gerak cepat supaya tubuh tidak drop.. Trus ketika sudah dibawah saya tidak langsung mampir basecamp dulu tapi ke warung beli snack, jadi kesannya kayak lama nyampe basecamp nya…

      1. Dulu sempat main ke Cikurai, niatnya mau terus nyambung ke Papandayan, tapi pas ada erupsi Gunung Kelud, jadi setelah pendakian Gunung Cikurai, langsung balik ke Bandung, lain kali ke Papandayan ah 😀

  2. Mendaki gunung ternyata sangat melelahkan dan harus dengan hati sabar, tapi senangnya bisa untuk dijadikan kenangan sepanjang masa. Hehe

  3. Belom pernah nih saya liat pemandangan indah dari atap gunung hehe
    Indah ya mas, mudah-mudahan saya juga ada kesempatan utk coba hiking…btw lain kali jangan golput ya mas…hahaha *canda

  4. Naik gunung emang sesuatu, kalo udah banyak tanjakan ditambah carier berat rasanya antara berkeluh atau tetap semangat.

  5. Tulisan ini semacam kenang-kenangan hasil pendakian dulu ya Mas, hehe. Pengalaman yang tidak terlupakan. Naik gunung memang tak mudah tapi dengan ketidakmudahan itu jadi banyak cerita yang dapat disebarluaskan, hehe. Pemandangannya bagus banget itu di atas Mas, kayaknya kalau melihat langsung saya bisa terharu saking bagusnya.
    Cuma saya agak sayang melihat di bebatuan puncak gunung ada banyak coretan tipe-x. Haduh, saya menganggap pendaki itu kaum yang lebih bisa menjaga alam… tapi eh masih ada juga yang corat-coret.

    1. Begitulah, pendaki gunung hanyalah para penggiat kegiatan luar ruangan, belum tentu semuanya adalah penjaga alam yang sebenarnya. Sebenarnya penyakit corat mencoret di gunung itu sudah dari jaman dulu sebelum saya lahir, kembali lagi ke “attitude” di “altitude”. Kadang yang beneran mendaki untuk menikmati alam ikutan jadi jelek karena mereka yang merusak dengan sengaja.

      sekarang saya sedang rehat naik gunung, lalu lintas di gunung sedang tinggi sekali pasca film 5cm. Hanya bisa camping ceria saja di lembah gunung sembari menanti kegiatan mendaki gunung menjadi kegaitan hanya untuk mereka yang tahu makna sebenarnya berada di atas awan.

      Terima kasih telah berkunjung Gara, 🙂

      1. Iya Mas, semenjak film itu agaknya semua orang ingin naik gunung. Tentu positif ketika semua bisa menjaga alam. Namun kadang kenyataannya tak seperti itu. Sip Mas, yang penting tetap bisa menikmati alam, hehe.

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like