Akhirnya terlunasi juga membawa si bungsu ke Bukit Sikunir walau tidak mendapatkan matahari terbit yang katanya bagus. Musim kering memang menjadikan jalan menuju puncak bukitnya menjadi sangat berdebu, untung saya memakai masker yang bisa menghalau debu-debu tersebut.
Dibalik berangkat siang dan terang ternyata ada hal yang menarik saya untuk mengarahkan kamera ponsel saya ke beberapa sudut sepanjang perjalanan 800 meter tersebut. Ada beberapa plang yang berisi quote-quote bijak, yang tentu saja akan terlewatkan saat naik pada saat gelap, ataupun turun dari puncaknya karena pasti akan berjalan membelakanginya. Sangat religius sekali, mengingatkan bahwa kita manusia bukanlah apa-apa di bumi ini, di kehidupan ini, dan juga di ruang waktu ini.
Berikut ini beberapa plang ber-quote yang sempat saya abadikan oleh ponsel saya.
Semoga dalam setiap langkah kita di alam tetap menjadikan kita manusia yang selalu ingat pada Tuhan ya, Amiiiiin
14 comments
Jadi benar-benar Tafakur
tepat sekali
keren ih, seperti “membaca kitab” yang tertulis di papan, sekaligus “me-iqro kitab” yang ada di alam semesta,
#menuhin janji, biar omongannya “digugu”..hahahaha
Kayaknya komengnya kepaksa π
preketekk…bener ig!
Huuuuuu
Haha…. ide bagus juga bikin banyak tulisan di tengah hutan begitu ya π
Di beberapa tempat outdoor ringan sudah mulai banyak seperti itu mas…
Ya ya ya cukup menginspirasi π
Jadi inget omongannya Romo Mangun: “Menikmati alam yang memunculkan ketakjuban kepada Sang Pencipta adalah sebentuk relijiositas.”
π
Sejatinya kembali ke alam itu menyerupai kembali ke fitrah manusia π
Hasik hasik joss mas π
tulisan arab itu emang ada disepanjang jalan?
iya, itu di jalan semua, karena naiknya pas siang jadi matanya jelalatan kemana-mana…hahahaa
menarik ya
Iya…religius sekali…ahahaa