Ada sebuah desa yang benar-benar membuat saya berkesan, yaitu Desa Benowo, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo. Desa Benowo terletak di ketinggian sekitar 800 mdpl dengan topografi kemiringan lereng mulai dari landai hingga sangat curam. Tidaklah heran jika desa rintisan wisata ini hanya dihuni 1.300 penduduk ini masih sangat kental dengan kearifan lokal dan budayanya.

Perjalanan malam hari menuju Desa Benowo kami habiskan pada jok penumpang di sebuah mobil L300. Rombongan kami berjumlah 4 mobil, semuanya bukanlah mobil khusus medan off-road namun pengemudinyalah yang benar-benar tangguh dalam melahap mulus setiap tikungan sepanjang rute yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Kantor Kecamatan Bener.

Saya duduk di depan, tepat di samping pengemudi, sehingga saya bisa melihat jelas kondisi jalan dan sensasi ketika mobil kehialangan tenaganya saat melintasi jalan rusak menanjak. Saya tidak ingin memejamkan mata seperti beberapa rekan saya yang ada di belakang. Saya memilih untuk tetap terjaga, menyaksikan setiap lekuk jalan yang berganti mulai dari aspl hingga jalan beton dua lajur yang hanya cukup untuk satu kendaraan roda 4.

Jalan yang sebagian besar menanjak membuat saya penasaran, sebenarnya apa sih yang kami tuju saat ini. Sebenarnya, kami sudah sampai di Desa Benowo pukul 19.00 wib, namun kami terpaksa baru sampai sekitar pukul 21.30. Saya cukup kaget, karena di tempat rombongan mobil kami berhenti, ternyata sudah ada banyak warga yang ada di sekitar kami. Waaah, berasa artis kalau disambut seperti ini. *eeaaa

Saya datang bersama rekan-rekan Travel Blogger, Media dan juga Pihak Dinas Pariwisata. Ternyata kami sudah ditunggu oleh para warga Desa Benowo, terlihat dari seperangkat gamelan dan suguhan sugeng rawuh yang hadir di depan kami saat menapak lantai teras sebuah rumah.

Sesampainya kami di sebuah rumah beton sederhana dengan langit-langit yang tinggi, kami ikut serta dalam presentasi mengenai potensi pariwisata di Desa Benowo. Ada wisata alam, kuliner hingga wisata minat khusus ditawarkan oleh Desa Benowo yang mulai menjadi rintisan Desa Wisata semenjak pertengahan 2016. Masing-masing pihak memaparkan serta saling sumbang gagasan dan saran terhadap pengembangan yang keberlanjutan dari Desa Wisata Benowo.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Kami sudah disambut rupanya, aaah…berasa menjadi orang penting.

Kami disuguhi makanan dan minuman lokal, hasil dari kebun warga sendiri tanpa harus membeli di toko atau pasar. Minuman yang membuat saya ketagihan adalah Baceng, singkatan dari Badek (air nira) dan Cengkeh, rasanya manis dan beraroma cengkeh yang membuat saya semakin bersahabat dengan dingin malam itu. Makanan yang disuguhkan kepada rombongan kami yang paling mudah diingat adalah Bajingan, berasal dari ketela rebus yang dilumuri oleh gula aren yang legit. Sungguh kenikmatan dari kuliner sederhana yang sudah hampir tidak bisa ditemui di kota-kota.

Baca Juga :  Galeri Kopi Indonesia : Tempat Ngopi dan Belajar Kopi di Takengon, Aceh Tengah

Kami juga dipersilahkan untuk makan malam saat itu, lauknya sederhana namun rasanya luar biassa, seperti Buntil yang terbuat dari daun talas dan tahu yang terlumuri oleh kuah santan pedas. Semua adalah olahan sendiri dari hasil kebun sendiri, tanpa harus memikirkan harga di pasar. Saat saya sedang bersantap malam dengan lauk-lauk tersebut, terdengar gamelan mulai ditabuh, tanda Jathilan segera dimulai.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Malam tersebut mulai sedikit bersuara setelah beberapa saat hening

Jathilan tersebut rupanya dipersiapkan untuk menyambut kedatangan rombongan kami beserta Pak Camat Kecamatan Bener. Waktu itu sudah pukul 22.30 wib, namun tetap saja ada banyak warga yang menonton pertunjukan Jathilan tersebut, kata mereka memang jarang-jarang ada Jathilan seperti ini, jadi kalau ada itu wajib untuk nonton. Anak-anak kecil usia sekolah juga masih banyak yang rela menahan kantuk untuk bisa menyaksikan Jathilan tersebut.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
4 orang pementas berjuang melawan dingin untuk menyajikan pentas seni kepada para tamu. Saya salut mas…

Setelah semua rangkaian kegiatan penyambutan usai, tibalah waktu bagi para rombongan untuk beristirahat. Para lelaki tidur di sebuah ruang tamu pada rumah yang digunakan untuk penyambutan, sedangkan untuk para wanita berada di rumah sebelah. Badan saya terasa lelah, namun mata masih belum terpejam, hingga saya mulai sedikit terganggu dengan desis dengkur salah seorang (sebut saja namanya Mawar) yang sudah terlelap dahulu.

Akhirnya saya bersama Mas Irzal keluar rumah, duduk di teras sembari menikmati Baceng dan Bajingan yang masih ada di teras. Kami duduk sembari mengobrol dengan beberapa warga yang masih terjaga juga di teras. Hingga satu persatu warga pamit untuk pulang ke rumah, lalu tinggalah saya dan Mas Irzal di teras rumah hingga sekitar 01.20 wib. Akhirnya kami memutuskan untuk mencoba tidur saat itu, namun saya masih belum beruntung, lokasi tempat saya merebahkan badan tepat bersebelahan dengan seseorang (sebut saja namanya Kuncup) dengan dengkuran yang lebih nyaring daripada Mawar. Akhirnya saya memutuskan untuk tidur di teras dengan menggunakan hammock sebagai selimut penahan angin dingin.

Mawar dan Kuncup membuat saya lebih memilih di teras hanya dengan beralaskan tikar dan berselimutkan hammock. Kondisi di teras cukuplah membuat saya beberapa kali terbangun karena terpaan angin. Sesekali saya menatap ke sekitar, sepi dan mendung masih tetap hadir, membuat saya tidak bisa memotret Milky Way di langit Desa Benowo yang bebas polusi cahaya ini. Adzan Shubuh mulai berkumandang membangunkan kami semua. Beberapa orang mulai keluar untuk menuju Mushola yang tidak jauh dari tempat kami menginap.

Baca Juga :  Mengujungi Salah Satu Saksi Bisu Tsunami 2004, Kapal PLTD di Banda Aceh

Sesuai menjalankan ibadah Sholat Shubuh berjamaah, beberapa dari kami dengan cekatan berkemas untuk melihat matahari terbit dari puncak Bukit Kunir. Sebenarnya Puncak Bukit Kunir ini bisa dilihat dari tempat kami menginap, namun dikarenakan masih terlalu gelap maka tidaklah nampak.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Bukit runcing yang di tengah adalah Puncak Bukit Kunir.

Untuk cerita saya ketika menikmati matahari terbit di Bukit Kunir bisa Anda ikuti pada artikel Bukit Kunir, Wisata Menanti Matahari Terbit dan Matahari Terbenam di Purworejo. Sengaja saya pisahkan dari artikel ini karena akan terlalu panjang apabila tersemat dalam cerita di Desa Wisata Benowo.

Seusai menyelesaikan segala urusan di Bukit Kunir, saya kembali membonceng ojek yang sudah sangat hafal dengan setiap tikungan dan tebalnya lumut di tiap tikungan jalan. Lokasi yang saya datangi selanjutnya adalah Curug Benowo, cerita lengkapnya bisa anda tengok pada artikel Curug Benowo, Air Terjun Sederhana di Tengah Kearifan Lokasl Masyarakat Desa Benowo.

Rombongan bergegas kembali berpindah ke lokasi tujuan selanjutnya, yaitu Petilasan Pangeran Benowo. Sebuah lokasi yang mengharuskan kami berjalan kaki seusai diantarkan oleh ojek di ujung jalan beton. Saya sendiri masih ragu untuk menulis akan hal ini, karena saya tidaklah begitu memahami sejarah seperti ini. Jadi saya tuliskan saja garis besarnya saja mengenai tempat yang saya datangi saat itu. Saya tidaklah pandai untuk menulis tentang sebuah sejarah, takut salah memberikan informasi.

Sebenarnya saya melintasi Curug Batur saat berjalan menuju Makam Pangeran Benowo, namun karena jalan turunnya terlalu terlihat menggoda untuk terpeleset, maka saya lanjut jalan saja menapaki jalan tanah untuk menuju ke Makam Pangeran Benowo. Dinamakan Curug Batur karena terletak di bawah Bukit Batur, bukit tempat Makam Pangeran Benowo berada.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Akar pohon beringin di petilasan Pangeran Benowo

Sebenarnya saya masih bingung juga menyebutkan nama tempat ini, ada yang bilang ini adalah Makam Pangeran Benowo, ada juga yang bilang bahwa ini adalah Petilasan Pangeran Benowo. Di beberapa daerah seperti Demak dan Solo juga disebutkan ada Makam Pangeran Benowo, namun menurut beberapa cerita yang diyakini bahwa yang berada di Desa Benowo adalah Makam Pangeran Benowo. Satu hal yang baru saya tahu adalah ternyata Pangeran Benowo (Prabuwijaya) merupakan putera dari Jaka Tingkir (Hadiwijaya). Jadi sekarang di sini kita sudah paham dari mana nama Desa Benowo berasal.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Suasanya cukuplah terang, tidak remang seperti tempat-tempat yang seperti itu. Tenang dan memang sejuk.

Seusai berkunjung ke Makam Pangeran Benowo, rombongan kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke Curug Padusan. Cerita serunya bisa Anda simak pada artikel Bersantai Sejenak Sembari Berbilas Diri di Curug Padusan, Purworejo.

Baca Juga :  Berkunjung dan Bermalam di Desa Waonu, Pulau Kadatua, Buton Selatan

Saya orang yang berjalan paling akhir dalam rombongan ketika keluar dari area Curug Padusan. Kami harus menikmati kembali tanjakan berupa jalan bebatuan yang cukup membuat kami sering menghirup nafas dalam-dalam sembari menikmati segarnya udara pegunungan. Benar-benar terasa segar sekali udara di daerah ini, anda harus datang dan mencobanya sendiri, sembari beramah tamah dengan para warga Desa Benowo.

Kami sampai ke pertemuan jalan batu dengan jalan beton, tempat dimana para Pak Ojek sudah menanti rombongan kami. Beruntung jumlahnya pas, sehingga tidak ada yang tertinggal, semua bisa terangkut kembali untuk dibawa ke penginapan. Memang sepertinya motor-motor di sini sudah terlatih untuk mampu melahap habis semua tikungan dan tanjakan di jalanan Desa Benowo, juga para pengendarannya yang sudah pasti langsung lulus ujian SIM C.

Sesampainya di penginapan, segera saya mandi pagi. Air di kamar mandi penginapan tersebut langsung dari mata air, jadi walaupun agak dingin, namun membuat saya ketagihan untuk menyiramkannya ke tubuh saya berkali-kali. Seusai mandi, saya segera bertandang ke tempat dimana disediakan sarapan. Lauknya sederhana, namun tetap saja menggoyang lidah saya saat menyantapnya.

Saat saya sedang sarapan, di teras tempat saya tidur semalam berlangsung kembali diskusi dari Pihak Desa Benowo dengan pihak Dinas Pariwisata yang ada di rombongan kami. Hingga sekitar pukul 10.00 kami sudah diberi komando untuk berkemas dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Rasanya saya ingin satu malam lagi berada di Desa Benowo, saya suka dengan suhu udara, keasrian alam, ramahnya penduduk, juga tentu saja makanan sederhana yang bebas micin.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Foto keluarga dahulu sebelum turun dari Desa Benowo

Kami berfoto dahulu di depan tempat kami menginap sebelum beranjak ke dalam mobil jemputan yang telah membukakan pintunya untuk kami. Akhirnya perjalanan turun dimulai, kembali merasakan sensasi berkendara di tepian tebing dan jurang. Terima kasih Desa Benowo akan segala suguhan untuk rohani dan rohani ini, semoga kelak ada kesempatan berkunjung kembali.

desa benowo desa rintisan wisata purworejo jawa tengah
Jalan seperti ini akan mebuat kebingungan saat harus berpapasan dengan kendaraan roda 4.

Bagi Anda yang ingin berkunjung ke Desa Wisata Benowo, Anda dapat mencapainya dengan bantuan peta berikut, dan sayangnya saya lupa mengambil koordinat lokasi dimana kami menginap. Namun tenang saja, cukup bertanya arah ke warga yang anda temui di tepian jalan.

Sekian kisah Saya ketika berkunjung ke Desa Wisata Benowo yang masih memberikan kesan untuk ingin mengunjunginya lagi.

Salam

0 Shares:
4 comments

Ambil hanya informasi, tinggalkan hanya komentar. Silahkan berbijak hati untuk mengisi kolom komentar. Salam

You May Also Like